webnovel

remember that day

Airin Kamiliana, wanita yang hampir selalu baik-baik saja dalam hidup. Terlahir dalam keluarga yang berkecukupan, memiliki orangbtua yang sangat mencintainya, tumbuh menjadi wanita cantik dan cerdas, hingga dinikahi oleh laki-laki yang behitu mencintainya dan dicintainya. Seperti ini kan perjalanan hidup yang diinginkan semua orang? Dan Airin beruntung bisa menjalani kehidupan sempurna seperti ini Namun, bukan hidup tidak pernah akan sesempurna itu. Begitu pula yang akhirnya harus Airin rasakan. Dia akhirnya harus merasakan perihnya kecewa dan penghianatan. Bian, pacar yang sudah sekian tahun ia pacari dan kini sudah menjadi suaminya dengan tega membuat keputusan untuk menceraikannya karena tergoda oleh sahabat lamanya. Namun, untuk menutupi semua kesalahamnya dia justru menuduh Airin berselingkuh dengan sahabat lamanya juga Setelah persidangan memutuskan perceraian mereka secara resmi, hari-hari penuh kenangan terus menjadi bayang-bayang untuk Airin dan Bian. Seperti banyak kalimat bijak yang sering kita dengar, kita akan merasa sangat menyesal setelah kita kehilangan. Dan yaps... Bian akhirnya membuktikan kebenaran kalimat bijak itu. Bian kini terus menyesal karena melepaskan Airin. Namun apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur. Airin sudah menemukan kehidupan barunya, kebahagiaan barunya. Apakah Bian akan yega datang lagi kepada Airin dan menghancurkan kehidupan bahagia Airin untuk kedua kalinya?

Galuh_Fifiana · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
377 Chs

Bagian 183

Raya duduk di samping suaminya, "Nggak ada apa-apa sih, Mas. Aku sama dia ya biasa aja," jawab Raya.

"Terus kenapa kaget gitu?" tanya Bian.

Raya mencoba mencari alasan yang bisa diterima oleh Bian, "Ya, aku hanya khawatir saja kalau dia melihat kita sedang bercumbu tadi. Kan malu, Mas. Memangnya kamu nggak malu kalau ada yang melihat kita sedang seperti itu tadi?" tanya Raya.

Bian menggeleng, "Kenapa harus malu? Yang lihat kita bercumbu kan cuma Rama aja, temen kita sendiri. Ngapain sih kita harus malu dan gengsi sama dia?" tanya Bian dengan santainya.

"Ya tetap aja dong, Mas. Itu kan privasi," sahut Raya.

"Yaudah sih, kan udah terlanjur. Mau apa coba kalau udah terlanjur begini?" tanya Bian dengan santainya.

"Pasrah banget sih jadi orang, Mas. Kaya nggak ada khawatirnya gitu," sahut Raya.

"Ya mau gimana lagi sih, Ra? Kan udah terlanjur juga. Kalau emang tadi dia lihat ya udah, mau diapain lagi coba? Kita bisa apa?" tanya Bian tetap dengan santai.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com