Aku sudah tidak tahu berapa kali aku memandang piano di music room di sekolahku. Padahal aku sama sekali tidak tertarik bermain alat musik. Ralat. Aku tidak bisa main alat music apapun. Tapi di sinilah aku. Di music room. Sambil memandang piano dengan perasaan yang sedih, gelisah, takut. Tunggu sebentar. Sedih? Gelisah? Takut? Kenapa aku harus merasa seperti itu? Aku sama sekali tidak punya pobia piano.
Aku memejamkan mataku. Menarik nafas perlahan-lahan, lalu menghembuskannya. Aku melakukannya berulang kali. Sampai-sampai aku tidak sadar ada yang memanggil namaku dari kerumunan anak-anak di koridor sekolah. Dia memiliki wajah yang sangat tampan, postur tubuh yang bagus, pintar, pintar bermain basket dan senyuman yang dapat melelehkan hati perempuan sejagad raya. Dan pasti dia adalah sahabatku sejak kecil. Kazuto Kazami.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com