webnovel

remember that day

Airin Kamiliana, wanita yang hampir selalu baik-baik saja dalam hidup. Terlahir dalam keluarga yang berkecukupan, memiliki orangbtua yang sangat mencintainya, tumbuh menjadi wanita cantik dan cerdas, hingga dinikahi oleh laki-laki yang behitu mencintainya dan dicintainya. Seperti ini kan perjalanan hidup yang diinginkan semua orang? Dan Airin beruntung bisa menjalani kehidupan sempurna seperti ini Namun, bukan hidup tidak pernah akan sesempurna itu. Begitu pula yang akhirnya harus Airin rasakan. Dia akhirnya harus merasakan perihnya kecewa dan penghianatan. Bian, pacar yang sudah sekian tahun ia pacari dan kini sudah menjadi suaminya dengan tega membuat keputusan untuk menceraikannya karena tergoda oleh sahabat lamanya. Namun, untuk menutupi semua kesalahamnya dia justru menuduh Airin berselingkuh dengan sahabat lamanya juga Setelah persidangan memutuskan perceraian mereka secara resmi, hari-hari penuh kenangan terus menjadi bayang-bayang untuk Airin dan Bian. Seperti banyak kalimat bijak yang sering kita dengar, kita akan merasa sangat menyesal setelah kita kehilangan. Dan yaps... Bian akhirnya membuktikan kebenaran kalimat bijak itu. Bian kini terus menyesal karena melepaskan Airin. Namun apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur. Airin sudah menemukan kehidupan barunya, kebahagiaan barunya. Apakah Bian akan yega datang lagi kepada Airin dan menghancurkan kehidupan bahagia Airin untuk kedua kalinya?

Galuh_Fifiana · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
377 Chs

Bagian 145

Di hotel….

"Cckk… sakit banget lagi, ah!" kata Bian sambil mengelus-elus wajahnya yang sudah dipenuhi dengan lebam.

"Aaarh… berani banget bocah kurang ajar itu bikin wajah tampanku jadi berantakan. Carut marut nggak karuan," tambah Bian yang masih terus mengomel di sepanjang jalan menuju ke kamar yang disewanya.

"Aku kan jadi harus pusing mau alasan apa sama Raya gara-gara bonyok-bonyok menyebalkan ini," ujar Bian yang masih saja mengomel sebelum mengetuk pintu kamarnya.

TOK…. TOK…. TOK…. Bian mengetuk pintu kamarnya.

"Ra…. Buka pintunya," kata Alif saat meminta pada Raya yang tadi dia tinggalkan di dalam kamar untuk membukakan pintu.

Namun, setelah beberapa saat dia tetap tidak mendapatkan jawaban dari Raya atau mendapati pintu terbuka.

"Ah! Kemana lagi nih si Raya?" Bian mulai tidak sabaran lagi.

"Aaah… Mana sih? Badanku udah sakit semua, pengen buru-buru rebahan rasanya. Mana sih ini si Raya?" tanya Bian lagi.

TOK…. TOK…. TOK…. Bian mengetuk pintu kamarnya lagi.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com