Chapter 13. Kebenaran
...
*Tang!* Raia mengendalikan ratusan batu kerikil dengan levitasinya sambil menghindari serangan tinju peluit Rindou.
Kiri! Bam!
Semak sebelah kanan bergoyang! Bam!
Shutt!! Bayangan melintas dari kiri! Bam!
Bam! Bam! Bam! Bam!
Rindou dengan sengit terus melancarkan tinju peluit sambil menghindari batu kerikil.
Shutt! bayangan putih terlintas dan tiba-tiba muncul dari semak!
Tidak ada ledakan, tetapi bayangan hitam menyelimuti bayangan putih.
Raia menoleh keatas dan melihat Rindou tiba-tiba muncul dari kekosongan dan sudah meninju dirinya.
Menghindar? Tidak sempat!
Raia menyilangkan tangannya di depan kepalanya. Bam!!
Tangannya terkena tinjuan langsung dari Rindou, ia terpental beberapa meter dan berhenti setelah kakinya tersangkut di batang pohon.
Raia melepaskan diri dan hendak menghindar serangan lain dari Rindou yang tiba-tiba muncul di belakangnya, tetapi itu sudah sangat terlambat karena ia merasa sakit di lengan kirinya dan menyadari lengan kirinya diputar.
"Oke selesai untuk hari ini." Rindou melepaskan tangan kiri Raia.
Raia membungkuk, "Terimakasih Rindou nee-san."
Seperti biasa, mulai dari seminggu yang lalu, Raia dan Rindou akan melakukan spar sekali sehari untuk mengumpulkan pengalaman.
Sudah seminggu sejak mereka mulai melakukan spar, dan selama seminggu ini Raia sama sekali tidak mendapatkan kemenangan kecuali yang pertama.
Rindou semakin meningkatkan level pertarungannya dengan Raia, ia sama sekali tidak memberikan Raia kesempatan untuk melakukan serangan balik.
Tetapi Rindou harus terkejut karena perkembangan Raia berada diluar jangkauannya. Bukan hanya jenius dalam memasak, Raia bahkan jenius dalam seni beladiri.
Rindou menatap Raia yang mengenakan pakaian olahraga simple, beberapa tubuhnya memar tetapi mengejutkan itu selalu sembuh setiap pagi.
Itu adalah kejaiban!
Tapi seperti yang semua orang ketahui tentang Raia, ia adalah pemalas terbesar. Jika saja Raia menaruh sedikit perhatiannya pada seni beladiri maka ia akan menjadi tidak terkalahkan bahkan jika lawannya adalah 100 orang dewasa biasa.
Raia mengerti bahwa tubuhnya tidak dapat terlalu diandalkan jika lawannya adalah Rindou. Rindou bukan hanya ahli dalam jarak dekat, ia juga ahli dalam permainan jarak menengah hingga jauh.
Singkatnya Rindou terlalu kuat untuk ditangani.
Jadi ia mengandalkan kemampuan levitasinya, bukan untuk mengambang. Tetapi untuk digunakan sama persis seperti yang pertama kali ia spar, untuk mengendalikan batu dan menembakannya ke arah Rindou.
Levitasi tidak menggunakan mana atau energi, tetapi melahap stamina penggunanya, menghadapi Rindou, Raia hanya bisa mengandalkan satu-satunya skill yang ia miliki.
Tetapi ia tidak menyesal sama sekali, karena levitasi adalah satu-satunya skill yang ia miliki, oleh karena itu ia menjadi terfokus untuk mengembangkan skill ini.
Raia mengambil 2 botol air mineral, ia berbalik tapi ia tidak melihat Rindou dimanapun.
"Apakah ia sudah pergi?" Raia menaruh kembali satu botol air mineral itu kedalam kardusnya, kemudian ia membuka penutup dan mulai meminum air mineral tersebut.
"Raia ..."
Raia berbalik dan melihat ibunya berjalan kearahnya dengan ekspresi suram.
Melihat ibunya yang biasanya menampilkan senyum indah dan elegan, tetapi sekarang tiba-tiba ia menampilkan ekspresi suram, segera membuat Raia berhenti minum dan menatap ibunya dengan serius.
"Ada apa? Ibu?"
Ibu memberikan ekspresi enggan untuk mengatakan sesuatu ... Tetapi setelah menghembuskan nafas ia akhirnya mengatakan sesuatu.
"Kamu harus mengetahui beberapa kebenaran."
