webnovel

remember that day

Airin Kamiliana, wanita yang hampir selalu baik-baik saja dalam hidup. Terlahir dalam keluarga yang berkecukupan, memiliki orangbtua yang sangat mencintainya, tumbuh menjadi wanita cantik dan cerdas, hingga dinikahi oleh laki-laki yang behitu mencintainya dan dicintainya. Seperti ini kan perjalanan hidup yang diinginkan semua orang? Dan Airin beruntung bisa menjalani kehidupan sempurna seperti ini Namun, bukan hidup tidak pernah akan sesempurna itu. Begitu pula yang akhirnya harus Airin rasakan. Dia akhirnya harus merasakan perihnya kecewa dan penghianatan. Bian, pacar yang sudah sekian tahun ia pacari dan kini sudah menjadi suaminya dengan tega membuat keputusan untuk menceraikannya karena tergoda oleh sahabat lamanya. Namun, untuk menutupi semua kesalahamnya dia justru menuduh Airin berselingkuh dengan sahabat lamanya juga Setelah persidangan memutuskan perceraian mereka secara resmi, hari-hari penuh kenangan terus menjadi bayang-bayang untuk Airin dan Bian. Seperti banyak kalimat bijak yang sering kita dengar, kita akan merasa sangat menyesal setelah kita kehilangan. Dan yaps... Bian akhirnya membuktikan kebenaran kalimat bijak itu. Bian kini terus menyesal karena melepaskan Airin. Namun apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur. Airin sudah menemukan kehidupan barunya, kebahagiaan barunya. Apakah Bian akan yega datang lagi kepada Airin dan menghancurkan kehidupan bahagia Airin untuk kedua kalinya?

Galuh_Fifiana · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
377 Chs

Bagian 159

"Oh, itu… Airinnnya udah makan kok Yah. Tadi Bunda bawakan makanannya ke atas," jawab Bunda.

"Loh! kenapa dia tidak makan di sini aja? Bareng sama Ayah sama Bunda juga?" tanya Ayah yang belum jadi menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.

"Masih capek katanya, Yah. sudah lah biarkan saja," ujar Bunda.

"Ya kalau gitu sekarang Bunda juga makan dong, masa Bunda tega sih biarin Ayah makan sendirian?" tanya Ayah.

"Kan ini Bunda temenin, Yah…" jawab Bunda.

"Iya, tapi ngelihatin Ayah makan aja. Nggak ikut makan," kata Ayah.

"Tidak apa-apa dong, Yah…. kan sama saja, Bunda masih kenyang soalnya." Kata Bunda dengan alasan klasiknya.

"Ah, Bunda ini tega sekali. Makanan Ayah jadi seret nih karena Bunda nggak makan juga, sakit nanti tenggorokan Ayah karena makanannya nyangkut. Bunda mau Ayah tersedak gara-gara makanannya nyangkut?" ujar Ayah agar Bunda mau menemaninya makan malam.

"Ah, ada-ada aja. Ini kan banyak kuahnya, Yah. Mana mungkin bisa nyangkut di tenggorokan?" sahut Bunda.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com