webnovel

remember that day

Airin Kamiliana, wanita yang hampir selalu baik-baik saja dalam hidup. Terlahir dalam keluarga yang berkecukupan, memiliki orangbtua yang sangat mencintainya, tumbuh menjadi wanita cantik dan cerdas, hingga dinikahi oleh laki-laki yang behitu mencintainya dan dicintainya. Seperti ini kan perjalanan hidup yang diinginkan semua orang? Dan Airin beruntung bisa menjalani kehidupan sempurna seperti ini Namun, bukan hidup tidak pernah akan sesempurna itu. Begitu pula yang akhirnya harus Airin rasakan. Dia akhirnya harus merasakan perihnya kecewa dan penghianatan. Bian, pacar yang sudah sekian tahun ia pacari dan kini sudah menjadi suaminya dengan tega membuat keputusan untuk menceraikannya karena tergoda oleh sahabat lamanya. Namun, untuk menutupi semua kesalahamnya dia justru menuduh Airin berselingkuh dengan sahabat lamanya juga Setelah persidangan memutuskan perceraian mereka secara resmi, hari-hari penuh kenangan terus menjadi bayang-bayang untuk Airin dan Bian. Seperti banyak kalimat bijak yang sering kita dengar, kita akan merasa sangat menyesal setelah kita kehilangan. Dan yaps... Bian akhirnya membuktikan kebenaran kalimat bijak itu. Bian kini terus menyesal karena melepaskan Airin. Namun apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur. Airin sudah menemukan kehidupan barunya, kebahagiaan barunya. Apakah Bian akan yega datang lagi kepada Airin dan menghancurkan kehidupan bahagia Airin untuk kedua kalinya?

Galuh_Fifiana · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
377 Chs

Bagian 126

"Airin gimana? Memangnya dia tidak pernah bilang terserah ke Ayah?" tanya Bunda.

"Nggak," sahut Ayah cepat.

"Rin, kamu sering nggak bilang terserah ke suami kamu kalau dia lagi nanya kamu mau makan apa?" tanya Bunda langsung pada Airin.

Airin merasa posisinya akan sulit, salah jawab saja bisa jadi semakin panjang nih urusan. Padahal hanya karena kata terserah aja tuh yang ganggu.

"Eeem… sudah lah, Yah… sudah lah, Bund… mendingan kita langsung makan aja, gimana kalau kita makan soto?" tanya Airin dengan solusinya yang cukup bagus dan menarik.

"Soto apa?" tanya Ayah.

"Terserah, Ayah. Ayah mau soto apa?" Airin dengan tidak sadar mengatakan kata yang sedang menjadi biang keributan di antara Ayah dan Bundanya.

"Tuh, kan! Jawaban dia juga terserah, Yah!" pekik Bunda yang dengan semangat menemukan secara langsung bukti Airin juga bisa menjawab terserah pada sang Ayah.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com