webnovel

RENCANAKAN PACARANMU

Pada masa sekarang, pergaulan anak remaja seringkali menghadapi tantangan dan masalah yang kompleks. Banyak remaja yang terjebak dalam pola pergaulan yang tidak sehat, terutama dalam konteks pacaran. Pacaran dianggap sebagai alasan untuk perilaku yang menyimpang dan seringkali berdampak negatif pada kehidupan mereka. Salah satu masalah yang sering terjadi adalah angka kehamilan di luar pernikahan di kalangan remaja. Pacaran yang tidak bertanggung jawab dan tanpa pemahaman yang benar tentang seksualitas dapat mengarah pada risiko ini. Remaja yang menghadapi kehamilan di luar pernikahan seringkali harus menghentikan pendidikan mereka dan merusak masa depan mereka. Dalam konteks ini, penting untuk membahas dan memberikan pemahaman yang tepat kepada remaja mengenai pacaran yang sehat dan bertanggung jawab. Melalui buku dengan judul "KAPAN SAYA PACARAN," diharapkan remaja dapat memperoleh wawasan yang mendalam tentang pentingnya memilih waktu yang tepat dan memahami tujuan sebenarnya dari pacaran. Judul tersebut diambil sebagai refleksi dari pertanyaan yang sering muncul di benak remaja, "Kapan sebaiknya saya memulai pacaran?" Buku ini akan menjawab pertanyaan tersebut dengan memberikan panduan yang jelas dan membantu remaja memahami konsep pacaran yang sehat serta mempersiapkan mereka untuk masa depan yang lebih baik. Dengan menyajikan informasi tentang risiko dan konsekuensi negatif dari pacaran yang tidak bertanggung jawab, buku ini bertujuan untuk mengubah persepsi dan pola pikir remaja terhadap pacaran. Dengan memperoleh pemahaman yang benar dan pengetahuan yang tepat, diharapkan remaja dapat membuat keputusan yang bijaksana dalam memasuki hubungan pacaran. Selain itu, buku ini juga akan membahas pentingnya menjaga kesehatan emosional, mengembangkan keterampilan komunikasi yang baik, dan membangun fondasi yang kuat sebelum memasuki hubungan romantis. Dengan demikian, diharapkan buku ini dapat memberikan panduan praktis bagi remaja dalam menghadapi tantangan dan tekanan yang ada dalam dunia pacaran. Melalui pemahaman yang mendalam tentang pacaran yang sehat, remaja diharapkan dapat menghindari perilaku yang merugikan diri sendiri dan membangun masa depan yang lebih cerah.

Abraham_pellokila · Urbain
Pas assez d’évaluations
11 Chs

DEFINISI PACARAN

I. Definisi dan Pengertian Pacaran:

Pacaran adalah suatu hubungan intim antara dua orang yang berbeda jenis kelamin, yang didasarkan pada saling tertarik dan memiliki perasaan romantis satu sama lain. Pacaran umumnya merupakan tahap awal dalam proses perkenalan menuju hubungan yang lebih serius, seperti pernikahan. Pada dasarnya, pacaran melibatkan interaksi sosial, kegiatan bersama, dan komunikasi antara dua individu yang saling tertarik. Tujuan utama dari pacaran adalah untuk saling mengenal satu sama lain dengan lebih dalam, membangun ikatan emosional, dan menjalin hubungan yang lebih dekat.

Pacaran juga dapat berfungsi sebagai proses seleksi atau penyeleksian pasangan hidup. Melalui pacaran, seseorang dapat mengeksplorasi kesesuaian antara dirinya dan pasangan dalam berbagai aspek, seperti nilai-nilai, minat, tujuan hidup, dan kompatibilitas emosional.

Pacaran dapat berlangsung dalam berbagai tingkatan dan intensitas, tergantung pada preferensi dan kesepakatan antara pasangan. Beberapa pasangan mungkin memilih untuk menjalani hubungan yang lebih santai dan tidak terlalu serius, sementara yang lain dapat mengarah ke hubungan yang lebih komitmen dan memiliki tujuan jangka panjang, seperti pernikahan.

