webnovel

Sebuah Permainan

Saat tiba di kelas, Bu Lira datang sedikit terlambat, dikarenakan ada hal lebih penting yang harus dia kerjakan sebelumnya.

Wanita paruh baya dengan paras cantik itu pun meminta maaf kepada para murid atas kedatangannya yang minus dua puluh menit.

Serempak anak-anak kelas MIPA 3 berkata tidak papa, malah sebagian dari mereka ada yang senang. Lumayan hampir setengah jam kosong, katanya.

Setelah itu Bu Lira pun melanjutkan pembahasan materi mengenai 'Karangan' baik fiksi maupun non fiksi.

"Baiklah hari ini kita akan melakukan permainan." seru Bu Lira.

Mendengar kata terakhir, para murid pun langsung tepuk tangan karena senang. Bahkan suara gaduh tamparan berpuluh pasang tangan itu terdengar sampai ke luar.

"Permainan nya mengarang cerita bersambung." lanjut Bu Lira.

"Wah, harus mikir dong Bu?!" Seperti biasa ada saja murid yang protes. Anak-anak MIPA 3 memang pada bawel, mau perempuan atau laki-laki, mereka sama saja.

"Iya. Jadi, jangan sampai otak kita berdebu karena tidak dipakai ya anak-anak." Sejenak para murid tertawa akibat jawaban dari sang guru.

Bu Lira pun melanjutkan ucapannya, "Ibu akan menentukan durasi waktu cerita yang dikarang oleh setiap murid. Jika diantara kalian tidak bisa menyambungkan cerita teman kalian sebelumnya, dalam waktu lima belas detik. Maka dia akan di hukum."

Pernyataan itu membuat kelas riuh untuk keduakalinya, benar-benar seperti pasar ikan.

"Yang punya dendam kesumat pada ibu. Hati-hati!"ancam Bu Lira dengan maksud bercanda saja.

Setelah itu kelas pun berangsur hening kembali. Bu Lira bermaksud untuk segera memulai permainan itu. Dia pun berkata,"Baiklah. Di mulai dari Rian!"

"Lah kok saya Bu?! Aldi dulu Bu. Otak dia 5G!" protes Rian.

"Rian!!! Mau, ibu hukum goyang ngebor di depan?!"Ancaman itu pun langsung membuat Rian nurut seketika, karena dirinya bukan Inul Darakista. Mau tidak mau dia pun harus memulai cerita.

"Di sebuah kerajaan awan ada sebuah keluarga, ada ayah, ibu, dan anak-anaknya. Suatu hari sang Raja menceritakan dongeng kepada anak-anaknya. Seperti inilah ceritanya_"

"Cukup! Bagus Rian, cerita di dalam cerita. Itu menarik." potong Bu Lira.

"Wih gue gitu loh!" seru Rian kemudian berbangga diri. Padahal sebenarnya laki-laki itu tidak menyangka akan mendapat pujian dari sang guru.

"Aurora, lanjut!" perintah Bu Lira.

"Wah, gue?!" panik Aurora, otaknya langsung ketar-ketir berpikir.

"Mmm... Ada seorang putri cantik bernama Aurel, dia memelihara seekor ular piton, dia sangat menyayangi ular itu,"

Beberapa siswa langsung menatap aneh Aurora, karena gadis itu seperti tengah menceritakan diri sendiri.

Masih suara Aurora,"Suatu hari, ular itu membantu putri Aurel berburu ti_ eh kelinci_"

Rosie menatap tajam gadis disampingnya setelah mendengar kelanjutan dari cerita itu.

Kenapa harus kelinci?! Pikirnya.Entah apa alasannya, dia sedikit tak suka dengan cerita Aurora.

"Cukup! Rosie lanjutkan!"