webnovel

remember that day

Airin Kamiliana, wanita yang hampir selalu baik-baik saja dalam hidup. Terlahir dalam keluarga yang berkecukupan, memiliki orangbtua yang sangat mencintainya, tumbuh menjadi wanita cantik dan cerdas, hingga dinikahi oleh laki-laki yang behitu mencintainya dan dicintainya. Seperti ini kan perjalanan hidup yang diinginkan semua orang? Dan Airin beruntung bisa menjalani kehidupan sempurna seperti ini Namun, bukan hidup tidak pernah akan sesempurna itu. Begitu pula yang akhirnya harus Airin rasakan. Dia akhirnya harus merasakan perihnya kecewa dan penghianatan. Bian, pacar yang sudah sekian tahun ia pacari dan kini sudah menjadi suaminya dengan tega membuat keputusan untuk menceraikannya karena tergoda oleh sahabat lamanya. Namun, untuk menutupi semua kesalahamnya dia justru menuduh Airin berselingkuh dengan sahabat lamanya juga Setelah persidangan memutuskan perceraian mereka secara resmi, hari-hari penuh kenangan terus menjadi bayang-bayang untuk Airin dan Bian. Seperti banyak kalimat bijak yang sering kita dengar, kita akan merasa sangat menyesal setelah kita kehilangan. Dan yaps... Bian akhirnya membuktikan kebenaran kalimat bijak itu. Bian kini terus menyesal karena melepaskan Airin. Namun apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur. Airin sudah menemukan kehidupan barunya, kebahagiaan barunya. Apakah Bian akan yega datang lagi kepada Airin dan menghancurkan kehidupan bahagia Airin untuk kedua kalinya?

Galuh_Fifiana · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
377 Chs

Bagian 24

Pertanyaan Alif langsung membungkam Airin. Airin tidak bisa memungkiri kebenaran ucapan Alif. Mereka bertahan beberapa menit dalam diam sebelum akhirnya Airin memberanikan diri untuk memulai pembicaraan.

"Lif, gimana?" tanya Airin dengan sedikit ragu. Dia tidak yakin Alif mau memberikan respon.

"Kan udah aku kasih tahu jawabanku dari tadi, sejak kita masih di atas motor. Kamu tadi nggak denger aku ngomong apa?" tanya Alif.

"Denger," jawab Airin lirih.

"Terus kenapa kamu masih tanya soal itu lagi?"

"Dengernya dikit," jawab Airin.

"Harus aku ulangi lagi?"

Airin menunduk kemudian menggelengkan kepalanya pelan.

Alif merasa kasihan pada Airin. Dia kemudian mengalahkan egonya lagi dan mulai mau mendengarkan curahan hati Airin yang terus mencemaskan tentang pertunangannya besok. Meskipun mendengarkan curahan hati Airin sama saja dengan menabur garam di atas luka yang belum kering, Alif tetap berusaha untuk mendengarkan curahan hati Airin. Meski dengan menahan pedih dan perih.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com