Pengantin Sang Raja ch 34
Lima tahun kemudian ...
Musim dingin kembali tiba di Chevailer, dan sebagai bentuk budaya baru, kali ini Keluarga Kerajaan menghabiskan seluruh waktunya menjelang natal di Kastil Bevait; yang cerobong asapnya mengepulkan uap dan jendela-jendelanya menyala oleh cahaya lampu dari dalam. Seluruhnya sibuk, terutama karena menjelang makan malam, Bevait mengalami jam paling hidup dalam seluruh eksistensinya.
Richard ada di sana, duduk di meja kerjanya mengerjakan beberapa hal yang masih harus ia selesaikan. Ada garis-garis usia baru di wajahnya dan tentu saja perubahan besar setelah semua hal yang terjadi, namun tepat di matanya bukan lagi sebuah kelam, melainkan kehidupan.
"Aku rasa kita harus membicarakan mengenai kebiasanmu untuk bekerja hingga menjelang makan malam," suara yang dibarengi dengan pintu terbuka itu membuat Richard mendongak. Tersenyum kecil sembari menatap sosok di ambang pintu yang berkacak pinggang.
"Menghabiskan waktu."
"Di tengah libur natal."
"Tidak ada peraturan yang memberi libur bagi Raja Sayangku."
"Oh," sosok itu tersenyum miring. "Aku baru saja membuat satu," ujarnya sembari mendekat ke arah Richard, duduk di lengan kursinya dan mengecup kening pria itu. "Kau tahu aku benci melihatmu bekerja terlalu keras."
"Maaf," Raja itu terkekeh. Menatap wanita dalam rok terusan hijau berhias bunga forget-me-not itu mengiba. "Sedikit lagi."
Wanita itu mendengus, "Lima menit?"
"Lima menit."
"Oke," wanita itu menghela nafas. "Segera ke ruang makan." Lanjutnya sebelum berlalu keluar, atau setidaknya begitu sebelum panggilan dari Richard menghentikan langkahnya.
"Redd."
"Hm?"
"Aku mencintaimu."
Redd mengerutkan kening, setengah tertawa karena serangan mendadak itu. "Apa? Tiba-tiba sekali."
"Hanya ingin bilang."
Redd terkekeh. "Ya, baiklah. Aku juga, segera ke ruang makan. Rayuanmu tidak mempan."
Richard hanya meringis, melihat hingga Redd hingga wanita itu menghilang di balik pintu sebelum kemudian menghela nafas panjang. Sejenak beralih pada jajaran pigura di meja yang berisi beberapa foto, satu fotonya semasa kecil bersama kedua orang tuanya dan James, foto Justin serta dirinya sendiri di masa kini; bersama Redd, kedua putranya dan Charles.
Waktu sudah berlalu lama memang, sejak semua yang terjadi sebelumnya. Andrew mendekam seumur hidupnya di penjara khusus, dengan penjagaan ketat dan kehidupannya yang Richard harap akan dihabiskan untuk berkaca diri. Justin dimakamkan di pemakaman kerajaan, tepat di paviliun dalam sebagai anggota keluarga kerajaan bersama ayah dan ibunya—yang makamnya dipindahkan setelahnya—di petak yang berdekatan. Kelompok Tujuh masih berjalan, dengan ketua yang baru dan pergantian anggota, termasuk Howie yang kini menjadi ajudannya dan Kylie yang naik pangkat menjadi pengawal pribadi Redd. Charles pensiun, tinggal di pinggiran Chevailer menikmati hari tua setelah menceritakan segala hal yang ia tahan seumur hidupnya. Ini termasuk fakta mengejutkan bahwa ibu Redd; Eliana, ternyata merupakan putri angkatnya. Itulah sebabnya ia bisa mengenali Redd lebih cepat dan berjuang menyelamatkan seluruh keluarga itu sebelumnya.
