webnovel

Perkenalan

Musim perkuliahan telah di mulai tahun ini. Terlihat banyak wajah – wajah baru nan polos yang menghiasi salah satu kampus negeri di pulau Sumatera. Sepertinya hari ini adalah ospek hari pertama yg dilakukan oleh senior – senior mahasiswa jurusan Sosiologi atau bahasa formalnya FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik).

Riki berjalan setengah berlari di sekitar kampusnya, sepertinya ia mengejar ketertelambatan. Tampak para mahasiswa baru telah berkumpul di lapangan, lengkap dengan Almamater khas Universitas.

Seorang mahasiswa senior melambaikan dengan telunjuknya menunjukkan arah kemana Riki harus duduk bersama teman – teman barunya. Riki mengikuti instruksi dengan kepala merunduk karna dia tau kalau dia terlambat.

"haiii . . . gue Riki . . . " Sambil menyodorkan tangan ke wanita disebelah tempat duduknya.

"Fany" jawabnya singkat dengan wajah datar sambil melepas jabat tangan mereka.

"Busettt dahh . . . ni cewek serius amat lah dengerin pidato, sampe segitunya ekspresi mukanya" Ucap Riki dalam hati sambil sedikit tersenyum mencoba mencairkan suasana.

Hampir 2 jam pengenalan tentang jurusan dari dosen beserta senior mahasiswa berjalan. Tapi sepertinya ini akan segera usai sebab jam 10 pagi ini adalah hari pertama masuk kelas mengikuti perkuliahan awal.

***

Semua mahasiswa baru telah memasuki kelas mereka. Ada yg tengah berbincang – bincang ria seolah bertemu teman lama, , ada yang asiik dengan smartphone nya. Ada juga yg diem ja duduk sambil membaca buku novelnya dan lain – lain.

Riki sedikit bingung ketika dia memasuki kelasnya, tak satupun dari mereka yg ia kenal kecuali Fany yg barusan ia kenal tadi pagi, itupun Fany sedang bersenandung lirih dengan earphonenya.

"lengkap sudah. ,. gue harus mulai dari awal lagi . . . tapi its okay . . . kelas ini imbang cowok ma cweknya . . . tapi banyak ceweknya dech kayaknya" Riki berkata dalam hati.

Belum sempat ia ingin memilih tempat duduk. Ia di kagetkan dengan kedatangan 2 orang manusia. Satu cewek dan satunya lagi cewek jadi – jadian.

" echhh gantenggg . . . ngapain sich kamu tegak – tegak depan pintu giniii" dengan gaya khas kemayunya ia menatap erat – erat wajah Riki dan Riki hanya mampu diam tertegun melihatnya.

"Kenalinnn . . . Santii Wardani" sambil langsung menjabat tangan Riki.

" cieelahhhh . . . iyaaa . . . kalo malem namanya Santi kalo siang Santo . . . ckckckck" potong wanita yg bersama cowok jadi – jadian sambil cengengesan.

"ehhh gue Nadya . . . "

Lo siapa?? Tanyanya . . .

"nggggg aanuuu . . . gue Riki . . . iyaa salam kenal yachh . . . jawab Riki sembari melepaskan jabatan tangan Santi yg sedari tadi masih kuat menggenggam tangannya.

"owhhhh . . . gk usah kaget gitu . . . gue sama ni banci udah temenan dari SMA . . .

"ichhhh . . . kq banci sichhh cyiinnn . . . kasar dechhh . . . aku kan cantikkkk . . . lebih cantik dari kamu lagiii . . . " sanggahnya seraya mengibaskan rambut ikalnya . . .

Perkenalan pun dilanjutkan dengan teman – teman yg telah hadir diruang perkuliahan.Tidak sedikit dari mereka yg sudah saling mengenal satu sama lainnya.

" Ehhmmmmm . . . . " Seorang dosen memasuki ruang kelas mereka. Sekejap suasana kelas langsung diam membisu, yang tadinya penuh riuh mengobrol kesana kemari mendadak sunyi sepi bak suasana larut malam tempat pemakaman umum.

"agaknya ni dosen killer dechhh . . . " kata Riki dalam hati.

Wajah datar dengan kumis tebal setebal gulungan wol kulit domba, mata menatap tajam ke penjuru ruangan sambil sesekali berhenti memperhatikan gerak – gerik mahasiswa dalam kelas. Setelan batik dan celana dasar ditambah tangan memegang buku setebal mungkin 500 halaman sudah cukup membuktikan kalau sosok di depan mereka adalah Dosen bukan Office Boy atau pedagang gorengan sekitar kampus.

Saat pembelajaran dimulai kira – kira 20 menit. Terdengar pintu kelas di ketok dari luar.

"tok . . . tokk . . . tokk .. "

"Selamat pagi pak . . . saya mahasiswa baru pak . . . nama saya Ryan pak . . . maaf saya agak telat" ucapnya sambil sedikit tersenyum penuh kharisma.

Sekejap pandangan seisi kelas tertuju pada pria di depan mereka yg tengah menunggu eksekusi mati, eh salah . . menunggu apa yg akan dilakukan si dosen, mengusirnya atau memperbolehkannya mengikuti kelas.

" Ohhhhhh . . . hari pertama kuliah aja udah terlambat . . . " sang dosen berucap sembari melihat jam tangannya.

