Sajadah merah episode 18
Bergandengan tangan tanpa memperdulikan pandangan seluruh staf dan karyawan Mizuruky Corp, tangan mungil tersebut menggemgam erat jemari yang lebih besar darinya. Bibir terbungkan tapi hati terus bergumam, ketakutan selalu menyelimutinya. Perasaan bersalah kerap menyiksa, tapi apalah daya. Dirinya belum berani untuk membagi hati untuk sang suami, dia berharap suaminya mampu bertahan hingga dirinya siapa atau ada pendonor lain.
Maulana menghentikan langkah kaki ketika sampai di depan pintu kantornya, matanya menatap lurus ke depan. Tidak biasanya mobil miliknya belum muncul, kemanakah sopir yang bertugas hari ini?.
Diam-dima Fira terus memperhatikan air muka suaminya, pria itu tetap tenang meski dalam keadaan apapun. Jarang sekali menampilkan ekspresi kegelisahan atau sebagainya.
"Apakah suatu hari nanti … kau akan meninggalkanku lagi?" entah kenapa tiba-tiba ia merasa gelisah dan membayangkan kepergian pria itu.
Maulana mengalihkan perhatiannya pada sang istri, gadis itu terlihat murung. Padahal tadi baik-baik saja, bahkan dia menanyakan pertanyaan yang aneh. Ia pun memutar tubuhnya lalu menghadap sang istri, disentuhnya wajah cantik tersebut dan didongakkannya. Perlahan pria itu mendekatkan wajahnya ke wajah istrinya mengeliminasai jarah mereka. Hampir saja kedua bibir itu saling bersentuhan kalau seseorang tidak menganggunya.
"Kak Ivan."
Fira terkejut, ia kelabakan. Tangan mungilnya mendorong dada sang suami, rasanya sangat memalukan hampir berciuman di depan kantor. Gadis itu memalingkan wajah menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah. Sedangkan Maulana masih diam, dia tidak bergerak sedikit pun. Wajahnya terasa panas membayangkan apa yang baru saja dilakukannya terhadap istrinya. Hingga sekarang mereka bahkan belum bermalam pertama, berciuman saja tidak pernah, ketika tidur hanya tidur biasa saja, jadi rasanya sedikit canggung.
Fira memegangi dadanya, jantungnya berdetak tidak karuan. Selalu saja, apapun yang dilakukan pria itu terhadapnya membuat jantungnya berdetak tidak karuan.
Farhan menyinpan kekesalan dalam hati, ia sungguh tidak menyangka kalau akan memergoki sepasang suami istri yang hampir saja berciuman di depan kantor. Tapi itu bagus juga, artinya kesempatan mereka untuk romantis terganggu. Sekarang ia harus memasang wajah merasa bersalah.
"Kak Ivan, maaf aku menganggu. Tapi lanjutkan saja, aku bicara denganmu lain kali saja." Dia sengaja mengatakan kalimat tersebut agar kakak tirinya itu merasa tidak enak hati hingga akhirnya pergi dengannya.
"Baiklah," balas Maulana.
Farhan tercengang, ia tidal menyangka kakak tirinya itu akan menyutujui begitu saja. Pria itu bahkan masih sempat memeluk pinggang istrinya dan masuk ke dalam mobil. Gagal sudah rencananya.
**
Hanya ada kesunyian dalam mobil maybac hitam tersebut, Fira terus bungkam. Tangannya bahkan mengepal dan berkeringat, kejadian beberapa menit yang lalu membuat dirinya gugup bahkan hingga sekarang. Napas pria itu sangat dekat bahkan hampir saja bibir seksi mintak dicium itu menempel di bibirnya. Ia melirik dengan ekor matanya, sunggu sial rasanya. Suaminya itu hanya diam dengan tatapan mata seperti biasa, lembut dan ramah.
"Anu, paman…" suaranya terasa tercekat di tenggorokan ketika ingin mengucapkan sesuatu.
"Maaf."
Fira terkejut ketika mendengar ucapan maaf dari sang suami, ia memiringkan wajahnya, penasaran apa yang terjadi pada pria itu.
"Aku tak seharusnya melakukan sesuatu tanpa persetujuanmu." Maulana tersenyum getir, dia selalu saja berikir bisa menyentuh gadis itu, tapi ia tidak akan melakukannya tanpa persetujuan. Dirinya akan meenunggu hingga sang gadis bersedia dengan suka rela menyerahkan dirinya dan tidak berpikir kalau pernikahan ini hanya untuk mengambil hatinya.
Fira tertunduk sedih, biasanya seorang suami akan selalu memintak haknya tanpa perduli tentang persetujuan, tapi pria yang satu ini begitu perduli dengan perasaannya.
