Chapter 12. The Lucky Boy
...
Raia terbangun dari tidurnya dengan sensasi kehangatan dari kedua arah.
Sesuatu yang empuk dan lembut mengenai lengan kiri ku, dan sesuatu yang bertekstur lembut agak kenyal mengenai lengan kanan ku.
Raia melihat tangan kirinya berada di celah payudara ibu, sementara tangan kanannya berada di pelukan Sany.
Ya, itu Sany ...
Aku menghela nafas mengetahui betapa menyimpangnya keluarga kami. Seorang anak lelaki tidur dengan dua perempuan.
Satu memiliki payudara besar dan satu kecil, dan sudah jelas siapakah itu bahkan tanpa ditanya.
Dan alasan kenapa Sany tidur di kamar ini karena ibu meringankan perkerjaan Sany. Tetapi walaupun mengetahui beban pekerjaannya dikurangi, melihat betapa banyaknya pakaian kotor, Sany merasa jengkel dan menyelesaikannya dalam sekali jalan.
Sudah beberapa hari sejak kejadian mimpi 'buruk' malam itu, aku rasa ibu semakin memanjakan ku. Bukan berarti aku benci itu, tetapi justru sangat menyukainya, kecuali fakta bahwa setiap aku tertidur, aku selalu di telanjangi oleh ibu sendiri.
Hei ibu! Beri anakmu beberapa Privasi!
...
Ah baiklah ... Raia duduk, mencium dahi mereka berdua dan pergi diam-diam agar tidak membangunkan keduanya.
Dia pertama-tama mengambil pakaian olahraga dilemarinya dan memakainya.
Masih ingat dengan kata-kata ibu semakin memanjakanku?
Ya, baju olahraga ini juga termasuk, ibu membuatnya secara pribadi beberapa hari lalu, dan bahan yang dipakai sangat cocok untuk tubuhku.
Kesan saya pada ibu bertambah drastis! Seperti Stonk!!
Raia memakai pakaian itu dan pergi keluar ruangan, pertama-tama ia pergi keruangan Rindou untuk memakan sarapan bergizi.
...
Sany dan ibu membuka matanya secara bersamaan.
Sany terkikik dan berkata, "Sepertinya aku menang lagi, nyonya."
Mendengar kata-kata Sany, vena muncul di dahi ibu, "Aku akan berjuang untuk membuat Raia jatuh cinta padaku, dan menciumku terlebih dahulu."
Sany menghentikan tawanya yang renyah, menatap ibu dengan serius lalu berkata, "Aku tidak akan kalah!"
...
Raia yang saat ini sedang memakan makanan bersama Rindou dan berbincang-bincang, sama sekali tidak menyadari bahwa dirinya menjadi bahan saingan antara ibunya sendiri dan Sany.
"Hei Raia, ingin beberapa Spar?"
"Spar?"
"Ya, latihan bertarung. Kamu memiliki pondasi yang lemah jika hanya berlatih, yang kamu butuhkan sekarang adalah pengalaman yang cukup untuk menambal kekurangan kamu."
Mendengar kata-kata Rindou yang masuk akal, Raia mengangguk tanpa keraguan.
Di bumi, pertama kali ia menjadi aktor lokal, jelas mengalami banyak kesulitan, walaupun ia sering menonton latihan akting, tetapi melakukannya tidak mudah.
Ia harus mengontrol segala emosi dan menjadi karakter yang diperankan itu sendiri.
Hanya menonton latihan, ia tidak akan berkembang. Ia meminta seseorang membantunya menjadi lawan aktingnya, bukan hanya itu, membaca naskah dan mengetahui jalan cerita akan mempermudah dalam mendalami sebuah peran.
Pengalaman sangat penting dalam menjadi aktor.
Dan tanpa sadar, yang ia lakukan disini selama ini hanyalah 'menonton' dan tidak berlatih sesungguhnya sama sekali.
Dalam seni beladiri, yang penting bukan melatih otot, tetapi sama seperti akting yaitu mengumpulkan banyak pengalaman melalui bertarung.
Dan tawaran Rindou mengenai waktu yang tepat! Raia mengangguk tanpa keraguan.
"Iya! Rindou nee-san, jika kamu tidak keberatan, kita lakukan itu setiap pagi mulai sekarang!"
Rindou tersenyum, "tenang saja! Kamu memiliki banyak bakat dan akan sia-sia jika dibiarkan saja. Kita akan melakukannya setiap hari mulai sekarang, tetapi kamu yang akan mencuci piring.
"Terimakasih Rindou nee-san!"
Rindou mengangguk, kemudian dia pergi keluar ruangan, "Aku akan menunggumu di tempat latihan."
Mendengar kata-kata Rindou, Raia mengambil piring Rindou dan meletakannya diatas piringnya, membawanya ke tempat penyucian piring dan mencuci semua alat memasak yang kotor.