22 menit kamu terlambat . . . silahkan duduk . . . hari ini saya maklumi . . . lain kali siapa saja yg telat sampai 20 menit mending gak usah masuk mata kuliah saya kalian . . . hargailah waktu . . . jangan sampai kalian menyesal karena menyia – nyiakan waktu. Ultimatum si dosen.

"Ehhh sebentar . . . kamu kok pakai kacamata sebelah kiri aja . . . warna hijau lagi " tanya pak dosen memperhatikan Ryan.

"ohhh . . . mata kiri saya cacat dari lahir pak . . . jadi saya beli alat ini pak buat nutupin mata saya . . . daripada saya pakek perban terus, mending saya pakek kacamata ini pak " jawabnya sedikit panjang.

Memang agak aneh melihat penampilan Ryan. Kacamata yg ia gunakan seperti alat yg dipakai Radit di film Dragon Ball untuk mengukur berapa tingkat kekuatan lawannya, saat pertama kali Radit sampai kebumi untuk menemui Kakaroto (Son Goku). Yang masa kecilnya bahagia pasti tau ini film kartun legenda. Hehe . . .

Tapi ini sedikit berbeda, dibagian dalam kaca berwarna hijau itu terlihat bagian seperti lengkungan sendok berwarna coklat muda. Sepertinya ini dibuat untuk menutupi samua bagian mata, sehingga kemungkinan besar mata kiri Ryan ini tertutup total.

" Jangan – jangan Ryan memiliki mata Sharinggan kayak Hatake Kakashi di serial komik Naruto. Dimana Kakashi selalu menutup mata kirinya dengan ikat kepala dan hanya dibuka ketika akan bertarung saja" . . . khayalan Riki melambung jauh menembus batasan realita. Mungkin karna terlalu hobinya ia membaca komik karya Masashi Kishimoto tersebut.

***

Ryan ini agak beda dari kebanyakan orang" lanjut Riki yg masih saja memperhatikan Ryan, seolah ia sangat tertarik mengenal siapa sebenarnya laki – laki aneh itu.

Bukan dia saja yg memperhatikan si anak yg telat ini. Ada beberapa pasang mata juga yg mencoba mereka – reka siapa sebenarnya Ryan.

"Rambutnya lurus banget, dengan style ala Emo yg pas banget dengan bentuk mukanya. . . Idungnya bangir . . . mancung banget . . . mata yg satunya warna coklat lagi . . . ni cowok terlalu ganteng buat ukuran manusia dech . . cool banget lagi " Nadya mencoba menerawang bak pawang hujan yg melakukan ritual pemanggilan hujan sambil sesekali tersenyum. Entah apa yg dirasakannya saat ini.

***

" Woiiii . . . ngapain lo siang – siang melamun sendirian disini ??!!"

" ganggu aja lo bedua . . . ehh . . . lo bedua ni kembar yaakkk . . . perasaan kemana-mana selalu sama – sama . . . tapi kok beda yaaa . . . satu manusia . . . satu siluman . . . hahahaha . . . tawa Riki memecah suasana panas di kantin dekat kampus mereka.

" Ichhhhh . . . sewot dechhh lo . . . dasar cungkringgg . . . " bela Santo manyun.

"Gak usah cemberut gituuu juga kalii brayyy . . . gue kan becanda . . ."

"Jangan panggil gue brayyy . . . panggill gue Miss . . . okeyyy . . . misss!! . . ." terang santi sedikit tinggi.

"Pesen pa lo kii . . ." tanya Nadya sambil liat menu makanan diatas meja yg sedari tadi cuma senyum – senyum liat Riki sama Santo ribut.

" Mie ayam bakso Nad . . . lo bedua mauu pesenn apaan???"

"Sama'in ja lah ma lo kiii . . ."

"gue juga sama" . . . Potong Santo

"ahhh lo bedua gk kreatif . . . masak ngikutin gue makannya???

"ehhh . . . kan lo yg bayar kii . . . yaaa anggap aja salam perkenalan dari kita bedua"

"yaaa . . . yaaaa . . . yaaaa . . . kiii " pinta Nadya dengan muka imut menggodanya.

Nadya memiliki Rambut panjang lurus sebahu dengan sidikit warna coklat. Bibirnya mungil, tampak imut sekali kalau sedang manyun. Postur tubuhnya padat berisi, bisa dibilang Bohayy lahh . . . Cuma dia sedikit lebih pendek dari cewek – cewek pada umumnya. Mungkin sekitar 158 cm tinggi tubuhnya. Perawakannya mirip neng geulis dari Bandung. Kuning langsat dengan tahi lalat di dagunya yg membuat dia semakin manis jika dipandang.

" Gubraakkkk . . . pranggg . . . pranggg . . .' suara meja terjatuh beserta piring – piring yg jatuh ke lantai.

Tampak beberapa orang, mungkin sekitar 7 orang yg datang dan langsung menerjang salah satu dari 3 mahasiswa yg sedang menikmati santap siangnya. Sontak saja orang tersebut jatuh bersamaan dengan meja yg berisi makanan. Mereka yg datang sepertinya dari Fakultas lain, sedang yg mereka temui adalah seniornya Riki dan kawan – kawannya.