webnovel

Pengganti?

Tak mau menjadi penyiksa hewan, atau orang tak bertanggung jawab, Rosie pun turun untuk membawa sayuran dari dapur, sekalian makan sorenya juga.

Gadis ini mempunyai kebiasaan buruk. Suka makan di kamar. Alasannya, jika pun di meja makan, dia tetap sendirian, jadi tak ada bedanya. Kalau di kamar bisa sekalian nonton tv, meski tanpa melihat layar, itu cukup berhasil membuatnya tidak terlalu kesepian.

"Bi ada wortel? Atau sayuran apa gitu?!" tanyanya sembari membuka kulkas.

"Baru aja mau bibi anterin makan!" ujar Lia sejenak. Sebelum sang putri majikan bertanya lagi, dengan cepat dia menjawab pertanyaan itu.

"Masih ada non sedikit lagi. Di paling bawah!" tunjuk Lia.

Setelah menemukan apa yang dicari, Rosie pun memasukannya ke dalam wadah berbahan plastik.

"Neng Rosie mau bikin lalap, mau bibi kukus?!" tawar Lia.

"Gak usah bi. Rosie baca di internet kalau makan mentah khasiat nya lebih terjaga."

Rosie pikir tidak perlu menceritakan kelinci yang ditemukannya, karena menurutnya itu tidaklah penting.

"Oh...." Wanita paruh baya itu mengangguk-angguk, melanjutkan pekerjaannya kembali yaitu menata makanan.

Setelah mengerok wortel itu, Rosie mencucinya dengan air ledeng.

Terbesit sesuatu yang agak aneh di otaknya setelah mematikan kran.

Kenapa dirinya begitu higienis, padahal makanan ini hanya untuk hewan.

Rosie menggeleng, sudah terlanjur juga, dia pun menaruh sayuran itu kembali ke wadah.

Membersihkan tangannya dengan lap bersih kemudian menghampiri Bi Lia yang sudah selesai menyiapkan botol berisi air minum untuknya.

"Bibi bawain ke kamar?!" tanpa ragu dia menggeleng tidak apa-apa.

Gadis itu agak menyesal menolak bantuan Lia tadi. Sekarang dirinya sedikit kesulitan menggapai gagang pintu. Dengan hati-hati dia berusaha membuka pintu kamar.

Setelah berhasil masuk, Rosie menaruh ketiga benda itu tak jauh dari kardus coklat tadi.

Enak nya keluarin kelinci nya sekalian. Batinnya. Dia berencana untuk menyaksikan kelinci makan, sepertinya menyenangkan, akan terlihat lucu.

Hewan itu pun di angkat olehnya macam biasa,  mendekatkan wortel itu ke dekat mulut sang kelinci yang tak henti bergerak-gerak dengan khas.

Rosie tersenyum, menyaksikan kelinci itu mengigit wortel dengan lahapnya. Nampak begitu menggemaskan dimatanya. Sejenak, dia berpikir mengapa dirinya tidak dilahirkan sebagai kelinci saja. Gadis itu berangan-angan.

Sore ini kelinci menemaninya makan. Benar-benar tidak buruk, lumayanlah, akhir pekan nya membuat sesuatu yang berbeda, tidak seperti biasa, begitu lurus seperti triplek.

Stress mengingat besok adalah hari pertamanya bersekolah sebagai murid pindahan, sedikit terobati oleh kehadiran kelinci itu, yang sementara, mungkin.

***

Rosie menggeliatkan tubuhnya, bergumam sebentar, kemudian tangan kiri terulur hendak meraih guling.

Matanya masih tertutup rapat, tapi tak lama berubah menjadi sedikit berkerut. Dia merasa menyentuh sesuatu yang aneh. Kenapa guling nya mendadak tidak empuk biasanya.

Rosie memukul-mukulnya, dan benar saja terasa keras. Apa ia masih ada di alam mimpi? Baiklah dirinya akan segera keluar.

Ketika perlahan matanya terbuka sempurna. Yang pertama kali dilihat olehnya adalah laki-laki tampan tengah memandanginya.

Oke masih mungkin di alam mimpi. Batin Rosie, kemudian dia menutup indra penglihatannya kembali.

Laki-laki itu menyentuh hidung Rosie.

Aneh, terasa begitu nyata bagi gadis itu. Rosie pun membuka mata kembali dengan perlahan dengan harapan semua itu hanyalah mimpi.

Kulit putih, mata coklat bersinar, hidung mancung, bibir merah muda, itu yang dirinya tengah lihat sekarang.

Laki-laki itu berkedip beberapa kali membuat mata gadis didepannya langsung membulat hebat.

"Aaa....!" teriak Rosie histeris.

"Siapa Lo?!" tanya Rosie secepat kilat, kemudian langsung merebut sisa bagian selimut dari laki-laki itu.

Gara-gara menahan sesuatu di tenggorokannya karena tak ingin berteriak lagi, gadis itu malah tersedak. Bersamaan dengan itu pemandangan di depannya yang semakin meresahkan membuat tendangan BKC nya secara otomatis aktif kembali.