Setelah selesai mencuci piring, ia segera keluar, menutup pintu dan berlari menuju tempat latihan, tidak sabar untuk sebuah spar.
Saat ia tiba di kolosium kecil, ia merasa telah memasuki sebuah selubung sebelum pemandangan di depannya berubah.
Tanah yang menjadi arena kolosium telah berganti menjadi tanah yang penuh medan.
Batu-batu besar, pohon-pohon yang menjulang.
Melihat itu semua, Raia terperangah, arena kolosium itu sangat berbeda dibandingkan sebelum-sebelumnya.
"Apa-apaan ini?"
"Ini fungsi lain yang dimiliki kolosium ini, kamu bisa mengganti medan hanya dengan menyalurkan energi di sini."
Raia tersadar dari kebodohan, ia menatap pilar batu disamping pintu masuk arena.
"Jadi pilar ini memiliki fungsi seperti ini selain hiasan!" Raia menuju arena hutan dan tidak bisa tidak menghirup nafas dingin karena ia benar-benar merasakan aroma kayu.
"Ini bukan ilusi?" tanya Raia pada Rindou di sampingnya.
"Tentu saja bukan, mereka semua aslinya, tapi tidak apa-apa menghancurkan mereka karena mereka akan memperbaiki diri sendiri."
"Memperbaiki?"
"Kamu akan mengetahui itu secara pribadi."
Raia memutuskan untuk tidak memikirkan ini terlebih dahulu, dan saat ia akan berjalan ia merasakan bahaya dibelakang kepalanya.
Raia secara refleks memiringkan kepalanya dan tiba-tiba bunyi melengking seperti siulan terdengar!!
Siiiuuuuutt!!
BAM! BAM! BAM!
3 pohon mengeluarkan bunyi yang tidak sedap dan 3 batang pohon itu berlubang! Pohon berlubang membentuk cetakan kepalan tangan.
Raia berbalik ke arah Rindou, tetapi disambut oleh serangkaian pukulan.
Mengingat apa yang dialami pohon-pohon itu, Raia merasa ngeri dan menghindar secepat mungkin kesamping.
Tetapi seperti yang diharapkan dari Rindou, ia tidak akan melepaskan Raia dengan mudah.
Raia berlari mengitari arena dan terdengar serangkaian suara ledakan.
Bam! Bam! Bam! Bam!
Setiap detik terdengar ledakan, dan setiap detik, 20 cm dari lokasi Raia cetakan telapak tangan tercipta di dinding arena.
Melihat itu ia merinding, ia mempercepat pelariannya tetapi terkejut mengetahu Rindou tidak bergerak sama sekali, ia masih melancarkan tinjunya di kekosongan dan serangan suara melengking terdengar sebelum ledakan. Ledakan itu adalah suara yang disebabkan oleh dinding yang hancur dan terdapat cetakan kepalan tangan disana.
Raia merasa kesal, ia seperti tikus yang diburu.
"Jika seperti ini terus, tidak akan berakhir." alih-alih terus menghindar, Raia memutuskan untuk menyerang Rindou dan membiarkan permain ini selesai.
...
"Tikus yang menjengkelkan." walaupun Rindou mengatakan itu, ia menampilkan senyum indah saat memburu Raia.
"Ohhh~ akhirnya bocah itu sadar jika terus melarikan diri tidak akan merubah beberapa hal." Rindou menjilat bibirnya dan meningkatkan kecepatan serangannya.
Tetapi karena seluruh arena tertutup batu besar atau kecil dan pohon-pohon besar dan semak belukar, mereka menghalangi pandangan Rindou.
Tetapi ia terus menyerang dengan tepat, ia mengetahui Raia mulai menyerang dirinya karena perubahan arah angin yang tiba-tiba.
Raia saat ini berada disisi lain Rindou, mereka terus bermain selama beberapa menit dengan Rindou yang menjadi kucing dan Raia adalah tikus.
Rindou mengerutkan kening.
"Dia hilang?" Rindou terus menyerang di lokasi terakhir kali Raia menghilang.
Ia mendengar suara berat dan arah angin tiba-tiba menuju dirinya dari depannya.
Rindou menoleh dan melihat puluhan Batu besar dan Ratusan batu kecil menyerang dirinya dari ketinggian.
Tetapi ia tidak memperdulikan itu, karena sekilas ia merasakan angin mengenai tubuh Raia sebelum menghilang lagi.
Ia tersenyum dan mulai menyerang membabi buta di lokasi ia merasakan keberadaan Raia.
Ia maju sambil menghindari tabrakan batu-batu kecil, ia menghancurkan batu besar sekali sekarang. Tetapi melihat betapa banyaknya batu berukuran besar, ia menggelengkan kepalanya dan memutuskan untuk menyerang seluruh arena secara membabi buta.
