プロローグ
Bagaimana satu kejadian bisa mengubah segalanya?
.
.
.
.
.
.
.
.
Apakah kalian penasaran bagaimana kehidupan seseorang bisa berubah seratus delapan puluh derajat dari yang serasa berasa di surga tiba-tiba terjatuh ke dalam lubang neraka?
Beratus-ratus tahun yang lalu, para leluhur berlomba agar kami dapat hidup dengan kesetaraan yang sama dengan manusia biasa.
Pertanyaan pertama, Apakah kami tidak biasa?
Jawabannya: Ya, kami istimewa.
Dahulu mereka menyebut kami sebagai manusia sakti. Namun seiring majunya zaman dan perkembangan beragam hal, penyebutan kami pun telah ikut berganti. Mulai dari Penyihir, Tabib, hingga pada akhirnya kami semua disebut sebagai Esper, orang-orang yang memiliki garis kekuatan khusus dan dapat mengendalikan berbagai macam hal yang tidak bisa dilakukan oleh manusia biasa.
Lalu pertanyaan berikutnya, Apakah manusia biasa merasa iri dengan kami?
Jawabannya: Tentu saja. Itu bukan hal yang menjadi sebuah rahasia lagi.
Sejak dahulu para leluhur kami selalu menceritakan hal ini pada anak cucu mereka. Sebuah cerita dimana manusia yang menikah dengan seorang Esper, pada akhirnya Esper tersebut di abaikan, ditinggalkan, bahkan tidak dipedulikan lagi. Manusia biasa yang memiliki anak dari seorang Esper akan mengambil anak mereka dan merawatnya untuk kepentingan mereka sendiri. Karena itu para Esper memiliki peraturan tersendiri untuk tidak pernah terpikat dengan seorang manusia biasa apapun alasannya.
Karena hal-hal kecil seperti itulah para pendahulu kami mulai memperjuangkan hak mereka sebagai manusia yang setara dengan manusia 'normal' lainnya. Mungkin perjuangan mereka berlangsung lebih dari separuh abad sampai pada dimana seluruh umat hidup dengan akal pikiran yang lebih modern, dan manusia 'normal' bisa menerima kami—Esper—sebagai bagian dari ruang lingkup masyarakat.
Kami mendapatkan hak kami sebagai manusia pada umumnya sejak saat itu, mulai dari hak dalam berpolitik, hak dalam pendidikan, hingga banyak hak-hak yang lainnya. Saat itu, sebagai Esper kami berpikir dapat hidup berdampingan dengan baik bersama para manusia tanpa takut untuk mengeluarkan kekuatan kami karena adanya kebijakan yang memberikan tembok tipis namun berbahan baja diantara dunia kami dan manusia biasa.
Tadinya kami berpikir seperti itu …,
Sampai pemberontakan segelintir kelompok yang meng-atasnamakan seluruh kaum 'kami' merusak kepercayaan para manusia biasa terhadap Esper.
~つづく~