webnovel

Rift Raider King

Kedamaian. ーーーーーーーーーーーーーーーーーーーーーーーー Dahulu kala dunia ini dipenuhi kedamaian. Kedamaian itu hancur saat insiden terlarang itu terjadi. Dunia, tidak sama seperti dulu lagi. Ribuan tahun berlalu sejak tragedi itu. Manusia hidup dengan tentram. Suatu hari, serangkaian bencana melanda dunia kembali. Manusia yang berjuang melawan bencana itu disebut dengan Rifters. Di tengah bencana yang melanda, ada sebuah insiden yang menyebabkan sekelompok orang yang entah bagaimana berpindah dimensi ke dunia ini. Salah satu anggotanya, Daniel berjuang di dunia barunya untuk mencari keluarga dan juga temannya. Akankah dia berhasil mencapainya saat dia memiliki teman misterius yang belum pernah dia temui?

Lexifanyaa · Anime et bandes dessinées
Pas assez d’évaluations
10 Chs

Kidnapped

Aku sudah keluar dari Rift itu. Aku langsung menyingkir dari hadapan Rift itu tapi Seung-Wo tidak kunjung keluar. Aku bisa lihat kalau Rift ini akan segera menghilang, di mana dia?

*swush*

"A-aku keluar!" Dia menghela nafas lega.

"Sekarang, tolong serahkan Artifact mu." Yah, aku kekurangan Artifact maupun uang.

-

Sin baru saja selesai menyiapkan kamar apartemennya di Tokyo. Mulai dari dapur, kamar mandi, dan ruang tamu, semuanya sudah selesai. Sin hendak mencari Daniel, saat orang misterius memukul tengkuknya.

*ting tong*

Suara bel kamar Sin berbunyi. Ternyata Arisu datang ke apartemen Sin. Sudah menunggu lama, Arisu mulai tidak sabar.

"Shinki, kau di dalam? Cepat buka pintunya, bodoh."

*ting tong*

"(Sialan, di mana dia? Telponku juga tidak diangkatnya lagi. Hahh.. Aku pakai [Junho] aja.)"

Muncul bayangan biru berbentuk separuh tubuh manusia yang memakai hanbok. Setelah beberapa saat, bayangan itu kembali pada Arisu.

"K-kosong? Akan kudobrak ini."

*brak*

Arisu berhasil mendobrak pintunya. Dia mulai memeriksa seluruh ruangan. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Sin. Arisu hendak menghubungi temannya, Daniel tapi dia lupa dia belum meminta kontaknya. Dia berpikir akan mencari Nieru terlebih dahulu lalu akan lebih mudah untuk mencari Shinki.

-

Phew. Dia keras kepala sekali. Maaf kawan, aku butuh Artifact mu. Lain kali, berharaplah untuk tidak bertemu denganku.. Aku selesai berurusan di sini. Untungnya aku sempat merasakan Dark Orbs di Rift tadi, meskipun hanya tiga sih. Kurasa itu cukup memuaskan untuk pemula, ya kan Zed?

*(Hm. Tidak buruk, lagipula Rift itu terlalu mudah untukmu.)*

Haha, aku anggap itu pujian. Lalu, aku akan ke Tokyo sekarang. Sin sudah menungguku.

*whoos*

-

Bulan telah terbit saat Daniel memasuki daerah Tokyo. Dia merasa lelah karena terlalu banyak memakai 「Shadow Step」.

「Low On MP」

"(Sialan. Ternyata ini cukup menguras mana-ku. Aku akan istirahat dulu di sana.)"

Daniel tiba di sebuah atap gedung. Gedung itu cukup tinggi untuk melihat seluruh keadaan Tokyo. Suasana malam yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Dia teringat dengan kebersamaan nya dengan keluarga Alifa.

"Hey, Zed. Temani aku ngobrol."

*"Apa yang kau inginkan, Manusia."*

"Berhenti dengan itu, bisa kau sebut namaku saja?"

*"Kau belum memenuhi syarat untuk itu."*

"Ah begitu. Lalu, bisa ceritakan kau itu apa?"

*"Kau belum memenuhi syarat untuk itu."*

"Astaga. Apa aku memenuhi syarat untuk sesuatu?"

*"Kau bisa menggunakan beberapa skill ku."*

"Hadeu.. Apa lagi?"

*"Kau bisa memakai Shadow Key yang kau temukan."*

"Tolong beritahu selain yang sudah kau sebut saat di gua itu."

*"Hm.. Untuk saat ini, kau bisa menganggapku sebagai keajaiban dunia ini. Obrolan selesai, aku ingin istirahat."*

"Keajai..ban?"

Beberapa menit dilalui Daniel dalam kesunyian malam. Merasa dirinya sedikit pulih, diapun turun ke jalan.

'Eh, aku belum tahu alamat baru Sin! Sialan.'

-

"(Apa-apaan ini? Kenapa aku belum menemukan Nieru.)"

