webnovel

remember that day

Airin Kamiliana, wanita yang hampir selalu baik-baik saja dalam hidup. Terlahir dalam keluarga yang berkecukupan, memiliki orangbtua yang sangat mencintainya, tumbuh menjadi wanita cantik dan cerdas, hingga dinikahi oleh laki-laki yang behitu mencintainya dan dicintainya. Seperti ini kan perjalanan hidup yang diinginkan semua orang? Dan Airin beruntung bisa menjalani kehidupan sempurna seperti ini Namun, bukan hidup tidak pernah akan sesempurna itu. Begitu pula yang akhirnya harus Airin rasakan. Dia akhirnya harus merasakan perihnya kecewa dan penghianatan. Bian, pacar yang sudah sekian tahun ia pacari dan kini sudah menjadi suaminya dengan tega membuat keputusan untuk menceraikannya karena tergoda oleh sahabat lamanya. Namun, untuk menutupi semua kesalahamnya dia justru menuduh Airin berselingkuh dengan sahabat lamanya juga Setelah persidangan memutuskan perceraian mereka secara resmi, hari-hari penuh kenangan terus menjadi bayang-bayang untuk Airin dan Bian. Seperti banyak kalimat bijak yang sering kita dengar, kita akan merasa sangat menyesal setelah kita kehilangan. Dan yaps... Bian akhirnya membuktikan kebenaran kalimat bijak itu. Bian kini terus menyesal karena melepaskan Airin. Namun apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur. Airin sudah menemukan kehidupan barunya, kebahagiaan barunya. Apakah Bian akan yega datang lagi kepada Airin dan menghancurkan kehidupan bahagia Airin untuk kedua kalinya?

Galuh_Fifiana · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
377 Chs

Bagian 127

Airin sebenarnya enggan untuk menanggapi Bundanya yang sudah pasti akan membahas mengenai masalah yang sedang tidak ingin dia dengar.

"Bunda, sepertinya Airin belum bisa membahas mengenai masalah itu terlalu jauh." Airin berkata dengan tegas.

Ucapannya itu membuat sang Bunda langsung terdiam. Bunda langsung menatap mata Airin dan mengerti ada kesedihan yang begitu dalam tersembunyi di sana.

"Sebenarnya ada apa sih, Nak? Apa kamu sedang bertengkar dengan suami kamu?" tanya Bunda yang sudah tidak bisa menunggu anaknya untuk bercerita sendiri.

Airin mulai menangis.

Bunda tidak perlu mendengar penjelasan dari Airin, Bunda sudah bisa mengerti bahwa tebakannya benar. Bunda langsung memeluk putri kesayangannya itu.

"Apa Ayah perlu pergi dulu agar kalian bisa bercerita dengan lebih leluasa?" tanya Ayah yang merasa bahwa kehadirannya mungkin saja sudah membuat Airin menjadi kurang nyaman sehingga belum mau membuka mulutnya untuk bercerita pada sang Bunda.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com