webnovel

Red Glove

Pada awalnya hanya sebuah candaan tentang satu persatu orang di kelas mati terbunuh. Tapi itu menjadi nyata satu demi satu teman sekelas kami mati. Pada saat itu juga seorang murid baru muncul dia terlihat sangat mencurigakan. Kami percaya si pembunuh adalah teman sekelas kami. Tapi siapa? Apa dia ada diantara kami berlima? Atau kah si murid baru yang mencurigakan itu?

Fitrinra · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
15 Chs

13. Ingatan 1

Hai semua, dichapter ini aku menggunakan sudut pandang Lyra. Selamat membaca...

_______

Hei apa kalian tahu bagaimana rasanya tak memiliki ingatan? Tak memiliki perasaan? Dan tak mengetahui apapun? Aku mengetahui betul bagaimana rasanya tak memiliki ingatan, perasaan dan apapun didunia ini, semua itu menyakitkan.

Aku Lyra Hyurra, aku tak tahu kenapa aku dinamai dengan nama ini, bukannya aku membencinya aku hanya ingin tahu kenapa. Kira kira saat umur ku 10 tahun, aku sadar dari koma ku, tanpa ingatan sedikitpun.

Aku hanya melihat dunia dari balik jendela rumah sakit yang terbuka, angin dingin selalu berhembus menusuk semua tubuh ku yang sebagian besar tertutup perban. Rambutku pendek seperti anak laki laki, aku membenci ini. Suster dan dokter yang merawatku, terlihat sangat menyayangi ku dengan tulus. Aku senantiasa mendapat kehangatan yang sementara dari ini.

Beberapa bulan setelah aku hilang ingatan, aku benar benar tak mengetahui apapun tentang siapa diriku, bagaimana aku bisa hidup, kenapa aku ada dirumah sakit. Lalu ketika itu dia datang, lelaki tinggi dengan rambut yang hitam dan mata yang juga hitam, memeluk ku dengan erat dan menangis. Aku yang saat itu duduk dikasur merasakan dengan jelas insak tangisnya.

Dia bilang, dia adalah kakak ku Dylan Hyuura. Aku tak tahu siapa dia sebenarnya, sungguh, aku tak tahu siapa dia. Namun aku merasa telah mengenalnya dekat karena saat dia memeluk ku aku ikut menangis.

Aku serig dibawa ke psikiater setiap seminggu dua kali oleh Dylan, tidak dia kakak ku meski tak yakin namun dia orang yang sangat baik, karen aitu aku menganggapnya kakak.

6 bulan aku kehilangan ingatan ku, dan kakak memberi tahu semua tentang diriku yang dulu, dia membawaku kerumah, rumah yang tidak terlalu besar namun sangat nyaman untuk ditinggali. Aku menggunakan kursi roda sebab kakiku tak berfungsi dengan baik, ditambah luka ku masih belum kering benar membuatku tak bisa dengan leluasa melihat seisi rumah.

Kamarku yang terletak dilantai satu dengan ukuran yang tak terlalu besar dengan jendela yang menyorotkan cahaya matahari, rak buku yang penuh dengan komik dan buku pelajaran. Kasur dengan seprai berwarna putih dan selimut putih.

"Kau adalah anak yang rajin, meski menyukai komik namun kamu selalu menjadi nomber 1 dikelas." Ucapnya memegang bahuku kanan ku.

"Bisakah tinggalklan aku disini." Ucapku memintanya untuk pergi sebentar.

"Jika kau membutuhkan ku, maka panggilah, jangan ragu untuk memanggilku." Ucapnya lalu pergi meninggalkan ku.

Aku tahu betul kaku ku tak berfungsi dengan baik, namun aku coba untuk bangkit berdiri sambil memegang gagang pintu. dengan perlahan aku berdiri dan berjalan ke meja belajarku yang angat rapi itu. aku duduk dikursi sambil mengela nafas lelah.

Ku ambil buku dengan sampul hitam yang terletak didekat beberapa komik yang tertumpuk. Ku buka dan melihat isinya. Aku memang lupa ingatan namun aku masih bisa membaca, berbicara dan menghitung. Aku baca halaman awalnya.

Hei diriku, yang ditulis disini bukan hal hal baik. Maafkan dirimu yang telah menulis hal hal seperti ini...

-LYRA H

Ku baca tulisan itu, meski agak menyaitkan karena ku pikir pasti tulisan didalamnya segala hal buruk yang ku tulis saat aku masih belum lupa ingatan. Ku buka lembar selanjutnya dan dugaan ku benar.

23 Februari, cerah

Serigala itu mengelikan, dia hanya melakukan apa yang ia mau. Menjijikan melihatnya saja membuat ku ingin muntah.

24 Februari, Hujan

Mamah dan papah bertengkar, kakak tak pulang, aku benci mendengar teriakan mereka. Kakak cepatlah pulang.

