webnovel

remember that day

Airin Kamiliana, wanita yang hampir selalu baik-baik saja dalam hidup. Terlahir dalam keluarga yang berkecukupan, memiliki orangbtua yang sangat mencintainya, tumbuh menjadi wanita cantik dan cerdas, hingga dinikahi oleh laki-laki yang behitu mencintainya dan dicintainya. Seperti ini kan perjalanan hidup yang diinginkan semua orang? Dan Airin beruntung bisa menjalani kehidupan sempurna seperti ini Namun, bukan hidup tidak pernah akan sesempurna itu. Begitu pula yang akhirnya harus Airin rasakan. Dia akhirnya harus merasakan perihnya kecewa dan penghianatan. Bian, pacar yang sudah sekian tahun ia pacari dan kini sudah menjadi suaminya dengan tega membuat keputusan untuk menceraikannya karena tergoda oleh sahabat lamanya. Namun, untuk menutupi semua kesalahamnya dia justru menuduh Airin berselingkuh dengan sahabat lamanya juga Setelah persidangan memutuskan perceraian mereka secara resmi, hari-hari penuh kenangan terus menjadi bayang-bayang untuk Airin dan Bian. Seperti banyak kalimat bijak yang sering kita dengar, kita akan merasa sangat menyesal setelah kita kehilangan. Dan yaps... Bian akhirnya membuktikan kebenaran kalimat bijak itu. Bian kini terus menyesal karena melepaskan Airin. Namun apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur. Airin sudah menemukan kehidupan barunya, kebahagiaan barunya. Apakah Bian akan yega datang lagi kepada Airin dan menghancurkan kehidupan bahagia Airin untuk kedua kalinya?

Galuh_Fifiana · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
377 Chs

Bagian 164

Telepon iseng

Karena sudah sangat penasaran dan kesal dengan terror dari nomor tidak dikenal itu Alif kemudian langsung menyambar ponselnya yang berada di atas meja. Dia kemudian dengan cepat mengangkat panggilan itu.

"Halo," jawab Alif dengan suara yang sudah langsung sewot.

Tidak ada jawaban dari balik telepon.

"Halo," ulang Alif dengan suara yang semakin sewot.

Masih tidak ada jawaban. Alif melihat penghitung waktu panggilan di layar ponselnya tetap terus berjalan, namun kenapa tidak ada jawaban dari si penelpon.

"Halo," ulang Alif sekali lagi.

Masih tetap tidak ada jawaban. Hal itu pun semakin membuat Alif emosi. Dia kemudian mematikan panggilan tidak jelas tersebut.

"Hah! Ganggu orang aja!" maki Alif sambil meletakkan ponselnya kembali ke meja.

KLUING…. KLUING… KLUING… KLUING….

Ponsel Alif kembali berdering. Panggilan masuk dari nomor tidak dikenal lagi.

Dengan cepat Alif mengangkat panggilan itu, "Heh! Apa mau kamu? Ganggu tahu nggak?" tanya Alif dengan sewot.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com