Raia mengernyitkan dahinya, "kebenaran? Kebenaran macam apa yang harus aku ketahui?"
"Ikuti aku ..."
"Baik."
Sepanjang perjalanan, semuanya penuh keheningan, tetapi keheningan itu terpecah saat ibu berkata, "Kita telah sampai."
Sampai? Bukankah ini adalah ruangan kerja ayah?
Ibu membuka pintu dan membiarkan Raia masuk terlebih dahulu, Raia memasuki ruang kerja ayah dan melihat bahwa selain mereka ayah, terdapat Sany juga yang berdiri di sisi pintu.
Setelah memasuki ruangan ini, suasana yang berat dan mencekam membuat Raia menggigil, semua yang berada di ruangan ini memiliki ekspresi suram termasuk Sany yang pendiam.
"Duduk." suara ayah yang dingin dan serius terdengar. Raia duduk disofa terdekat bersama ibunya.
Ruangan itu hening dan hanya suara gesekan pena ayah yang menulis sesuatu dikertas kemudian melipatnya lalu memasukannya ke amplopnya.
Dia memberikan stempel di amplop tersebut dan meletakan amplop itu sudut meja.
Ia berdiri dan berjalan menuju sofa yang berlawanan dengan Raia.
Ia menatap Rai dengan tatapan menyedihkan sebelum berkata, "Nak ... Apa kamu tahu kenapa kami mengurungmu?"
Akhirnya keheningan terpecah!
Dan ayah tepat mengatakan hal yang ingin kudengar!
Ya, aku selalu penasaran mengapa aku tidak diperbolehkan untuk keluar.
Aku mengangguk!
"Masalah pertama yang perlu kita bahas adalah, dimana kita? Menurutmu dimana kita saat ini, nak?"
Raia mengagguk, ia pernah membaca sebuah buku yang berkaitan dengan kondisinya saat ini.
"Apakah jawabannya adalah void?"
"Ya, sekarang kamu tahu kenapa kamu tidak boleh keluar rumah, alasan lainnya adalah karena energi void terlalu mengancam bagi setiap makhluk hidup."
Raia mengangguk dan ia tahu itu, ia pernah membaca buku yang berkaitan dengan void. Dampak radiasi void sangat buruk untuk makhluk hidup.
Bukan hanya merusak sel-sel dalam tubuh, tetapi dampak yang disebabkan oleh energi void juga akan menyebabkan kecacatan mental karena energi void penuh kegelapan.
"Mungkinkah, rumah kita mengambang diantara void ini?" Raia bertanya dengan ragu, berharap dugaanya salah.
Tetapi sayangnya, ayah menganggukan kepala. "Benar, dulunya rumah kami berada di sebuah pulau antah berantah, tetapi leluhur kedua mengubah pulau kami tinggal menjadi sebuah pulau apung.
Pulau ini sudah mengapung selama ribuan tahun dan karena turbulensi void, itu menyebabkan pulau ini terseret ke dalam Void hingga sekarang. Setiap lantai adalah buktinya, bukti kami sudah mengapung selama ribuan tahun."
"Pulau apung ... Turbulensi Void ... Lalu apa hubungannya dengan setiap lantai yang ada rumah ini?"
"Lantai pertama dan kedua, adalah wilayah leluhur kedua, kamu belum menjelajahi seluruh lantai kedua jadi wajar jika kamu tidak mengetahuinya."
"Leluhur kedua? Apakah itu Rindou nee-san?"
Setelah Raia mengatakan ini, ayah, ibu bahkan Sany mempeelihatkan wajah terperangah.
"Raia, tidak sopan memanggil leluhurmu sebagai nee-san. Dan mulai sekarang ayah akan mengawasimu jika kamu berbuat sesuatu yang tidak sopan kepada leluhurmu!"
"Tapi Rindou nee-san tidak keberatan sama sekali, ia bahkan membuatkanku makanan setiap pagi, lalu ia mengajarkanku memasak, dia juga membantuku melakukan sebuah spar."
Ayah tiba-tiba berbicara dengan sangat terkejut.
"Leluhur melakukan itu untukmu?!"
"K-ya, kenapa kamu begitu terkejut ayah?" tidak atau haruskah kukatakan kenapa kalian terkejut begitu? Sany hanya diam saja sambil melihat Raia.
"R-Raia apa kamu baik-baik saja? Apakah kamu merasa sakit?"
"Ibu jangan terlalu khawatir dengan ku, putramu tidak akan mengalihkan cintanya pada orang lain."
