webnovel

Roger (Sang Pahlawan Kecil)

"Mami tenang aja. Roger janji, Roger akan bawa Papi pulang," ujarnya, penuh keyakinan. Roger Anugrah Ramadhan, seorang anak laki-laki dengan usianya yang baru menginjak 4 tahun. Berjuang, menjadi pahlawan kecil untuk memperbaiki hubungan orang tuanya. Akankah Roger sanggup memenuhi janjinya? Bagaimana cara Roger membuat Papi-nya kembali? Anak laki-laki yang pemberani, tampan dan imut itu harus berusaha keras memperjuangkan kebahagiaan sang Mami. Memberikan status orang tua yang lengkap untuk dirinya sendiri. . Riana dan Alvin Ravendra, dua orang yang saling mencintai. Namun, tidak bisa bersatu karena terhalang restu. Hingga suatu kejadian membuat keduanya berpisah. Empat tahun kemudian, Riana membawa Roger ke toko mainan, di mana Alvin dan Roger pertama kali bertemu.

rannty · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
217 Chs

Episode 4. Pertemuan Pertama Alvin dan Roger

Empat tahun telah berlalu. Namun, Alvin belum menyerah akan cintanya. Dia tidak mengikuti perintah orang tuanya untuk menikahi putri walikota.

"Jika kalian terus memaksaku menikah, jangan menyesal kalau besok pagi kalian hanya akan melihat jasadku," ucap Alvin, mengancam kedua orang tuanya.

"Sudah 4 tahun, apa lagi yang kamu harapkan? Wanita itu sudah tidak ada lagi di dunia ini," balas Tuan Rames Ravendra, ayah Alvin.

"Papa sama sekali ngga menyesal?" tanya Alvin.

"Kenapa harus menyesal? Kalian berdua sudah menyalahi aturan dengan saling berhubungan," balas Tuan Rames.

"Aturan yang kalian buat hanyalah kedok semata. Kenapa tidak merestui hubungan kami?" protes Alvin.

"Kamu tau pasti bagaimana hubungan ayah dan ayahnya Riana, apa lagi yang perlu ditanyakan?" seru Tuan Rames.

"Itu masalah kalian para orang tua, jangan sangkut-pautkan dengan hubungan kami," debat Alvin.

"Sudah, apa sih yang kalian ributkan? Kalau Alvin tidak mau menikah dengan putri walikota, tidak apa-apa." Sahut Nyonya Rini Wijayanti, ibu Alvin.

"Makasih, Ma. Alvin pergi dulu," pamitnya.

Alvin memutuskan meninggalkan rumah sejak peristiwa kebakaran rumah Riana. Dia dan ayahnya bertengkar hebat karena hal tersebut.

Kini, dia tinggal di apartemen yang dibeli sejak menduduki posisi direktur utama di Ravs Corp. Mengumpulkan sedikit demi sedikit, membayarnya dengan cara kredit.

Alvin kembali ke apartemen setelah pulang ke rumah orang tuanya karena suatu hal. Mereka memanggil Alvin masih dengan alasan yang sama, yaitu menikahi putri walikota.

Berulang kali membujuk, akhirnya Nyonya Rini menyerah juga. Beliau tidak akan meminta Alvin untuk menikah dengan putri walikota, asalkan Alvin tidak lagi membahas hal mengenai Riana apalagi berniat menikahinya.

.

Tinggal di kota yang sama, tidak membuat Riana dan Alvin saling bertemu.

Takdir masih belum mempertemukan mereka. Jika dalam tempat dan waktu yang sama, ada saja alasan yang membuat salah satunya berpindah tempat hingga tak memungkinkan keduanya untuk bertemu.

Siang itu, mungkin takdir sedang berpihak pada Alvin. Dia bertemu anak laki-laki yang berjalan seorang diri di dalam toko mainan.

"Aduh," lirih anak kecil itu, memegangi dahinya karena telah menabrak Alvin dari belakang.

Alvin terkejut bukan main, dia memutar badan untuk melihat gerakan apa yang menabraknya tadi.

"Hei, kamu ngga apa-apa?" tanyanya pada si anak kecil.

Alvin duduk berjongkok untuk melihat kondisi anak kecil itu. Entah statusnya sebagai korban atau tersangka, tapi Alvin melihatnya tampak kesakitan.

"Sakit, Om," jawab anak kecil itu, membuka mata tidak lagi memegangi dahinya.

"Coba sini, Om lihat," ucap Alvin, melihat dahi si anak kecil terlihat tidak apa-apa. Namun, Alvin meniup pelan sambil mengusap dahinya.

"Sudah, ngga apa-apa kok. Jangan lari-larian lagi ya," saran Alvin, tersenyum lalu pergi meninggalkan anak kecil itu.

"Ada apa?" tanya Alvin, mendapati ujung belakang bajunya terasa ditarik dari belakang.

"Aku Roger, Om lesung pipi namanya siapa?" tanyanya, mengulurkan tangan mungil pada Alvin.

