Sajadah merah episode 17
Ketegangan terjadi di ruang komisaris sekaligus presiden direktur Mizuruky Corporation, sedari tadi pemilik perusahaan besar tersebut hanya menatap dingin adik iparnya. Sang adik hanya bisa pasrah, bagaimana lagi hatinya terlalu senang hingga tidak sadar jika sudah melakukan sesuatu yang membuat kakaknya menjadi bahan gunjingan banyak orang, bukan hanya staf dan karyawan kantor atau orang-orang yang menghadiri rapat, tetapi warga net juga ikut menggunjing. Berita tersebut terlalu mudah menyebar, seorang Ivan Maulana Rizky diduga menjalin hubungan sesama jenis dengan pemilik Alfa group.
"Ayolah kak Ivan, kakak bisa menutup mulut semua orang atau bahkan menutup seluruh akses berita ini agar tidak menyebar. Uang dapat menyelesaikan segalanya." Farhan mncoba untuk membuat hati kakak tirinya mencair.
"Tidak masalah, aku bisa melakukannya. Tapi…" Maulana menggantung ucapannya.
"Tapi apa?" Farhan sangat penasaran, ia yakin pria itu pasti memiliki ide brilian untuk menyelesaikan semua masalah ini.
"Kenapa kau tidak menikah juga?" lanjut Maulana.
Farhan menelan ludahnya sendiri, kenapa juga yang ditanyakan harus masalah pernikahan? Bagaimana mungkin dirinya akan menikah, jika gadis yang disuka sudah menjadi kakak iparnya. Pria itu menggaruk pelipisnya yang tak gatal, bagaimana cara untuk menjelaskan pada kakak tirinya tersebut, dulu setelah pria itu terbang ke Jerman, dialah yang memperhatikan gadis kecil itu diam-diam, bahkan pernah menyamar menjadi gurunya juga sudah. Tapi, setelah sang gadis dewasa, ibunya justru menjodohkan kakak tirinya dengan gadis tersebut bukan dirinya.
"Belum ada gadis yang suka, satu-satunya orang yang ku suka sudah menjadi istri orang." Matanya tertuju pada bingaki foto di meja kerja kakak tirinya, di mana ada sebuah foto gadis tercintanya dengan sang kakak. Rasanya sangat sakit setiap kali mengingatnya, tapi kakaknya bahkan tidak tahu kalau dirinya diam-diam memendam rasa pada istrinya.
Dahi Maulana mengkerut, ia mengikuti arah pandang Farhan. Bibirnya tersenyum getir, ternyata dugaannya memang benar, gadis itu adalah Fira, istri tercintanya.
"Kau mencintai Fira?" tanyanya.
Farhan terkesiap, ia memandang iris safir kakaknya. Pria itu tersenyum padanya, dia tidak mengerti kenapa analisis sang kakak selalu akurat hingga bisa menebak bagian hati terdalam darinya.
"Menyukai baju orang lain, itu tidak jadi masalah, selama tidak berharap bisa memiliki baju tersebut." Maulana menatap iris kecoklatan adik tirinya.
"Aku akan menunggu, menunggu jandanya. Aku tahu bagaimana kondisi fisikmu, semakin hari kau semakin melemah. Hingga sekarang, kau belum juga mendapatkan donor hati. Aku yakin istrimu juga tidak akan memberikan sebagian hatinya untukmu," balas Farhan.
Maulana tertegun mendengarnya, ia tidak menyangka kalimat tersebut akan keluar dari mulut adik tirinya. Sekali pun hanya adik tiri, dia selalu menganggapnya sebagai adik kandung, melakukan apapun untuknya. Tetapi kalau harus menyerahkan seorang istri, tentu saja tidak akan pernah dilakukannya.
"Terserah kau saja, tetapi aku hanya mengatakan sesuatu padamu. Janganlah kamu terlalu berharap ketika aku sudak tidak ada, dia akan menjadi milikmu. Karena jodoh itu sudah ada yang mengatur. Sekarang kau boleh keluar," balas Maulana masih mempertahankan senyumannya.
Farhan menarik napas dalam lalu mengeluarkannya lagi, setelah itu ia membalikkan tubuhnya. Dia merasa bersalah setelah mengatakan kalimat tersebut terhadap kakak tirinya. Bagaimana mungkin dirinya bisa mengungkapkan niat hatinya terhadap seseorang yang selama ini telah menjaganya,"Maafkan aku, kak," sesalnya.