"UHUUUKK!!!!"
"Owwhh~ ayahmu cemburu."
Suasana tegang segera digantikan dengan suasana santai, menikmati perubahan suasana yang membaik, Raia memanfaatkan kesempatan ini untuk menceritakan pertama kali ia bertemu Rindou hingga akhirnya hari ini.
Sany sudah lama pergi keluar, tetapi ia kembali lagi dengan 3 cangkir teh dan sepiring biskuit renyah.
Aku terus menceritakan hari-hariku bersama Rindou, dan saat aku menceritakan proses dari bagaimana aku menang melawan Rindou untuk pertama kalianya, mereka semua menampilkan ekspresi yang berbeda.
"AYAH BANGGA KARENA KAMU SUDAH MENAMPAR PAYUDARA RAKSASA ITU!!!!!"
Ayah, dia sudah kembali ke mode santainya dan berteriak. Dan hei ayah, harusnya kamu bangga karena putramu memenangkan pertarungannya, bukan karena putramu menampar payudaranya!
Ibu memberi saya wajah tanpa ekspresi, dan terakhir yaitu Sany, ia menampilkan ekspresi bahwa ia sangat pada Rindou. iri.
Hei, Sany, walaupun payudara anda kecil dan jelas tidak bisa ditampar, saya masih menyukai itu!
"Ngomong-ngomong ayah, Bagaimana dengan leluhur yang lain?"
"HAHAHA!!! KAMU AKAN MENGETAHUI ITU SENDIRI NANTI! TAPI INGATLAH UNTUK MENAMPAR PAYUDARA RAKSASA MEREKA LAG— CHOCHOCHO HEI ISTRIKU ITU SAKIT!!!" Ibu menginjak kaki ayah.
Ternyata seperti itu, setidaknya untuk saat ini aku mengetahui bahwa para leluhur semuanya perempuan.
"Ngomong-ngomong ayah, dimana Nita?" Raia bertanya pada ayahnya yang sedang dijewer ibunya.
Mendengar pertanyaan Raia, Sany meninggikan telinganya karena ia sendiri cukup penasaran kemana kakaknya pergi.
Ya, akhir-akhir ini Raia bahkan tidak melihat Nita sama sekali, ia sekarang mulai merindukan kejengkelan Nita.
"Dia sedang memanen buah diluar!"
"Memanen buah? Bukannya diluar penuh energi void?"
"Tenang-tenang anakku jangan marah.
Seluruh pulau ini 70% aman dari energi void, ini semua berkat leluhur ke 5, jika itu orang normal yang keluar maka sudah dipastikan ia akan mati. Tetapi tidak dengan Nita, konstitusinya sangat cocok untuk hidup dibawah tekanan Void.
Biarkan ia keluar dan bermain beberapa minggu lagi, aku yakin ia pasti bosan dikurung dirumah saja. Ngomong-ngomong jika kamu sudah memenuhi beberapa persyaratan tertentu, maka leluhur ke-5 akan segera memanggilmu."
"Ah ... Baik."
"Jadi seperti itu, apa kamu puas Sany?" Raia berbalik, bertanya pada Sany.
Ia sebenarnya penasaran dan ingin menanyakan kemana perginya Nita selama beberapa hari, tetapi melihat bahwa Sany sendiri menampilkan ekspresi bingung, membuat Raia mengkonfirmasi dugaannya.
Nita mungkin keluar selama beberapa hari dan Sany mengetahui itu, tetapi ia merasa cemas lagipula sebodoh apapun dia, dia tetaplah kakaknya.
Dan Raia bertanya pada ayahnya dan ayahmya segera memasuki mode seriusnya lagi untuk mengkabarkan keberadaan Nita.
Sany menatap Raia dengan senyum indah diwajahnya.
"Terimakasih Tuan muda." Kemudian Sany mencium bibir Raia di depan kedua orang tuanya.
Entah itu ayah atau ibu yang melihat ini, semuanya membeku.
"ANAKKU BERCIUMAN DI DEPAN KU?! TIDAK BISA DIMAAFKAN!!!!!!"
"Tidak!!! ciuman pertama Raia hari ini telah direbut lagi!"
"HEI ISTRIKU!!! ADA AKU DISINI!!!"
"Hah?! Mati!!!!"
"AAAAAHHHHHHNNN~~~~"
Dan seperti itulah hari-hari di keluarga yang menyimpang ini.
Dan saat ini, Saya tersenyum kecut melihat tingkah laku mereka.