webnovel

Raja Para Kesatria

Sebuah cerita perjalanan Pangeran Sura yang telah menghancurkan pusat kekuatannya untuk menyelamatkan Ibu, kakak dan neneknya dari kematian akan tetapi membahayakan dirinya sendiri dan mengakibatkan pertumbuhan kekuatannya mengalami hambatan sehingga tidak bisa mengembangkan keahlian beladiri ya di dunia yang penuh dengan raksasa dan monster. Akan tetapi Pangeran Sura mendapatkan Ilham dari para dewa sehingga bisa meningkatkan kekuatan jiwa nya dan membantunya dalam mencapai keinginannya

Hendy_Irvan · Oriental
Pas assez d’évaluations
26 Chs

Ledakan Ketetapan Hati

Sebelumnya di hutan Pangeran Sura dan Putri Rara saat sedang bersiap untuk kembali ke Desa Pagar Tani melihat cahaya merah dari arah Desa.

Pangeran Sura mengerjap dan langsung melompat ke atas pohon diikuti oleh Putri Rara "Gawat, itu kebakaran!!" Kemudian dengan Pangeran Sura menggandeng tangan Putri Rara dan menariknya pergi. "Ayo cepat kembali ke desa."

Sesampainya di Perbatasan desa Pangeran Sura dan Putri Rara tetap diam di antara pohon melihat banyak pasukan bandit sudah memasuki pesta.

"Putri Rara pergi ke sisi Kakakmu, aku akan menyerang dari sini" kata Sura dengan suara berbisik kepada Putri Rara.

"Baik" Putri Rara mengangguk setuju.

"Tunggu, aku perlu anak panah yang kamu punya. Sial!! berikan tombak latihanmu" dengan suara tergesa gesa dia mengambil tombak milik Putri Rara dan melemparkannya ke arah pasukan bandit.

Tombak itu melesat dengan cepat dengan ledakan energi dan langsung menghabisi 3 orang bandit yang menaiki kuda. "Cepat kembali ke kakakmu!" Kata Pangeran Sura

Kemudian Pangeran Sura mengambil tombak latihan di cincin jiwanya dan melesat ke arah yang berbeda. Dia bersiap untuk membunuh orang berbadan besar yang telah menangkap Turi dan menyerang Roni.

"Shooo"

Suara angin yang dalam terdengar sangat mematikan bersamaan dengan tombak yang berputar di udara melesat telat ke kepala Kapak Pemenggal untuk membunuhnya, akan tetapi reflek dari seorang pendekar kesatria level 5 memang sangat tinggi sehingga mampu menghindar tepat waktu.

"Sungguh keberuntungan yang baik" gumam Pangeran Sura.

Pertempuran pun pecah dan Pangeran Sura melepaskan puluhan anak panah dan langsung membunuh bandit yang menyerang. Setiap kali anak panah dilepaskan pasti ada korban yang jatuh.

"Tidaaaakk!!" Teriak Roni melihat Noris terlempar kebelakang tanpa sadarkan diri akbiat pukulan Kapak besar itu.

"Aaaaaa" satu persatu pemuda dan laki laki penduduk desa kehilangan anggota badannya dan jatuh mati meninggalkan genangan merah di tanah

Pangeran Sura menangis melihat apa yang terjadi dan menyalurkan semua emosinya melalui anak panah ganas yang jelas tanpa kalah, membunuh tiap bandit yang maju dan mencoba melindungi orang orang desa dalam pertempuran.

"Kraaak" suara renyah terdengar dari sebuah topeng yang terbelah. Rasa kematian hampir bisa dirasakan oleh Roni dari kepalanya sehingga gemetar seluruh tubuh.

"Buuk" tendangan bersarang ke tubuh kecil Noris dan dengan cepat melayang dan ambruk di tanah.

Ceceran darah membasahi bumi desa pagar tani yang dulu indah berseri, melihat tanpa bisa membantu karena sangat lemah Pangeran Sura hanya bisa menyalahkan diri sendiri dan bergumam "SEMUA HARUS MATI!!"

"Mata memancarkan visi dan ketetapan hati terlihat dari mata akan tetapi mata juga bisa mempengaruhi hati. Rasa Benci dan kesal berdarah di hati. Manusia memang makhluk yang aneh emosi bersarang terlalu dalam dalam pembalasan yang berlebihan. Mahakuasa memang pembolak balik, menjadikan hati orang-orang menjadi mati. Ketetapan hati memang kekuatan sejati, bersiaplah..."

Setelah dengungan kalimat itu dengan mengejutkan ledakan energi besar memenuhi ruang di sekitar Pangeran Sura, menutupi tubuh dan lingkungannya menjadi warna perak. Seluruh kelompok teratai tau dari mana energi perak itu berasal.

"Mata memang memancarkan Visi, takdir langit menghukum para bandit ini dalam kematian" gumam Pangeran Sura dan langsung melesat ke tengah tengah pertempuran.