Namun, penting untuk dicatat bahwa definisi dan pengertian pacaran dapat bervariasi tergantung pada budaya, nilai-nilai agama, dan konteks sosial masing-masing individu. Beberapa komunitas atau agama mungkin memiliki pandangan yang berbeda tentang pacaran dan memberlakukan batasan atau aturan tertentu terkait hubungan tersebut. Dalam prakteknya, penting bagi individu yang terlibat dalam pacaran untuk memahami dan menghormati batasan, nilai-nilai, dan komitmen satu sama lain. Komunikasi yang terbuka, saling pengertian, serta sikap saling menghormati dan menghargai merupakan elemen penting dalam menjaga hubungan pacaran yang sehat dan berkelanjutan.

a. Beberapa pengertiaan Pacaran secara umum

1.Pacaran adalah hubungan special antara dua orang yang berbeda jenis kelamin

2.Hubungan yang di lakukan untuk menyeleksi/menemukan pasangan hidup

3.Pacaran adalah satu hubungan yang di bangun atas dasar suka sama suka dan hanya untuk senang -senang. Pacaran adalah merupakan proses perkenanlan antara dau insane manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan keluarga yang dikenal dengan pernikahan ( htt://id. Wikipedia.org/wiki/ pacaran ). Menurut DeGenova & Rice ( 2005 ) Pacaran adalah menjalankan hubungan dimana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar saling mengenal satu sama lain.

Menurut Bowman ( 1978 ) . pacaran adalah kegiatan bersenang – senang anatara pria dan wanita yang belum menikah dimana hal, ini akan menjadi dasar utama yang dapat memberikan pengaruh timbale balik untuk hubungan selanjutnya sebelum pernikahan ( di Amerika ), Menurut Kyns, pacaran adalah hubungan antara dau orang yang berlawanan jenis dan mereka memiliki ketertarikan emosi, dimana hubungan ini didasarkan karena adanya perasaan – perasaan tertentu dalam hati masing – masing

Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan yang dikenal dengan Pernikahan . Pada kenyataannya, penerapan proses PACARAN masih sangat jauh dari tujuan yang sebenarnya. Manusia yang belum cukup umur dan masih jauh dari kesiapan memenuhi persyaratan menuju pernikahan telah dengan nyata membiasakan tradisi yang semestinya tidak mereka lakukan. Secara langusng memang alkitab tidak membahas, apa itu pacaran, dan dalam tradisi yang dibangun oleh alkitab memang tidak mengenal kata pacaran, yang dikenal adalah kata bertunangan, namun kalau ditanya apa arti PACARANAN

DeGenova & Rice (2005): Menurut mereka, pacaran adalah menjalankan hubungan di mana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama untuk saling mengenal satu sama lain. Bowman (1978): Menurut Bowman, pacaran adalah kegiatan bersenang-senang antara pria dan wanita yang belum menikah. Hal ini menjadi dasar utama yang dapat memberikan pengaruh timbal balik untuk hubungan selanjutnya sebelum pernikahan.

Kyns: Menurut Kyns, pacaran adalah hubungan antara dua orang berlawanan jenis yang memiliki ketertarikan emosional. Hubungan ini didasarkan pada adanya perasaan-perasaan tertentu dalam hati masing-masing individu.Wikipedia: Menurut Wikipedia, pacaran merupakan proses perkenalan antara dua individu yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan yang dikenal dengan pernikahan.

Kata PACARAN dalam bahasa ingris diterjemahkan dari kata HOI menjadi INDEHOI , kata INDEHOI itu muncul dari Mesir. Di Mesir terdapat pohon yang bernama HOI, tumbuhan ini tumbuh di sepanjang sungai Nil tingginya antara 100 – 150 cm, berdaun hijau , lebat dan tumbuh sepanjang tahun, biasanya pemuda dan pemudi Mesir yang menjalin hubungan asmara melakukan hubungan badan di balik pohon – pohon tersebut, karena hubungan asmara pada masa itu sangat bebas, tidak sesuai dengan nilai – nilai firman Tuhan. Jadi apakah orang Kristen, boleh mengunakan kata pacaran??

