webnovel

remember that day

Airin Kamiliana, wanita yang hampir selalu baik-baik saja dalam hidup. Terlahir dalam keluarga yang berkecukupan, memiliki orangbtua yang sangat mencintainya, tumbuh menjadi wanita cantik dan cerdas, hingga dinikahi oleh laki-laki yang behitu mencintainya dan dicintainya. Seperti ini kan perjalanan hidup yang diinginkan semua orang? Dan Airin beruntung bisa menjalani kehidupan sempurna seperti ini Namun, bukan hidup tidak pernah akan sesempurna itu. Begitu pula yang akhirnya harus Airin rasakan. Dia akhirnya harus merasakan perihnya kecewa dan penghianatan. Bian, pacar yang sudah sekian tahun ia pacari dan kini sudah menjadi suaminya dengan tega membuat keputusan untuk menceraikannya karena tergoda oleh sahabat lamanya. Namun, untuk menutupi semua kesalahamnya dia justru menuduh Airin berselingkuh dengan sahabat lamanya juga Setelah persidangan memutuskan perceraian mereka secara resmi, hari-hari penuh kenangan terus menjadi bayang-bayang untuk Airin dan Bian. Seperti banyak kalimat bijak yang sering kita dengar, kita akan merasa sangat menyesal setelah kita kehilangan. Dan yaps... Bian akhirnya membuktikan kebenaran kalimat bijak itu. Bian kini terus menyesal karena melepaskan Airin. Namun apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur. Airin sudah menemukan kehidupan barunya, kebahagiaan barunya. Apakah Bian akan yega datang lagi kepada Airin dan menghancurkan kehidupan bahagia Airin untuk kedua kalinya?

Galuh_Fifiana · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
377 Chs

Bagian 101

"Nggak apa-apa, Bunda. Kan nggak berkelanjutan, hanya sampai Airin selesai cuti," kata Airin.

" Kamu nggak mau makan masakan Bunda?" Bunda langsung mengeluarkan pertanyaan pamungkas.

"Eheee… mau, Bunda." Airin meringis.

"Tuh, kan… kalau gitu jangan makan di luar terus. Sesekali aja," sahut Bunda.

"Siap, Bunda. Airin juga mau ikut bantuin Bunda masak," ujar Airin dengan penuh tekad.

"Oh, iya. Bunda mau lihat seberapa jauh peningkatan kemampuan memasak kamu. Masa kamu sudah punya suami tapi masih belum bisa masak? Bunda besok mau tes kamu untuk masakin Bunda sarapan," ujar Bunda.

"Yah… Bunda… kok malah jadi Airin ditantang masak? Airin masih belum bisa Bunda… Airin nggak pernah masak. Bunda kan tahu Airin ini beda banget dari Bunda. Airin kalau memasak suka nggak jalan instingnya. Kadang keasinan, kemanisan, kadang hambar juga. Pokoknya nggak pernah bener. Nanti malah hasil masakannya mubadzir karena nggak ada yang mau makan," sahut Airin dengan segala keluhannya.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com