Bug!

Rosie sukses membuat laki-laki jatuh itu ke bawah jurang tempat tidur. Dia terdiam dengan nafas yang naik turun.

Terbesit sesuatu yang janggal, secepat kilat gadis itu pun mengintip baju tidurnya.

Benar saja, tidak ada satupun kancingnya terbuka.

Terus, apa kabar laki-laki itu yang hanya memakai celana pendek-gak mau bilang celana dalam-, tanpa sadar pipi chubby nya memanas.

Rosie senang? Tentu saja tidak, itu tak sebanding dengan nasibnya kini yang masih tanda tanya.

Direkatkan selimut kembali, perlahan dia menggeser tubuhnya untuk melihat bekas kasur yang dia tempati.

Tidak ada bercak darah samasekali!

Rosie bernafas nafas lega, sangat lega, melihat pemandangan sprei tanpa noda itu, yang nampak hanya sengiran Spongebob.

Beberapa hari yang lalu dia mencoba membaca novel adult romance, jadi otaknya bergerak mengarah ke situ.

Sebenarnya dirinya cuma penasaran dengan cerita adult romance, karena novel online semacam itu lagi booming di berbagai platform. Tapi, mulai sekarang, sepertinya dia harus berhenti membaca genre itu sementara, mengingat usianya masih remaja.

Mungkin itu karma. Karma novel is real!

Ada rasa bersalah menghinggapi gadis itu karena telah berpikir buruk pada laki-laki tadi, terlepas dari kemunculannya yang tidak terduga dan membuat jantungnya berolahraga.

Sejenak Rosie menyempatkan diri untuk menepuk-nepuk pipi nya kerena masih berharap semua itu adalah bagian dari bunga tidur. Namun naas, kenyataan didepan mata berkata lain.

Ini nyata!

"Neng Rosie?!" panggil Lia dibalik pintu.

Sontak Rosie membulatkan mata karena terkejut bukan main. Wanita paruh baya itu pasti mempertanyakan teriakan yang dibuatnya beberapa saat yang lalu.

"I-iya b-bi!" jawabnya tergagap-gagap.

"Ada apa neng! Neng Rosie gak papa?!" teriak Lia dari sana, lagi.

"Ja-jangan Bi! Rosie gak papa kok." jawabnya seraya memandang sisi jurang kasur."Cu-cuma jatuh!"

Sebenarnya yang jatuh bukan dirinya melainkan laki-laki asing itu.

"Oh jatuh dari kasur ya! Tapi Non gak papa kan?!" tanya Lia memastikan.

"I-iya bi. Bibi gak usah khawatir!"

"Ya udah non, bibi ke dapur lagi."

Rosie menghela nafas lega. Jika pembantu itu tahu bahwa ada laki-laki asing di kamarnya, mungkin akan berabe juga.

Perhatiannya teralih kembali pada sosok yang sama. Dia pun merangkak layaknya ulat bulu guna memeriksa kondisi terkini laki-laki itu.

Rosie memberanikan diri untuk mengintip dari atas. Masih terbayang dipikirannya kondisi laki-laki yang hanya terbalut boxer saja, warna putih pula, membuat yang melihat susah membedakan mana warna kulit mana warna kain.

Kondisi tubuh laki-laki di bawah tengkurap seperti kura-kura, itu yang dia lihat.

"Apa laki-laki itu pingsan?"tanya nya  merasa sedikit takut laki-laki itu mati.

Dengan hati-hati Rosie pun membalikkan tubuh orang itu. Terlihat lingkaran biru yang menghiasi pelipis laki-laki itu yanh membuatnya ikut meringis juga, seperti ikut merasakan sakit.

"Ternyata tendangan ini masih berfungsi dengan baik." sejenak gadis itu memuji kaki kanannya.

Pandangan Rosie beralih pada laki-laki itu kembali, tiba-tiba pipinya memerah secata otomatis. Dia membuang muka.

"Tahan Rosie, tahan. Sabar, sabar!"ucapnya sambil melakukan relaksasi.

"Oke!"seru nya siap sedia.

Setelah itu Rosie melepaskan selimut dari tubuhnya. Sambil memejamkan mata, dia memindahkan selimut yang baru saja dilepas ke seluruh tubuh laki-laki itu dengan alakadar instingnya.

Selanjutnya, dia menggulung tubuh itu bersama selimut layaknya telor gulung.

Masa di biarkan di bawah?! Batinnya bertanya-tanya.

Rosie menggaruk kepala tak gatal karena merasa bingung. Menimbang-nimbang cukup lama untuk memutuskan apakah dirinya bisa memindahkan laki-laki ini ke kasur agar terlihat lebih manusiawi.

Tak disangka ternyata dia mampu melakukannya. Pagi-pagi sekali dirinya harus memindahkan sesuatu macam samsak. Cukup berat jika dilakukan oleh seorang diri. Fisik dan jiwa pun seolah lelah.

Rosie memandangi laki-laki itu sambil berkacak pinggang, memikirkan siapakah dia dan dari mana asal-usul nya.