webnovel

remember that day

Airin Kamiliana, wanita yang hampir selalu baik-baik saja dalam hidup. Terlahir dalam keluarga yang berkecukupan, memiliki orangbtua yang sangat mencintainya, tumbuh menjadi wanita cantik dan cerdas, hingga dinikahi oleh laki-laki yang behitu mencintainya dan dicintainya. Seperti ini kan perjalanan hidup yang diinginkan semua orang? Dan Airin beruntung bisa menjalani kehidupan sempurna seperti ini Namun, bukan hidup tidak pernah akan sesempurna itu. Begitu pula yang akhirnya harus Airin rasakan. Dia akhirnya harus merasakan perihnya kecewa dan penghianatan. Bian, pacar yang sudah sekian tahun ia pacari dan kini sudah menjadi suaminya dengan tega membuat keputusan untuk menceraikannya karena tergoda oleh sahabat lamanya. Namun, untuk menutupi semua kesalahamnya dia justru menuduh Airin berselingkuh dengan sahabat lamanya juga Setelah persidangan memutuskan perceraian mereka secara resmi, hari-hari penuh kenangan terus menjadi bayang-bayang untuk Airin dan Bian. Seperti banyak kalimat bijak yang sering kita dengar, kita akan merasa sangat menyesal setelah kita kehilangan. Dan yaps... Bian akhirnya membuktikan kebenaran kalimat bijak itu. Bian kini terus menyesal karena melepaskan Airin. Namun apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur. Airin sudah menemukan kehidupan barunya, kebahagiaan barunya. Apakah Bian akan yega datang lagi kepada Airin dan menghancurkan kehidupan bahagia Airin untuk kedua kalinya?

Galuh_Fifiana · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
377 Chs

Bagian 343

"Sudah, Lif. Kamu menurut saja sama Mama, kamu tidak akan menang kalau berdebat melawan Mama. Papa saja tidak bisa berdebat dengan Mama. Kamu tahu kan kalau Mama sudah tidak mau mengalah, Mama kamu ini akan sekeras kepala apa?" tanya Papa sambil mengangkat alisnya.

"Cckk! Iya sih, Pa. Papa benar. Tidak ada yang bisa melawan Mama," sahut Alif setuju dengan pendapat sang Papa.

"Jadi intinya apa nih jawabannya, wahai kaum adam?" tanya Mama yang sebenarnya sudah tahu akhir dari perdebatan ini. Mama hanya ingin memastikan kepastian dari keputusan akhir perdebatan ini.

"Ya, ke taman." Jawab Alif dengan suara lemas.

"Apa, Lif? Mama tidak dengar, yang semangat dong jawabnya. Apa?" tanya Mama yang meminta pengulangan dari jawaban Alif.

"Iya, Mamaku tersayang. Kita pergi ke taman untuk jalan-jalan," jawab Alif dengan lebih keras dan tegas.

"Nah, gitu dong! Kalau begini kan suaranya jadi jelas kedengeran di telinga Mama," sahut Mama.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com