webnovel

Cerita Bersambung

"Rosie lanjutkan!"

Setelah mendengar perintah dari Bu Lira, gadis itu langsung tersadar dari lamunan nya, dan beralih untuk bersiap cerita.

"Ternyata kelinci itu malah berubah menjadi pangeran. Pangeran itu sangat tampan, bertubuh tinggi dan memilik kulit putih bersih dengan mata coklat yang indah dan bersinar." Tanpa sadar Rosie mengatakan hal itu sembari membayangkan sosok laki-laki yang muncul secara misterius di kamarnya pagi tadi, yang sebenarnya entah jelmaan kelinci atau bukan.

Bu Lira menghentikan cerita gadis itu sejenak,"Cerita fantasi, dari 9 kelas ibu Ibu baru menemukannya di kelas ini. Bagus Rosie, kamu pun membuat penjelasan mengenai tokohnya, sangat cerdas!" Dia menyempatkan untuk memberi acungan jempol.

Rosie tersenyum canggung mendengar pujian itu. Dia pun meneruskan cerita yang di karang di otaknya,"Putri Aurel sangat takjub dibuatnya, sehingga dia memilih untuk membawa laki-laki itu ke istana_"

Bu Lira memberi kode agar gadis itu menghentikan ucapannya, dia memberi perintah kepada anak yang lain,"Aldi, lanjutkan!"

"Setelah ditanya oleh Putri Aurel, ternyata pangeran itu terkena kutukan penyihir jahat. Putri Aurel dan pangeran kelinci pun bersama-sama mencari penawar kutukan, karena ketika malam hari sang pangeran akan berubah menjadi seekor kelinci kembali."

Rosie bungkam, otak dan mata dia begitu fokus mendengarnya cerita Aldi. Apa cerita laki-laki itu akan seperti ini juga? Pikirnya.

"Cukup Aldi!" ucap Bu Lia tersenyum senang, bangga karena kecerdikan Aldi.

"Tama!" Suruh sang guru kemudian.

"Mmm Si Putri dan Si pangeran mmm...menemui dukun eh mmm...paranormal. Paranormal itu seorang kakek tua, yang sangat tua. Tertua se alam raya,"

"Cukup!" Raut wajah Bu Lira menyiratkan kata 'Kelakuan absurd anak ini lainnya'. Namun wanita itu cukup bangga karena Tama berhasil menyambungkan cerita.

"Tami, lanjutkan cerita kembaran mu."

"Kakek tua itu berkata bahwa untuk menghapus kutukan, pangeran kelinci itu harus menemukan cinta sejatinya_"

"Huu budak cinta, budak cinta."

"Cinta terus!"

Mendengar kelanjutan cerita itu, beberapa orang mengatai Tami. Namun Bu Lira segera meredam kegaduhan itu, dan beralih memberikan pujian pada Tami.

"Bagus Utami. Mau dilanjutkan atau lemparkan saja." tawar Bu Lira.

"Lemparkan saja Bu." sengit Tami, berencana untuk balas dendam kepada orang-orang yang telah mengatainya tadi.

"Mau kepada siapa ibu lemparkan?!" lanjut Bu Lira memberi jalan kepada gadis itu untuk balas dendam.

"Ke Risal Bu, dia yang paling keras ngatain saya." pungkas Tami sambil menunjuk sang mangsa.

"Pilihan yang bagus!"

Sementara Risal yang ditunjuk gelagapan akibat bingung, "Bentar Bu. Mmm..."

Bu Lira pun segera memberi ancang-ancang untuk mengurangi durasi kesempatan,"Satu, dua,"

"Kalau kamu gak bisa. Ibu hukum tari zapin di depan." lanjutnya ditengah-tengah aktivitas berhitung.

"Jangan Bu. Untuk menghilangkan kutukannya mmm... Aurora,"

"Aurel." koreksi masal para Murid MIPA 3 kepada Risal.

"Putri Aurel berpikir mengajak pangeran untuk memilih para gadis bangsawan, untuk dijadikannya cinta sejati."

"Ghina!" perintah Bu Lira selanjutnya.

"Tidak ada yang dipilih oleh pangeran itu. Pangeran itu malah memilih Putri Aurel menjadi cinta sejatinya."

Riuh beberapa murid yang didominasi oleh kaum hawa memenuhi seisi kelas, mereka baper dengan kelanjutan dari Ghina.

"Samudra, tamat kan."

Samudra itu alias Isam, sang pemelihara laba-laba melanjutkan cerita.

"Tapi ternyata Putri Aurel bukan cinta sejati pangeran. Cinta sejati yang sebenarnya adalah putri kelinci yang terkena kutukan juga. TAMAT.."tutup Samudra.

"Wah pelakor pelakor!"

"Gue patah hati hua...."

"Hey, Sam, tega lo sama Putri Aurel."

"Si Sam pengacau."

"Penjahat pasangan!"

"Tega lo Sam!"

"Gak punya hati!"

Itu lah celotehan para siswi yang baper, dan sebagian besar dari mereka adalah korban cerita novel.

"Ya terserah gue dong, mulut-mulut gue! Heran deh gue!" ketus Isam tidak suka dengan ke-lebay-an para cewek di situ.

"Sudah sudah." Bu Lia menghentikan keriuhan para siswi dengan menepuk-nepuk telapak tangannya.

Setelah kelas suasana kondusif kembali, dia pun berucap,"Cerita yang bagus dan unik. Endingnya juga sangat tidak terduga. Kelas MIPA 3 sangat luar biasa. Tepuk tangan untuk kalian!"

Prok prok prok! Terdengar riuh tepukan yang berirama dari berpuluh pasang tangan dari kelas itu, untuk simbol apresiasi terhadap para pendongeng dadakan di kelas mereka, yang begitu luar biasa.