Lalu untuk Redd sendiri, well, kembalinya Ratu itu ke muka publik adalah kehebohan besar untuk setidaknya, seluruh dunia. Kisah sempurna yang diceritakan adalah bahwa ada teroris berbahaya yang membuat Ratu celaka hingga koma dan mengincar tahta, sehingga kerajaan tidak punya pilihan selain membuat kisah bahwa Ratu itu meninggal untuk menyelamatkan keseluruhan dinasti, sebab Redd juga tengah mengandung.
Awalnya memang begitu kontroversional, ada banyak aksi protes dan semuanya; termasuk pemberitaan yang dilebihkan dan isu adanya propaganda yang tidak masuk akal. Namun kelahiran putra mereka sebulan kemudian dan tentu saja, karena citra Redd dimasyarakat yang sejak awal begitu dicintai; berhasil menghapus segala keraguan dan kemarahan publik. Belum lagi ketika anak kedua mereka lahir dua tahun kemudian, keluarga kerajaan menjadi lebih dari sekedar primadona; sebab kedua putranya selayaknya hadiah luar biasa bagi semuanya.
Menarik nafas dalam sekali lagi, Raja itu kemudian bangkit, merapikan mejanya sejenak sebelum berlalu keluar kantornya. Menyusuri lorong-lorong panjang kastil Bevait sebelum berbelok di ruang makan yang ricuh. Meja panjang itu sudah penuh dengan beragam menu, beberapa pelayan membungkuk padanya kala ia masuk sebelum melanjutkan kegiatan untuk menata lauk, sementara Redd berusaha membuat putra bungsu mereka duduk.
"Justin, duduklah yang rapi astaga," Ratu itu mendesah. Menaruh serbet di pangkuan Justin yang baru berusia dua tahun dan terus sibuk menggeliat berusaha turun.
Di sisinya Samuel, hanya melirik, duduk manis dengan tangan terlipat memperhatikan seluruh pelayan yang menata dan sesekali berusaha membantu. Kedua putranya memang kontras, Richard tertawa kecil, Samuel si sulung adalah anak yang pendiam dan tenang, sementara Justin tidak bisa diam sama sekali, barang sejenak saja.
"Oh Ayah," panggilan dari Samuel yang menyadari keberadaan Raja itu membuat Richard mendekat. Mengusak helai kedua putranya sayang sebelum duduk di ujung meja, memperhatikan Redd yang menyerah dan membiarkan saja Justin lolos dari kursinya.
"Justin astaga," Redd mendesah lelah. Duduk tanpa tenaga di kursi kanan yang berhadapan dengan Samuel, sementara Justin diambil alih oleh babysitter yang bertugas menjaga seluruh anak-anaknya.
"Anakmu penuh dengan semangat," Richard menggoda sementara menu pembuka mereka tiba di meja.
"Itu anakmu."
"Dia mewarisi banyak kepribadianmu Sayang."
Redd mendecak. "Sudah aku duga kita harusnya tidak menamainya Justin, sekarang ia sama tidak bisa diamnya."
Richard hanya terkekeh. Kedua putranya memang dinamai seturut orang-orang paling berjasa dalam hidup Richard atau Redd sendiri. Samuel, adalah nama ayah Redd, sementara Justin diambil dari nama Justin mereka; pemuda luar biasa yang mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan keduanya. Seseorang yang selalu Richard harap bahagia di atas sana.
"Dia luar biasa."
Ratu itu menghela nafas. "Aku tidak menampik bagian itu sama sekali."
"Well," bahu Richard naik. "Terima saja kalau begitu."
Redd hanya menghela nafas, mengulurkan tangan agar Justin diberikan padanya dan memilih memangku putra bungsunya itu selama makan. Samuel hanya menatap dengan senyum, memberikan komentar manis bahwa nanti adiknya akan berubah saat dewasa dan mulai makan dengan tenang.