Arisu masih menyetir mobilnya menyusuri jalan Tokyo. Sejenak dia berpikir akan memutar sekali lagi dan akan mengakhirinya untuk hari ini. Di sebuah jalan sepi, ujung pandangan Arisu menangkap seorang pria dengan kaos putih bercelana denim yang mirip dengan Nieru yang dia lihat di ruang perawatan tadi.

*ciit*

"Hm?" Daniel menyadari ada mobil yang berhenti di pinggir jalan.

"Nieru! Itu kau kan?" Arisu langsung membuka kaca jendela mobilnya.

"Ah, iya. Ada apa?"

"S-shinki.. Dia hilang!"

"Hah?!"

"Cepat, masuklah! Kita bicara sambil jalan." Arisu membukakan pintu sampingnya. Lalu Daniel langsung berlari masuk.

"Ceritakan rincinya." Daniel berkata serius sambil mengencangkan sabuk pengaman.

-

Di suatu ruangan gelap. Terlihat seorang pria pingsan yang terikat di kursinya. Dua orang berdiri mengawasinya di depan satu-satunya pintu ruangan itu.

"Misi berhasil, bos." Salah satu pria yang berjaga menghubungi bosnya.

"Kerja bagus. Aku akan kirimkan orang lagi ke sana."

"Siap, bos."

Lalu kedua orang itu menghampiri pria yang terikat di kursi. Bersiap untuk melakukan sesuatu.

-

Suasana kantor memanas bukan karena orang-orangnya melainkan panas terik siang hari. Terlihat Guro frustasi dengan memutar-mutar di kursinya.

"Jarak kita itu cukup dekat dengan Prefektur Saitama. Kenapa kita sama sekali tidak mendapat satupun jejak Black Ghost." Guro memijat pelipisnya.

"Maafkan aku, Guro. Anak-anak belum juga menemukan jejaknya." Suara Neo berasal dari laptop Guro.

"Hahh.. Kurasa aku akan ambil cuti untuk hari ini. Sampai jumpa di cafe biasanya, Neo." Guro langsung mematikan sambungan video call nya dengan Neo.

Guro segera beranjak dari kursinya, mengambil kopernya dan pergi meninggalkan ruangannya.

-

Suatu sore yang ramai akan orang-orang. Terlihat seorang pria besar berjas sedang menikmati pemandangan laut di sisi jembatan. Pria itu mengangkat ponselnya.

"Jarang sekali kau menghubungiku secara pribadi, ada apa 02?" 01 menghentikan aktifitasnya.

"Karena ini menyangkut Black Ghost. Jadi, aku rasa kita tidak mengalami kebocoran informasi, aku bisa jamin itu."

"Oh.. Lalu kemungkinan terakhir, mereka bisa melakukan teleportasi. Aku jadi semakin tertarik dengannya." 01 tersenyum kecil.

"Yah, bisa dibilang begitu. Lalu, laporan terkini, mereka berdua belum muncul lagi di radar kita."

"Tetap lanjutkan pencariannya, 02."

"Tentu."

Panggilan berakhir. 01 tertawa kecil sebelum akhirnya menghilang terbawa angin.

-

"Sebentar lagi matahari akan terbit, Nieru.. Kita belum menemukan tanda-tanda Shinki..sedikitpun."

Arisu terlihat kelelahan dan mengantuk di samping Daniel yang menyetir. Tentunya Arisu mengajarinya menyetir. Daniel pun juga terlihat menahan kantuknya. Mereka sempat pergi ke Saitama dan kembali mengelilingi Tokyo untuk mencari Sin.

"I-iya. Mari kita kembali ke apartemen Si-shinki dan istirahat di sana. Kau tidak keberatan kan?" Daniel bersiap mengambil jalan menuju apartemen Sin.

"Tentu. Aku tidak punya kenalan di Tokyo selain dia."

Daniel segera menancap gas. Mereka telah sampai di apartemen Sin dalam beberapa menit. Saat akan membuka pintu, Daniel melirik Arisu yang sudah tertidur di kursinya. Dia pun dilanda kebingungan. Karena dia terlalu lelah memikirkannya, dia langsung keluar, membuka pintu Arisu dan membawanya masuk apartemen. Daniel menyadari ada bekas dobrakan di pintu kamar Sin, tapi dia langsung menepis pikiran itu dengan memikirkan kalau sebelumnya Arisu sudah datang terlebih dahulu. Daniel menaruh Arisu di kasur.

"(Wow, seorang perempuan tertidur di hadapanku. Kuatkan pikiranmu, Daniel!)"

*(Hahaha.. Perilaku manusia cukup menghibur. Aku tidak menyesal terbangun karena kau terlihat sangat kelelahan.)*

"(Diamlah! Kau tahu apa tentang otak manusia.)"

*(Sekarang istirahatlah, Manusia. Agar aku juga bisa beristirahat dengan tenang.)*

"(Aku baru sadar kalau dia ini wanita yang cukup tomboy. Aku makin penasaran bagaimana dengan Alifa sekarang..)"

Daniel menatap Arisu dengan intens. Arisu terlihat memakai setelan pria. Tidak ingin menatapnya terlalu lama, Daniel mencuci muka dan segera mengistirahatkan tubuh dan pikirannya di sofa.