Alvin tersenyum mendengar julukan juga sikap ramah anak kecil yang bernama Roger itu.

"Halo, nama Om, Alvin," jelasnya, balas menjabat uluran tangan Roger.

"Oh, nama Om lesung pipi, Alvin. Roger manggilnya Om Mesi aja ya, boleh ngga?" tanyanya.

"Om Mesi?" ulang Alvin, merasa aneh dengan panggilan tersebut.

"Iya, Om kan punya lesung pipi satu, jadi lucu Roger liatnya. Makanya Roger mau panggil Om Mesi, lucu kaya kelinci peliharaan Roger di rumah," jelasnya sambil tertawa riang.

"Oh, gitu. Boleh, terserah Roger aja," balas Alvin, menyetujui panggilan yang dibuat untuknya.

"O iya, Om Mesi mau beli mainan buat anaknya ya, Om?" tanya Roger.

"Bukan, Om Mesi belum punya anak. Om ke sini mau beli mainan buat kado ulang tahun anaknya temen Om," balas Alvin, tanpa sengaja memanggil dirinya sendiri Mesi, seperti yang Roger minta.

"Oh, anak temennya Om Mesi cewek apa cowok?" tanya Roger lagi.

"Cowok, sama kayak Roger," jawab Alvin.

Keduanya berbincang di tengah-tengah rak yang berjejer rapih menampakkan beberapa mainan. Baru kali ini Roger terlihat akrab dengan seseorang yang baru dikenalnya.

Roger memberikan saran pada Alvin, tentang mainan apa saja yang bisa Alvin berikan untuk kado ulang tahun anak temannya itu.

"Oke, makasih ya udah bantuin Om Mesi pilih mainan," ucap Alvin.

Alvin sudah menentukan pilihan sesuai saran dari Roger. Dia pun meminta pelayan toko untuk sekalian membungkuskan kado tersebut.

Alvin berniat membelikan mainan juga untuk Roger. Namun, Roger sudah mengatakan lebih dulu untuk tidak membelikannya sesuatu.

Roger tidak terlalu suka mainan. Menurutnya, seiring berjalannya waktu, dia bertambah besar dan mainan yang dia punya sudah tidak bisa dipakai lagi.

Roger lebih menyukai hewan peliharaan seperti Mesi, kelinci imut nan lucu di rumahnya.

Setelah mendengar hal tersebut, Alvin menawarkan untuk membelikan Roger satu kelinci betina. Namun, tetap dia tolak. Alhasil, Alvin hanya membelikan makanan untuk hewan peliharaan Roger saja.

"Om Mesi pulang dulu ya, Roger baik-baik di sini sampai Mami datang," ucap Alvin, pamit.

Ternyata Roger pergi bersama Riana ke toko mainan. Namun, karena ada suatu hal yang mendesak membuat Riana harus meninggalkan Roger sebentar di toko mainan.

Riana bertemu orang yang akan membantunya mempromosikan Mall barunya itu.

"Roger," panggil Riana.

"Mami." Roger langsung memeluk Riana. Hal yang selalu dia lakukan saat Riana pulang bekerja.

"Eh, ada apa sama anak Mami? Kok seneng gitu keliatannya," ucap Riana, menyadari ada sesuatu yang aneh dari putranya.

"Hee, Mami tau. Tadi Roger ketemu sama Om Mesi, dia baik, lucu lagi kayak Mesi. Makanya Roger manggil dia Om Mesi," jelasnya, antusias.

"Om Mesi?" ulang Riana. Dia jelas terkejut saat mendengar putranya bercerita mengenai pria asing.

"Iya, Mi. Om Mesi beliin Roger makanan buat Mesi. Nih, banyak kan?" jelasnya, menunjukkan kantong plastik berisi makanan kelinci peliharaannya di rumah.

"Roger sayang, inget ngga apa yang Mami bilang tentang orang asing?" tanya Riana, memancing ingatan putranya.

"Inget. Roger ngga boleh bicara sama orang asing, Roger juga ngga boleh percaya sama dia. Benar kan?" ucapnya.

"Benar, terus kenapa sama Om Mesi?" tanya Riana lagi.

"Mami, Om Mesi itu beda. Dia baik, tampan, lucu," jelas Roger sambil tersenyum.

"Roger, lain kali ngga boleh begitu ya. Orang asing itu ... "

"Iya, Mi, iya. Roger tau kok, Roger kan udah besar. Jadi, Roger tau mana orang asing yang baik dan orang asing yang jahat," terangnya.

"Bagus. Satu lagi, jangan buat panggilan untuk orang seperti itu ya, ngga baik. Om Mesi kan punya nama, siapa namanya?" tanya Riana.

"Nama Om Mesi bagus, Mi. Namanya itu Om Al ... "

"Roger." Suara panggilan mengejutkan keduanya.

"Mama Rena." Roger langsung berhambur ke pelukan Mama angkatnya sebelum menyelesaikan siapa nama Om Mesi sebenarnya.

bersambung...