Jika memperhatikan asal – usul kata PACARAN maka, kita perlu melihat kembali, apakah boleh seorang anak Tuhan berpacaran, atau bolehkah seorang pelajar berpacaran, ? mungkin kata yang tepat bagi aktivitas ini adalah teman dekat, Beberapa pengertiaan Pacaran secara umum, ( depdikbud KBBI balai pustaka 2001 _james DOBSON CINTAH KASIH SE UMUR HIDUP, yayasan kalam Hidup 1999 ). Dari Kamus Bahasa Indonesia, saya dapatkan arti kata pacar. Yang pertama Pacar itu maksdnya Dan arti yang kedua Pacar itu "tumbuhan kecil yang daunnya bisa dipakai untuk pemerah kuku". Nah arti yang kedua bukan yang saya cari dan maksudkan. Penggunaan istilah pacaran berasal dari kata "Pacar" dan imbuhan "-an".

Kata pacar berasal dari bahasa Kawi (Jawa Kuno) yang berati "CALON PENGANTIN". Kemudian mendapat akhiran "-an" yang bermakna kegiatan. Sehingga pacaran berarti menjadi kegiatan sebelum nikah/ aktivitas dengan calon pengantin sebelum nikah. Secara umum pacaran itu merupakan kegiatan untuk saling mengenal satu sama lain ( beda jenis kelamin ) untuk memasuki kehidupan rumah tangga sehingga diharapkan dapat menghadapi masalah secara bersama-sama.Arti kata tersebut sebagian kecil masih dipegang oleh sebagian kecil masyarakat, tetapi sebagian besar mengartikannya berbeda. Cenderungnya sekarang banyak orang menilai pacaran sebagai hubungan yang spesial antara dua orang yang beda jenis kelamin dengan jalinan rasa dan adanya kontak fisik yang dilakukan secara berlebihan dan suka-suka. Mulai dari hanya taraf pandang-memandang, kemudian pegangan tangan, diteruskan ke Ci-pi-ka ci-pi-ki, dan melakukan "esrek-esrek" pas photo (setengah badan) dari kepala hingga dada.

Pacaran adalah suatu hubungan khusus antara dua orang yang berbeda jenis kelamin yang dilakukan dengan tujuan saling mengenal satu sama lain dalam rangka memasuki kehidupan rumah tangga. Dalam hubungan pacaran, terdapat berbagai pendapat dan pengertian yang dapat ditemukan, terutama dari kalangan remaja SMA dan SMK. Beberapa pengertian pacaran yang umum diutarakan adalah sebagai berikut: Pacaran adalah hubungan khusus antara dua orang yang berbeda jenis kelamin.Hubungan yang dilakukan untuk menyeleksi/menemukan pasangan hidup. Pacaran adalah hubungan yang dibangun atas dasar suka sama suka dan hanya untuk bersenang-senang. Berikut adalah beberapa pengertian pacaran menurut pendapat beberapa ahli:

Menurut DeGenova & Rice (2005), pacaran adalah menjalankan hubungan di mana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama untuk saling mengenal satu sama lain. Menurut Bowman (1978), pacaran adalah kegiatan bersenang-senang antara pria dan wanita yang belum menikah, yang menjadi dasar penting dalam membangun hubungan yang saling mempengaruhi sebelum pernikahan (di Amerika).

Menurut Kyns, pacaran adalah hubungan antara dua orang yang berlawanan jenis dan memiliki ketertarikan emosional, di mana hubungan ini didasarkan pada adanya perasaan tertentu dalam hati masing-masing. Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan yang dikenal dengan pernikahan. Pada kenyataannya, penerapan proses pacaran seringkali jauh dari tujuan yang sebenarnya. Beberapa orang yang belum cukup dewasa dan belum siap memenuhi persyaratan menuju pernikahan cenderung mempraktikkan tradisi yang seharusnya tidak mereka lakukan.

Meskipun dalam alkitab tidak secara langsung membahas tentang pacaran, dalam tradisi yang dibangun oleh alkitab, tidak dikenal istilah pacaran. Istilah yang lebih dikenal adalah "bertunangan". Namun, jika ditanyakan apa arti "PACARANAN", kata "pacaran" dalam bahasa Inggris diterjemahkan dari kata "hoi" menjadi "indehoi", yang berasal dari Mesir. Di Mesir, terdapat pohon yang bernama "hoi" yang tumbuh di sepanjang sungai Nil.