Setelahnya hanya ada suasana hangat yang tersisa, dengan celoteh riang Justin, timpalan polos Samuel dan tawa. Menikmati musim dingin dengan penuh kebahagiaan, tanpa adanya kemalangan lagi. Kini sementara makan malam usai dan keluarga kecil itu berpindah ke ruang bersama, lingkaran itu semakin terasa. Di depan perapian yang menyala dan karpet persia tebal yang menjadi alas. Membagi dongeng pengatar tidur bagi para jagoan, yang kini terlelap di tengah; sementara Richard dan Redd berpandangan dalam diam.
"Sudahkah aku mengatakan padamu, aku mencitaimu hari ini?"
Redd tertawa. "Seribu kali sepertinya."
"Kalau begitu aku tambah untuk seribu satu kalinya," tangan Raja itu terulur. "Aku mencintaimu."
"Aku mencintaimu juga Alexander."
"Memilikimu memberiku dunia dan segalanya, maaf karena pernah gagal. Untuk sekarang dan selamanya aku akan menjagamu dan anak-anak," Richard menghela nafas dalam. "Aku akan menjaga kalian."
"Dan aku percaya," Redd berbisik halus. "Aku percaya."
Berusaha bergerak halus, keduanya mendekat untuk menyatukan bibir. Mengecap satu sama lain dengan penuh kasih sayang sebelum mundur, Redd menarik selimut yang tersepak di ujung, memastikan kesemuanya terlindungi sebelum merengkuh kedua putranya. Bersilang tangan dengan Richard yang berusaha meraihnya dan tertawa kecil, bertatapan sejenak dengan penuh makna sebelum terlelap. Menuju mimpi dengan harapan dan cinta yang merekah seperti bunga.
Sebab bagi keduanya, segalanya telah menjadi sempurna. Richard melewati ribuan waktu menderita akan kebohongan dan kabut yang menutupi mata, sebelum akhirnya terbuka dan memberi cerah. Takdir panjang yang kemudian ia sadari sudah di tulis, sebab pertemuannya dengan Redd menjadi sekedar lebih dari kunci menuju masa lalu atau masa depannya. Sementara bagi Redd sendiri, Richard adalah rumah, melepas kesepian dan kekosongan, dengan awal yang tidak masuk akal tapi memberi akhir yang rasanya kekal.
Keduanya menemukan cinta, menemukan luka dan menemukan jawaban. Kini tidak akan ada lagi yang perlu diharapkan, sebab segalanya sudah ada di tangan. Tidak ada penderitaan, penantian atau kehilangan. Hanya kebahagiaan, sebab meskipun akhir indah untuk selama-lamanya tidak akan ada di dunia nyata; mereka akan menciptakan satu.
THE END
...
Halo! Galaxypuss di sini!
its happy to know that this story finally end. Cerita ini aku tulis ketika aku sma kelas satu dan baru selesai sekarang setelah aku kuliah, jadi secara total cerita ini selesai setelah 5 tahun lamanya.
Aku awalnya menyerah menulis pengantin sang raja karena lost feeling yang parah, cerita ini ada di wp dan aku biarkan discontinue untuk waktu yang lama. Salah satu tujuanku melanjutkan cerita ini di web novel adalah agar cerita ini akhirnya bisa selesai. Kalau kalian memperhatikan, akan ada perbedaan jauh antara cara menulisku di chapter awal dan akhir, karena chapter awal aku tulis semasa sma dan chapter akhir aku tulis selama dua bulan kebelakang ini, yang mana setelah 5 tahun gaya menulis dan ciri khasku juga berubah secara signifikan.
Intinya, terimakasih untuk semua pembaca. Aku mungkin akan mempertimbangkan beberapa bonus chapter setelah ini, tapi tidak dalam waktu dekat karena setelah cerita ini usai aku akan fokus ke real life 100%.
Terimakasih semuanya! <3 semoga kalian selalu menikmati karyaku!