webnovel

Insiden yang Tidak Diinginkan

Seluruh pelajaran ini telah selesai, sampai jumpa besok pagi dan semangat belajar bareng. Tin tong!

Serasa mendengar kata 'iya' dari doi, para murid SMA Pelita Harapan girang setelah mendengar bel pulang berbunyi. Siswa-siswi pun berbondong-bondong keluar dari kelas masing-masing.

Warung nasi, kafe atau langsung ke rumah menjadi pilihan pelajar

sesuai pulang sekolah. Dimana pun tempatnya, bagi mereka, bisa mengisi perut keroncong sepulang sekolah adalah hal yang paling penting.

Jam menunjukkan pukul 04.00 sore.

Rosie menurunkan tangannya setelah melihat jam biru muda yang melingkar di pergelangan.

Sejenak gadis itu termenung disamping gerbang sekolah dengan pikirannya yang cukup terbelah kemana-mana. Tak lama ponsel un dikeluarkan dari saku.

Aneh, benda pipih nan lebar itu tidak mau menyala, tombol yang ada pojok seakan tidak berfungsi setelah di tekan beberapa kali olehnya.

Rosie menghela nafas gusar setelah mengingat bahwa tadi pagi dirinya memang tidak sempat mencharge baterai ponsel. Pantas saja benda itu sukar untuk menyala.

Merasa menyesal karena bilang ke Mang Kirman untuk tidak menjemput, tentu saja hal itu dirasakan olehnya.

Dilihat-lihat jalan di depan juga cukup sepi, hanya beberapa taxi lewat dengan membawa penumpang, dia tahu itu.

Segera Rosie mengambil dompet di tas, mengambil uang sepuluh ribu di sana. Dia memutuskan untuk naik bus saja. Bus sore terakhir akan datang pada jam 04: 10. Jadi, dirinya harus cepat-cepat pergi ke halte.

Namun nampaknya takdir membawa keberuntungan datang lebih cepat,

sebuah angkot berwarna merah muda terlihat dari pertigaan melaju ke arah nya. Lusa lalu, dia melihat angkutan yang sama melewati perumahannya.

Rosie berjalan cepat untuk menyebrang karena takut ketinggalan. Langkahnya pun sangat tergesa-gesa dengan tanpa memperhatikan kondisi jalanan samasekali. Tak lama terdengar suara klakson, Tittt!

Duk!

Kakinya sukses dihantam oleh kepala mobil berwarna putih yang hendak lewat.

Buk!

Pada akhirnya tubuh gadis itu terjatuh ke aspal. Beruntung dia tidak sampai terlindas seperti waffel, kerena mobil tersebut dengan cepat berhenti bersamaan decitan rem yang menukik telinga.

Beberapa orang melihat inside itu. Sebagian dari mereka ada yang menawarkan bantuan atau mengatakan hati-hati. Juga ada yang hanya sekedar bisik-bisik dan bahkan ada seorang bapak tua memarahi gadis cantik itu. Masih beruntung tidak ada yang sampai memotret insiden memalukan itu.

Rosie pun bangkit di bantu oleh beberapa orang di sana.

"Gak papa neng," tanya salah satu murid SMA Pelita Harapan, terlihat dari seragam yang dipakai, sama seperti dirinya.

"Ini mobil Si Aldi, anak MIPA 3," ujar salah satu dari mereka, berjenis kelamin perempuan.

Panjang umur, orang yang disebut pun keluar. Laki-laki itu segera menghampiri mereka dan langsung bertanya,"Lo gak papa?"

Padahal Aldi cuma basa basi bertanya, dia tahu yang orang ditabraknya pasti terluka, meski hanya luka ringan.

Rosie hanya terdiam karena masih terkejut dengan kejadian buruk sekaligus memalukan yang menimpa nya beberapa saat lalu. Rasa perih dan nyeri dikakinya pun mulai dia rasakan.

"Lututnya lebam!" info salah satu dari para penolong.

"Nggak gak papa." ucapnya padahal sebenarnya sakit.

"Mau gue obatin!" tawar Aldi.

"Gak usah." Dia terdiam sejenak,"Gue minta antar pulang, boleh gak?!" Anggap saja itu bentuk tanggungjawab yang dia ajukan.

Sebelumnya gadis itu berpikir bahwa dirinya akan mendapatkan kesulitan jika pulang dengan kondisi luka seperti itu.

"Ya udah yuk!" Mereka bertiga serempak menawarkan tangan untuk Rosie.

"Gak papa, gue bisa sendiri."

Gadis itu pun memapah tubuhnya menuju mobil, diikuti oleh Aldi yang berjaga-jaga, takut tubuhnya ambruk seketika. Laki-laki itu membukakan pintu mobil untuknya. Setelah masuk mobil dia merasa lega.

Kejadian tadi membuatnya syok ringan, menenangkan diri sejenak adalah hal yang terbaik.

"Nih minum, jangan khawatir ini baru," Padahal dirinya tidak bertanya mengenai kehigenisan air minum itu.

Tanpa basa basi Rosie langsung mengambil alih botol mineral itu dan mengucapkan terimakasih setelahnya.

Mobil Aldi melaju dengan kecepatan normal, bergerak sesuai dengan petunjuk yang Rosie berikan. Setelah dua puluh menit mobil itu pun berhenti di perumahan elit kota itu, Perumahan Mulan Indah.

Rosie keluar dari mobil Aldi, pintu mobil tidak dikunci sehingga dirinya leluasa begitu membukanya. Namun ada hal penting yang di rasa terlupa olehnya.

Dia mengintip kaca mobil yang sedikit terbuka itu seraya berkata,"Makasih."

Hampir saja dirinya menjadi gadis yang tak tahu tata krama. Fiuh.