webnovel

Tuan Kelinci?

Jam 05:00 Rosie terbangun. Dalam hati, dirinya memutuskan untuk turun kebawah karena haus.

Gadis itu langsung melihat sofa panjang yang ada didepan, sembari mengucek mata dia mengerutkan dahi, kemudian tak lama dirinya menguap.

Hari kedua, laki-laki itu menginap di kamarnya. Hanya saja, malam ini dia mendapat izin dari Rosie sepenuh hati.

Ketika dirinya terbangun, masalah yang sama seakan langsung menghadap.

Kemana ia harus membuang laki-laki jadi-jadian ini? Apa dibiarkan saja tetap tinggal? Pertimbangan ini selalu membuatnya pusing sendiri.

Rasa haus hilang seketika akibat memikirkan hal itu. Rosie menggaruk kepala gatal, padahal ia samasekali tak memiliki hewan parasit pada rambutnya, mungkin ketombe.

Minggu kemarin dirinya benar-benar tidak mandi sama sekali. Bagaimana tidak, cuaca kemarin sore begitu dingin, sedikit pun ia enggan menyentuh air bak. Rosie menyesal dengan kelakuan joroknya yang akan menjadi pertama dan terakhir itu.

Rosie memutuskan untuk mencharge baterai ponsel terlebih dahulu. Kemudian memeriksa notes yang terpasang di meja belajarnya, takut ada pr yang belum harus dia kerjakan atau terlupa untuk dikerjakan.

Hanya pr matematika, dan itu pun untuk lusa nanti. Cukup baik mengawali hari dengan melihat kabar baik bagi otak gadis itu yang pagi-pagi tidak diminta untuk dikuras.

Rosie mengikat rambut yang acak-acakan, kemudian mengambil handuk, lalu menengok ke belakang sebentar yang malah membuatnya ingin menghampiri laki-laki itu, meskipun sejenak.

Laki-laki itu terlihat begitu nyenyak, nampak mimpi pun seakan tidak menganggu tidurnya. Wajah polos laki-laki itu yang seperti bayi membuat Rosie jadi tak tega jika harus mencampakkannya.

Seketika kening Rosie berkerut akibat melihat kilauan muncul di dekat leher laki-laki itu.

Karena penasaran, dengan hati-hati Rosie mencari asal sinar itu. Entahlah, Rosie pikir itu seperti kilauan emas.

"Kalung perak dengan berbentuk kepala kelinci beserta telinga panjang berhiaskan serbuk-serbuk permata berwarna merah muda," gumam Rosie seraya memegang benda tersebut.

Rosie mengelus lembut bandul itu sebentar, kemudian matanya beralih pada laki-laki yang masih tertidur.

Rosie rasa itu petunjuk lainnya, yang menegaskan bahwa laki-laki itu jelmaan kelinci kemarin.

Tanpa sadar tangan Rosie terulur mengusap kening laki-laki itu, yang berlanjut merapikan rambutnya.

Tertegun, dalam hati Rosie benar-benar tidak tega jika harus membuang manusia setampan ini dipinggir jalan.

Setelah mandi dan memakai seragam, Rosie mencabut hape dari terminal kemudian memasukkannya ke dalam tas. Pagi-pagi Rosie memang tidak biasa mendapatkan pesan seperti kebanyakan orang-orang. Jadi, tidak alasan menyimpan ponsel di dalam saku.

Dirinya pun tak lupa meletakkan sarapan pagi untuk tuan kelinci. Hanya pagi ini, ia membiarkan manusia jelmaan kelinci itu makan layaknya hewan.