Maulana masih terdiam, dia masih tidak dapat mempercayai ucapan adik tirinya tersebut. Meski banyak orang memperingatkan untuk tidak terlalu percaya pada saudara tiri, tapi ia tetap perduli pada Farhan. Ketika Farhan kecil, dialah yang menemaninya bermain, belajar bahkan tidak perduli jika tubuhnya lelah selama adik kecilnya itu senang dirinya akan melakukannya. Setelah Farhan lulus sekolah, ia berusaha mencarikan pekerjaan untuk sang adik, tapi adiknya itu tidak mau jika di perusahaan miliknya. Jadilah dirinya mendirikan perusahaan lain yang diberi nama Alfa group dan mengatakan padanya kalau itu perusahaan peninggalan mendiang ayah kandung Farhan, semua dilakukan untuk membuat adiknya itu bahagia dan merasa berharga.
Jemari lentik itu membuka laci lalu mengeluarkan sebuah almbum foto, dalam album tersebut terdapat banyak sekali kenangan tentang mereka berdua, ia ternsenyum sendiri.
"Ternyata benar, wanita itu terkadang bisa membuat hubungan persaudaraan menjadi renggang. Farhan, meski begitu, aku tetap akan menjaga istriku."
Tes..
Tes…
Dahinya berkerut melihat cairan merah tiba-tiba menetes di foto wajah dirinya, ia pun mendongak ke langit-langit, tapi di sana tidak ada apapun. Lalu di mana cairan merah itu berasal?.
Tok…
Tok…
Tok…
"Masuk." Maulana menyimpan kembali album foto tersebut ke dalam laci meja kerjanya.
Pintu ruangannya terbuka, terlihat seorang gadis cantik membawa sebuah rantang makanan di tangannya. Gadis itu terlihat cantik dengan kerudung biru, hem biru serta celana putih.
Dahi Fira berkerut melihat hidung sang suami mengeluarkan cairan merah kental, hatinya terasa terhiris. Mungkin keadaan itu karena kondisi tubuh sang suami semakin kritis, penyakit yang dideritanya semakin parah.
Gadis itu segera mengeluarkan sapu tangan dari tas selempangannya lalu menghampiri sang suami dan menutup hidung suaminya dengan saputangan tersebut,"Paman, kalau kau sakit, kenapa tidak ke dokter saja? Kenapa hidungmu sampai mimisan seperti ini?" Fira sangat panik, apa lagi ketika melihat wajah sang suami semakin memuacat.
Iris biru tersebut menatap setiap gerakan gadis itu, ia merasa sangat bahagia diperhatikan. Perlahan digenggamnya tangan mungil tersebut,"Tidak apa, aku baik-baik saja. Sayang, apakah suatu hari kau akan melupakanku kalau aku sudah tidak ada lagi?"
Iris kecoklatan tersebut menatap wajah rupawan di depannya dengan pandangan berkaca-kaca. Benar, pria itu sedang sakit, penyakitnya tidak main-main dan masih menunggu donor hati. Ia menarik tangannya dari genggaman sang suami, dibalikkan tubuh tersebut tak mampu memandang suaminya. Hatinya merasa sangat bersalah, padahal kecocokan hatinya 99 persen dengan sang suami, tapi karena takut dia enggan untuk mendonorkannya.
Maulana tersenyum, ia bangkit dari tempat duduknya lalu memeluk tubuh mungil itu dari belakang,"Apakah kau takut, kalau aku akan mengambil hatimu? Sayang, aku berjanji atas nama Tuhanku. Aku tidak akan mengambil hatimu." Perlahan pria itu membalikkan tubuh sang istri agar menghadap kearahnya.
"Aku mencintaimu, ketika seseorang berjanji dengan nama Tuhannya, maka tidak akan pernah diingkari. Percayalah." Maulana menyentuh wajah istrinya dengan telapak tangannya.
Hati Fira semakin sesak, kenapa dirinya harus memiliki rasa takut yang seperti ini? Pria di depannya itu sangat membutuhkan pertolongannya, tapi seakan ia justru menantikan saat-saat terakhir atau semakin buruknya kondisi sang suami.
Gadis itu memeluk tubuh suaminya, dalam hati dia selalu mengucapkan permintaan maaf karena belum bisa menjadi seorang istri yang bisa diandlakan bahkan saat dibutuhkan.
Terimakasih telah membaca sajadah merah, nantikan juga novel religi yang lain denga judul, calon imamku. Jangan lupa vote dan tambahkan ke libary, sekalian berikan reviuw. Terimakasih.