webnovel

remember that day

Airin Kamiliana, wanita yang hampir selalu baik-baik saja dalam hidup. Terlahir dalam keluarga yang berkecukupan, memiliki orangbtua yang sangat mencintainya, tumbuh menjadi wanita cantik dan cerdas, hingga dinikahi oleh laki-laki yang behitu mencintainya dan dicintainya. Seperti ini kan perjalanan hidup yang diinginkan semua orang? Dan Airin beruntung bisa menjalani kehidupan sempurna seperti ini Namun, bukan hidup tidak pernah akan sesempurna itu. Begitu pula yang akhirnya harus Airin rasakan. Dia akhirnya harus merasakan perihnya kecewa dan penghianatan. Bian, pacar yang sudah sekian tahun ia pacari dan kini sudah menjadi suaminya dengan tega membuat keputusan untuk menceraikannya karena tergoda oleh sahabat lamanya. Namun, untuk menutupi semua kesalahamnya dia justru menuduh Airin berselingkuh dengan sahabat lamanya juga Setelah persidangan memutuskan perceraian mereka secara resmi, hari-hari penuh kenangan terus menjadi bayang-bayang untuk Airin dan Bian. Seperti banyak kalimat bijak yang sering kita dengar, kita akan merasa sangat menyesal setelah kita kehilangan. Dan yaps... Bian akhirnya membuktikan kebenaran kalimat bijak itu. Bian kini terus menyesal karena melepaskan Airin. Namun apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur. Airin sudah menemukan kehidupan barunya, kebahagiaan barunya. Apakah Bian akan yega datang lagi kepada Airin dan menghancurkan kehidupan bahagia Airin untuk kedua kalinya?

Galuh_Fifiana · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
377 Chs

Bagian 186

"Ya Tuhan.... aku dari tadi udah katakan ke kamu loh ide yang aku punya," jawab Bian.

"Apa?" Raya bertanya hingga membuat Bian kesal.

"Itu tadi, bakso. Mie ayam. Kamu anggap apa itu tadi," kata Bian mulai bernada tinggi.

"Yang lainnya dong, Mas. Masa itu aja sih?" tanya Raya.

"Ya Tuhan.... gimana aku nggak kesel coba ngadepin yang kaya gini, sabarkan aku Tuhan...." kata Bian.

"Gitu banget sih, Mas. Harusnya yang berdoa gitu tuh aku loh, Mas. Kamu nggak sadar kalau sebenarnya kamu itu lebih menyebalkan dari aku?" tanya Raya.

"Nggak, yang ngeselin ya kamu. Kan aku udah katakan ke kamu ide yang aku punya, sesuatu yang pengen aku makan juga. Bakso atau mie ayam. Kamu malah ngatain aku nggak punya ide. Kamu tuh yang nggak punya ide. Coba kamu punya ide apa? Nggak ada kan?" Bian sudah emosi.

"Hmmm... iya sih," sahut Raya lirih.

"Ya emang iya, yang tegas gitu loh jawabnya. Ngapain kamu takut-takut gitu jawabnya?" tanya Bian kesal.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com