Menyerang beberapa batu akan sama dengan pemborosan energi, jadi karena itulah ia memilih menyerang secara acak.
Ia menghindari batu besar terakhir yang memiliki lebar 2 meter.
BAAMMM! Batu besar itu jatuh tetapi Rindou mengabaikannya.
Tetapi, saat ia merasakan angin tiba-tiba berubah dibelakangnya, ia berbalik dan melancarkan tinju.
Bamm!!
Batu itu hancur!
Tetapi sekilas bayangan putih terlihat sebelum batu itu hancur, dan saat ia melihat apa itu, ia terkejut, merasakan bahaya yang tiba-tiba muncul, ia mundur.
Tetapi itu sudah terlambat karena bayangan putih samar lain terlihat mengenai tubuhnya.
*PAK!!!*
Ia merasakan bagian tubuh tertentunya kesemutan, dan ia berhenti menyerang dan terperangah.
"Aku ... Kalah?" ia melihat kebawah dan melihat bahwa Raia masih dalam posisi menyerang.
Arena jatuh kedalan keheningan, keheningan itu terpecah saat Rindou tertawa, "Hahahaha! Itu keren bocah! Pertama kali spar kamu memenangkannya dan bahkan menampar payudaraku, shishishi anak nakal."
Raia tersadar dan membenarkan posisinya sebelum mengeluarkan tawa renyah. "Yaataaah!!" Raia bersorak dan kemudian ia tersadar akan suatu hal.
Pakaian militer yang dikenakan Rindou, berlubang membentuk telapak tangan kecil di payudaranya dan Raia bisa melihat bahwa payudara Rindou memiliki bekas tamparannya.
Ia membeku dan dengan cepat berkata, "Aku tidak bermaksud seperti itu. Maksudku, aku mungkin berpikir akan sangat menyakitkan jika aku memukul wanita jadi karena itu ... Itu, aku memilih menamparnya saja! Kamu memilih pipimu untuk menampar tetapi karena kamu terlalu tinggi dan kamu bahkan menghindar aku hanya mengenai P-p-p-payurdaramu. Sungguh, maaf!" Raia membenarkan posisinya dan membungkuk sedalam-dalamnya.
Ekspresinya mempelihatkan rasa bersalah, tetapi Rindou yang melihat itu tertawa terbahak-bahak!
"Hahahaha ... Kamu lucu sekali! Baik-baik lihat ini, ini adalah hadiah untuk kemenangan pertamamu."
Raia berdiri tegak dan melihat Rindou mengambil sebuah buku dari kekosongan, buku itu memiliki sampul yang elegan dan sangat memberikan nuansa ketenangan.
"Sungguh, terimakasih Rindou nee-san!"
"Hahaha tidak apa-apa, tidak apa-apa. Kamu adalah seorang lelaki, jadi tunjukan rasa dominasimu saat berhadapan dengan cewek dan jangan mudah meminta maaf! Oke?"
Raia mengangguk penuh makna, "oke! Rindou nee-san!"
"Kalau begitu lanjutkan latihan harianmu!" kemudian ia pergi, melewati pintu masuk arena yang besar sambil melambai, kemudian memasukan tangannya ke saku dan berjalan dengan cool.
Raia yang melihat itu, hanya bisa tersenyum, ia merasa Rindou benar-benar keren.
Ia mendengarkan perkataan Rindou dan meminta Rui untuk meminta daftar persyaratan naik level.
Tapi yang tidak ia ketahui adalah, setelah Rindou menghilang dari sudut pandang Raia, ia pergi bersembunyi di ruangannya secepat mungkin dengan berlari saat ia berteriak, "DASAR RAIA BODOH!!!!??" dengan wajah penuh warna merah
...
"Rui tolong daftarnya."
"Dengan senang hati Raia, oh Raia, anda mendapatkan pemberitahuan, apakah kamu ingin mendengarnya?"
Mendengar kata pemberitahuan, Raia mengangkat alis dan mengangguk penuh antisipasi, pemberitahuan seperti apa itu?
"Iya, tolong tunjukan Rui!"
[Selamat Raia! Anda mendapatkan julukan: The Lucky Boy
Efek: keberuntungan meningkat 10 poin saat berduaan bersama wanita.]
Melihat itu, sudut mulut Raia bekedut, dan tersenyum canggung.
[Daftar latihan yang perlu host jalani untuk meningkatkan Level:
Berlari 70km
Push up 700×
Plank 700×
Crunch 700×
Squat jump 700×
Sit up 700×
Leg Raise 700×]
"Daftar latihan kali ini bagus untuk membuat otot perut, terimakasih Rui."
"Hehehe sama-sama."
Raia kemudian berlari mengitara arena sambil membawa buku itu, karena buku itu berat, ia membawanya sebagai beban tambahan untuk latihannya.
...