"Paman, apakah kau menyesal tadi hampir menciumku? Aku tidak keberatan kok, kalau kau tidak percaya. Sini cium aku." Fira memberanikan diri untuk mengatakan hal itu, padahal dirinya sendiri sedang gugugup. Lihat saja kesepuluh jemarinya, terus mencengkram dres panjangnya.
Maulana melirik sang istri, menurutnya gadis kecil satu ini sangat menggemaskan. Antara kalimat yang diucapkan dengan tingkahnya sangat berbanding terbalik, ia pun tersenyum melihat tingkah lucunya.
"Tidak, kau tidak yakin ingin melakukannya. Meski hanya bercumbu biasa, tapi kau bahkan tidak pernah melakukannya."
Gadis itu tercengang mendengar ucapan sang suami, bukankah dirinya memang masih virjin, semua yang ada pada dirinya itu masih asli dan tersegel rapi tentu saja belum pernah melakukannya. Tapi bukan berarti dirinya tidak yakin untuk melakukannya.
"Aku yakin, sangat yakin akan melakukannya dengamu."
Setelah menyelesaikan kalimat tersebut, ia langsung duduk di atas pangkuan sang suami hingga membuat pria itu terkejut dengan tindakan gadis itu. Di dalam mobil ini tidak hanya mereka berdua, tapi juga ada supir di dalamnya.
Fira duduk dengan menghadap suaminya, dresnya sedikit tersingkap ke atas, untungnya hanya memperlihatkan bagian di bawah lutut. Tapi tetap saja seorang Maulana tidak akan membiarkannya, ia mencoba meraih ujung dres tersebut hingga tubuhnya sedikit condong pada sang istri.
Fira salah mengartikan gerakan suaminya, ia pikir pria itu benar-benar ingin"menggarapnya" di dalam mobil. Tapi hatinya tidak boleh bimbang lagi, pria yang di depannya ini adalah seorang pria yang telah menikahinya, itu artinya pria itu memiliki hak sepenuhnya terhadap dirinya. Jadi dia juga harus mengimbangi.
"Silahkan, suamiku. Aku sudah siap." Perlahan Fira mulai menutup matanya, karena keseringan membaca comik tentang CEO mesum dan istri kecilnya, ia pun meniru gerakan pemeran wanita yang ada di dalamnya.
Gadis itu menengadahkan kepalanya, menurut komik yang dibaca, seorang pria itu suka sekali menjelajahi bagian leher dan diberi tanda aneh begitu. Dia bahkan tidak sadar kalau suaminya sedang mencoba menutupi bagian kaki sang istri karena dressnya tersingkap.
"Biasanya, nanti ketika paman Maulana menyusuri bagian leher hingga bawah dan seluruh tubuh, rasanya ada sensasi panas aneh begitu. Tapi kok sudah hampir 5 menit tidak ada raekasi apapaun ya? Aku juga tidak merasakan bibirnya menyentuh kelitku," batinnya bingung.
"Sayang, apakah langit-langit mobil itu begitu menyenangkan? Kau dari tadi terus mendongak ke atas." Maulana memandang heran gadis itu, dia sudah berhasil menarik dress sang istri hingga menutupi bagian bawah lututnya.
Alis Fira mengernyit mendengar ucapan suaminya, perlahan ia menurunkan pandangannya. Pria itu hanya memandangnya heran, dia semakin bingung karena ternayat pria itu hanya duduk diam sambil memandanginya heran.
"Apa yang kau lakukan? Aku sudah menyerahkan diri dengan baik-baik, tapi kenapa kau malah diam saja." Gadis itu bahkan mempertanyaan kelakuan sang suami.
"Menyerahkan diri? Padaku?" tanya Maulana seakan tidak percaya.
"Tidak, aku menyerahkan diri pada polisi. Sudah deh, ayo mulai, aku mendongak lagi," balas Fira jengkel. Ketika ia mendongak, pria itu justru menahan gerakannya dan tanpa banyak bicara langsung memberikan ciuman pada sang istri dengan begitu halus dan lembut.
Sret…
Tangan yang bebas digunakan untuk menutup skat antara jok bagian belakang dan bagian depan, hingga suapir tidak akan tahu apa yang sepasang suami istri itu lakukan di belakang.
Terimakasih telah membaca sajadah merah, jangan lupa untuk berikan Vote, reviuw dan masukkan dalam libary.
Menurut kakak sekalian, Fira dicium di bagian mananya?
Kenapa Maulana menutup tirai?
Apakah mereka akan bercinta, atau yang lain?
Baca selanjutnya di episode berikutnya. Terimakasih….