27 Februari

Mamah dan papah berpisah, aku sendirian. Kakak masih belum pulang. Aku benci sekolah melihat semua serigala yang menjadi kelinci dikelas membuatku muak.

28 Februari

Aku bolos sekolah. Kakak pulang.

5 Maret

Kakak terlihat depresi dan mengurung diri dikamar selama beberapa hari.

6 Maret

Aku bolos. Ada tamu datang, dia terlihat sangat dewasa. Dia berbicara dengan kakak selama berjam jam.

7 Maret

Aku bolos. Dan guru ku datang kerumah. Kakak ku yang sedang stress, tak menjawab sedikitpun pertanyaannya. Semua yang guru itu katakan benar benar membuatku ingin muntah. Dia hanya berpura pura baik padaku.

8 Maret

Aku menghibur kakak, aku memeluknya kerika dia duduk di ruang tamu. Entah kenapa kau tiba tiba menangisketika memeluknya, dia terasa sangat dingin.

9 Maret

Aku sekolah dan di bully habis habisan. Aku tak menceritakan ke kakak tentang hal ini.

10 Maret

Aku sekolah, mereka mendorong ku ke sugai.

11 Maret

Mereka melempar semua buku ku dan komik ku ke rawa.

12 Maret

Guru itu tak menolong ku, melihat semua buku ku rusak dan kotor. Dia tahu aku dibully, tapi dia hanya diam.

13 Maret

Semua hancur............................................ kakak jatuh sakit, aku mulai bolos lagi.

Ketika ku baca kakak sakit, ku langsung menutup kembali buku itu. Diriku yang dulu sepertinya sangat menyayangi kakak. Ketika itu kakak datang sambil membawa sup berwarna putih kental dengan jagung kecil didalamnya. Lezat dan hangat, kakak tersenyum saat ku makan sup ini.

Dylan Hyuura, umur 19 tahun mahasiswa jurusan hukum tahun ke dua. Itu yang ku tahu, dengan tinggi kira kira 170 dengan kulit putih dan rambut yang hitam dengan potongan berantakan. Tapi dia bilang tidak melanjutkan kuliahnya, entah apa apa alasannya.

1 bulan kemudian dia memanggil guru privat yang mengajari ku lagi dari awal. Semua berjalan dengan cepat dan aku menginjak usia 11 tahun, dengan rambut ku yang sudah panjang.

Aku kembali sekolah. Aku senang sekolah ku berbeda dengan sebelumnya. Aku ada dikelas 5, dan masuk pada semester 2 pertengahan. Orang orang banyak yang bertanya kenapa aku masuk pada semster 2 pertengahan dan tidak saat kelas 6, aku hanya menjawab aku ingin memiliki teman.

Kakak mengajari satuhal terpenting didunia ini. Dia bilang 'jika kau memiliki teman, carilah diantara mereka yang sangat bisa kau percaya. Mereka akan menolongmu apapun yang terjadi padamu.'  aku tak terlalu mengerti dengan perkataannya, yang jelas kini aku berdiri didepan kelas melihat semua orang yang akan menjadi teman ku.

"Hai, namaku Lyra Hyuura, karena suatu kejadian aku home schooling, senang bertemu kalian." Ucapku memperkenalkan diri.

Semua memperhatikan ku, tak terkecuali. Aku benci ini.

Aku duduk di kursi belakang, kursi orang orang yang malas memperhatikan pelajaran.

Jam istirahat, beberapa anak menghampiriku dengan pertanyaan pertanyaan seputar diriku. Aku tak mejawab semuanya sebab beberapa dari pertanyaan  itu membuatku pusing dan membuatku pulang cepat. Hari pertama yang buruk.

Hari kedua, entah kenapa sebagian dari diriku ragu dalam berteman, apa ini karena aku membaca buku itu? Buku yang penuh rasa benci. Aku bertanya pada kakak ku tentang bagaimana caranya berteman.

"Caranya berteman? Hmm, bagaimana ya.. aku gagal dalam berteman sebenarnya, aku membuatnya kecewa. Tak ada kata maaf untuk ku."

"Kau tidak menemuinya?"

"Tidak mungkin, aku takan mungkin bertemu dengannya. Uh, lupakan yang barusan. Ehem... cara berteman cukup mudah gunakan topeng."Ucapnya dengan tatapan kecil, seolah menyembunyikan sesuatu.

Topeng? Apa maksudnya topeng? Jika ku pikir pikir topeng adalah benda yang menutupi wajah, dan orang lain hanya mengetahui kita dari depan bukan dibalik topeng.

Aku belajar caranya berteman dari beberapa buku referensi dari kakak, tersenyum, membangun kepercayaan, dan terbuka. Namun ketika ku mempelajarinya semua itu sia sia karena aku tak lagi memiliki keinginan mempunyai teman.