Pemuda dan pemudi Mesir yang menjalin hubungan asmara seringkali melakukan hubungan fisik di balik pohon-pohon tersebut, karena pada masa itu hubungan asmara sangat bebas dan tidak sesuai dengan nilai-nilai firman Tuhan. Dalam konteks orang Kristen, penerapan istilah pacaran dapat menjadi perdebatan. Sebagian menganggap bahwa istilah tersebut dapat digunakan, sementara yang lain lebih cenderung menggunakan istilah "teman dekat". Penting untuk mencari pemahaman yang tepat mengenai hubungan pacaran dan mengikuti prinsip-prinsip yang sesuai

b. PANDANGAN PACARA DI KALANGAN REMAJA

Perbedaan pandangan dan pengertian pacaran di kalangan remaja dapat bervariasi tergantung pada latar belakang budaya, nilai-nilai keluarga, agama, dan pengalaman pribadi. Berikut ini beberapa perbedaan umum dalam pandangan dan pengertian pacaran di kalangan remaja:

1. Konsep Pacaran yang Serius vs. Pacaran yang Santai: Beberapa remaja memiliki pandangan bahwa pacaran adalah tahap awal dalam proses mencari pasangan hidup yang serius. Mereka melihat pacaran sebagai langkah menuju pernikahan di masa depan. Di sisi lain, ada juga remaja yang menganggap pacaran sebagai kegiatan santai dan kesempatan untuk bersenang-senang bersama tanpa komitmen yang serius.

2. Pendekatan Tradisional vs. Modern: Beberapa remaja yang memegang nilai-nilai tradisional mungkin memiliki pandangan bahwa pacaran seharusnya hanya dilakukan jika mereka siap untuk memasuki ikatan pernikahan. Mereka mungkin menempatkan batasan ketat dalam hal interaksi fisik dan menekankan pentingnya kesucian sebelum menikah. Sementara itu, ada remaja dengan pandangan yang lebih modern yang melihat pacaran sebagai cara untuk menjalin hubungan emosional dan mengeksplorasi keterlibatan sosial dengan lawan jenis.

3. Pengaruh Agama: Agama seringkali memainkan peran penting dalam pengertian pacaran di kalangan remaja. Pandangan dan aturan agama tertentu dapat mempengaruhi bagaimana remaja memandang pacaran. Misalnya, dalam beberapa agama, pacaran dapat dianggap tidak diperbolehkan sebelum pernikahan atau diatur dengan aturan khusus terkait kesucian dan moralitas.

4. Kehidupan Sosial dan Teknologi: Kemajuan teknologi dan media sosial telah membawa perubahan dalam cara remaja memahami dan menjalani pacaran. Interaksi melalui pesan teks, media sosial, dan platform kencan online dapat menjadi bagian penting dari pengalaman pacaran di kalangan remaja saat ini. Ini dapat mempengaruhi dinamika hubungan, pemahaman tentang privasi, dan pengelolaan komunikasi dalam pacaran.

5. Pemahaman tentang Komitmen dan Kesiapan: Remaja memiliki pemahaman yang berbeda tentang komitmen dan kesiapan dalam pacaran. Beberapa remaja mungkin lebih cenderung menjalin hubungan jangka panjang dengan tujuan pernikahan di masa depan, sementara yang lain mungkin lebih memilih hubungan yang santai dan terbuka tanpa komitmen serius.

6. Tingkat Kekomitan dan Serius Hubungan: Beberapa remaja mungkin melihat pacaran sebagai bentuk hubungan yang lebih serius dan memiliki tujuan jangka panjang, seperti pernikahan di masa depan. Sementara itu, ada juga remaja yang memandang pacaran sebagai hubungan yang lebih santai dan hanya untuk bersenang-senang tanpa komitmen yang terlalu mendalam.

7. Batasan Fisik dan Emosional: Pandangan mengenai batasan fisik dan emosional dalam pacaran juga dapat berbeda. Beberapa remaja mungkin menganggap penting untuk menjaga batasan fisik, seperti tidak melakukan kontak fisik yang berlebihan atau berisiko, sementara yang lain mungkin lebih terbuka terhadap ekspresi fisik dalam hubungan.

8. Peran dan Ekspektasi Gender: Perbedaan pandangan tentang peran gender dalam pacaran juga bisa muncul di kalangan remaja. Beberapa remaja mungkin masih mengikuti pandangan tradisional tentang peran pria dan wanita dalam hubungan, sementara yang lain lebih terbuka terhadap konsep kesetaraan gender dalam pacaran.

9. Pengaruh Budaya dan Agama: Budaya dan agama memiliki peran besar dalam membentuk pandangan dan pengertian pacaran di kalangan remaja. Beberapa remaja mungkin hidup dalam masyarakat yang menganjurkan tradisi atau nilai-nilai konservatif terkait pacaran, sementara yang lain mungkin berasal dari budaya yang lebih terbuka dan inklusif terhadap hubungan romantis.

10. Tujuan dan Motivasi Pacaran: Motivasi pacaran juga bisa berbeda-beda di kalangan remaja. Beberapa remaja mungkin mencari hubungan romantis dengan tujuan menjalani hubungan yang serius dan komitmen jangka panjang, sementara yang lain mungkin lebih fokus pada aspek kesenangan dan pengalaman tanpa mengharapkan hubungan yang terlalu serius.

11. Pengalaman Pribadi dan Lingkungan Sosial: Pengalaman pribadi dan lingkungan sosial juga berperan dalam membentuk pandangan tentang pacaran. Pengalaman masa lalu, pengaruh teman sebaya, dan lingkungan keluarga dapat membentuk cara remaja melihat dan memahami hubungan pacaran.

12. Penting untuk diingat bahwa perbedaan pandangan dan pengertian pacaran di kalangan remaja adalah hal yang wajar, karena setiap individu memiliki latar belakang dan pengalaman yang unik. Namun, yang terpenting adalah komunikasi terbuka dan saling menghormati antara pasangan dalam menjalani hubungan pacaran yang sehat dan sesuai dengan nilai-nilai yang mereka anut.

Penting untuk diingat bahwa perbedaan dalam pandangan dan pengertian pacaran di kalangan remaja adalah hal yang wajar. Setiap individu memiliki latar belakang dan pengalaman yang berbeda yang membentuk persepsi mereka tentang pacaran. Penting bagi remaja untuk terlibat dalam komunikasi terbuka dengan pasangan mereka dan menjaga kesehatan hubungan yang saling menghormati dan memahami nilai-nilai masing-masing.

Sudut pandang agama kristen dan budaya

Sudut pandang agama Kristen dan budaya dalam buku "Kapan Saya Pacaran" dapat mencakup beberapa aspek sebagai berikut:

1. Sudut Pandang Agama Kristen: Dalam agama Kristen, pacaran dianggap sebagai tahap penting dalam proses mencari pasangan hidup yang potensial untuk pernikahan. Agama Kristen menekankan pentingnya membangun hubungan yang berdasarkan nilai-nilai moral, kasih, dan saling menghormati. Dalam pacaran, remaja Kristen diajarkan untuk mengenal potensi pasangan secara lebih mendalam, dengan tujuan membangun ikatan yang kuat berdasarkan komitmen dan kepercayaan kepada Tuhan.

Agama Kristen menekankan pentingnya menjaga batasan-batasan fisik dan emosional dalam pacaran, sehingga hubungan tersebut tetap dalam koridor kesucian dan menghormati kemuliaan Tuhan. Fokusnya adalah membangun hubungan yang sehat, saling menguatkan iman, dan mendekatkan diri kepada Tuhan bersama-sama.

2. Sudut Pandang Budaya: Perspektif budaya juga memengaruhi pandangan terhadap pacaran. Beberapa budaya mungkin lebih terbuka terhadap hubungan romantis di usia muda, sementara budaya lain mungkin memiliki pandangan yang lebih konservatif tentang pacaran.

Dalam beberapa budaya, pacaran mungkin dianggap sebagai bentuk perkenalan yang sah antara pria dan wanita yang berpotensi menjadi pasangan hidup. Nilai-nilai keluarga dan komunitas mungkin turut mempengaruhi cara remaja dalam menjalani pacaran, seperti adat istiadat, etika, dan norma-norma sosial yang berlaku. Namun, dalam beberapa budaya, terutama yang lebih konservatif, pacaran dianggap sebagai hal yang seharusnya dihindari atau dibatasi karena khawatir dapat menyebabkan perilaku yang menyimpang dan membahayakan masa depan remaja. Sudut pandang agama Kristen dan budaya dapat berbaur dalam membahas konsep pacaran yang sehat, mengedepankan nilai-nilai moral, komunikasi yang baik, dan kesetiaan kepada Tuhan dan keluarga. Buku tersebut mungkin juga menekankan pentingnya memahami batasan dan tanggung jawab dalam pacaran, serta bagaimana menjalani hubungan yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan budaya masing-masing individu. Dalam sudut pandang agama Kristen, konsep pacaran bisa diinterpretasikan berdasarkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Kristen. Beberapa poin yang dapat menjadi pertimbangan dalam konteks ini adalah:

Agama Kristen mendorong para pemeluknya untuk menjaga kesucian dan kekudusan dalam hubungan percintaan. Pacaran yang didasarkan pada komitmen untuk menjalani hubungan yang sesuai dengan prinsip-prinsip moral dan agama Kristen akan dijunjung tinggi. Sudut pandang agama Kristen menekankan pentingnya kesetiaan dan kejujuran dalam hubungan pacaran. Pasangan yang menjalani pacaran seharusnya saling mempercayai dan berkomunikasi dengan jujur satu sama lain, menghormati nilai-nilai moral yang dianut dalam agama Kristen. Pacaran dalam sudut pandang agama Kristen dapat dianggap sebagai tahap persiapan menuju pernikahan.

Hal ini berarti pacaran bertujuan untuk saling mengenal, membangun kompatibilitas, dan mempersiapkan diri untuk memasuki ikatan pernikahan yang sah di hadapan Tuhan. Agama Kristen mendorong penghormatan antara pria dan wanita dalam hubungan pacaran. Hal ini melibatkan penghormatan terhadap batasan fisik, emosional, dan spiritual masing-masing individu. Pasangan yang menjalani pacaran dalam kerangka agama Kristen diharapkan saling menghormati dan menjaga kehormatan satu sama lain.

C. Sudut Pandang Budaya dalam "Kapan Saya Pacaran":

Sudut pandang budaya juga memiliki peran penting dalam pandangan dan praktik pacaran. Setiap budaya memiliki norma-norma dan nilai-nilai yang mempengaruhi cara remaja dalam menjalani pacaran. Beberapa poin yang dapat menjadi pertimbangan dalam sudut pandang budaya adalah: Budaya memiliki tradisi dan norma sosial yang mempengaruhi cara remaja menjalani pacaran. Nilai-nilai, ekspektasi, dan batasan-batasan dalam budaya tertentu dapat memengaruhi pandangan dan praktik pacaran. Pengaruh dari teman sebaya juga dapat menjadi faktor penting dalam sudut pandang budaya. Remaja seringkali terpengaruh oleh norma-norma sosial dan tindakan teman-teman mereka dalam memandang dan menjalani pacaran. Dalam era modern dan globalisasi, budaya pacaran juga dapat terpengaruh oleh arus global.

Pengaruh media sosial, budaya populer, dan perilaku di negara lain dapat membentuk pandangan dan praktik pacaran di kalangan remaja. Peran dan Ekspektasi Gender: Budaya dapat mempengaruhi pandangan tentang peran gender dalam pacaran. Beberapa budaya mungkin masih menganut pandangan tradisional tentang peran pria dan wanita dalam hubungan, sementara yang lain mungkin lebih terbuka terhadap konsep kesetaraan gender dalam pacaran. Nilai-Nilai Keluarga: Budaya dapat mempengaruhi pandangan tentang pentingnya mempertimbangkan persetujuan dan dukungan keluarga dalam memulai hubungan pacaran. Beberapa budaya mungkin menekankan pentingnya persetujuan dan keterlibatan keluarga dalam proses pacaran. Budaya juga dapat mempengaruhi pandangan tentang batasan fisik dan seksual dalam pacaran. Beberapa budaya mungkin lebih konservatif.