Keris naga di tangannya langsung menghamburkan darah dari para bandit yang mati dan tiap tetesannya membuat keris semakin bersinar. Jejak jejak pertempuran yang di lalui Pangeran Sura hanya meninggalkan sebuah luka berdarah dan bunga darah yang menguap di udara.

Para bandit bahkan tidak bisa mencari tahu apa yang membunuh mereka dan cahaya apa yang membakar kulit kulit mereka.

Gerakan beladiri sang naga terukir jelas dalam tubuh Pangeran Sura membunuh seluruh pasukan bandit Warior tahap puncak.

"Klang Klang Klang" pertempuran masih berlanjut dengan Sura yang kini menghadapi 3 bandit tahap kesatria, aura yang tajam milik Sura adalah pertahanan terbaik akan tetapi serangannya tidak terlalu baik untuk melawan orang pada tahap kesatria.

Pedang dan belati para bandit yang menyerang Pangeran Sura tertahan oleh aura perak yang keluar dari tubuh Pangeran Sura, sementara itu pasukan bandit lain disekitar satu persatu jatuh mati akibat serangan dari sekelompok orang yang baru saja tiba dalam pertempuran.

"Srrrhh" sebuah siluet memegang tombak melesat langsung menghancurkan tenggorokan bandit tahap kesatria yang menyerang Pangeran Sura. Kemudian mundur kembali di samping Pangeran Sura dan mulai membantu menghabisi para bandit. Dapat terlihat bahwa siluet barusan adalah peserta pelatihan juga dengan topeng dan lambang kuda perang di baju latihannya.

Pangeran Sura membelalakkan matanya dan bergumam "Kelompok peringkat 3 teratas!"

Pangeran Sura menerjang ke arah para bandit dengan kekuatan pertahanannya dan orang disampingnya mulai menerang dengan keterampilan tombaknya menusuk ruang dan menghancurkan tubuh bandit yang terkena serangannya.

Pangeran Sura kemudian melompat menusukan Kerisnya ke bandit terakhir, tapi masih bisa di tahan oleh Bandit tersebut. Setelah itu bandit itu kemudian diterjang oleh tombak yang sudah panas akan darah di sisinya sehingga dia melompat menghindar.

"Srrrrrhh" tepat sebelum kakinya jatuh saat menghindar benda tajam menembus dada kirinya menuju jantung. Seketika tubuhnya rubuh di tanah, Pangeran Sura membuka kekuatan matanya pada saat terakhir dan mampu mengetahui gerakan yang akan di lakukan oleh bandit tersebut sedetik sebelumnya dan langsung melancarkan serangannya.

Setelah itu kemilau cahaya perak itu perlahan menghilang menyisakan tubuh pucat Pangeran Sura yang sudah tak sadarkan diri di tanah.

Melihat itu orang yang memegang tombak itu berkata "hehe kamu hebat tapi tubuhmu terlalu lemah"

Kemudian Instruktur Baron menggendong Sura, sementara itu Roni menggendong Noris bersama sama dengan kedua Putri dari kerajaan Guntur dan kelompok kuda perang pergi kembali ke rumah Kepala Desa.

"Instruktur Nana terima kasih atas bantuanmu" Instruktur Baron menundukkan kepalanya dengan tulus berterima kasih kepada Instruktur kelompok kuda perang.

Dengan meminum sup daging rusa emas yang baru diburu oleh Pangeran Sura dan Putri Rara di mangkuknya Instruktur Nana melihat kedepan dan tersenyum "tidak masalah, mereka juga musuh dari misi Pelatihan kelompok kami. Tapi kita sedikit terlambat sehingga banyak korban dari penduduk desa dan muridmu terluka parah."

Instruktur Baron kembali duduk kemudian menggelengkan kepalanya "Hmm... Melihat kemampuan mereka hari ini sudah cukup untuk aku menilai bahwa mereka masih sangat lemah."

"Yah sepertinya anak anak itu belum cukup kuat untuk pertandingan peringkat nanti" Instruktur Nana mengangguk setuju.

"Tapi biar bagaimanapun aku tetap salut akan keberanian dan kepribadian mereka, ku harap kamu bisa meningkatkan mereka" lanjutnya.

Instruktur Baron tertawa kecil dan berkata "Ya dari sini aku bisa melihat dengan jelas kekurangan mereka dan memudahkan ku untuk memberi pelatihan untuk mereka"

Di ruangan lain Pangeran Sura, Noris dan Putri Rara beristirahat tapi tidak dengan Roni dan Putri Sonya. Mereka bermeditasi gila gilaan menyerap energi alam ke dalam tubuh mereka. Motivasi mereka timbul semakin besar akibat kejadian hari ini, kekuatan mereka tidak cukup untuk melindungi diri sendiri dan orang lain.

Roni memegang kristal jiwa di tangannya dan menghisap semua energi yang ada di dalamnya. Kristal jiwa selain bisa digunakan untuk penempaan senjata roh juga bisa mengisi kembali energi alam dalam tubuh seorang pendekar. Disisi lain juga Putri Sonya memegang kristal jiwa dan melahap semua energi alam di dalamnya.

Setelah berada dalam keadaan hidup dan mati hari ini tekad mereka membara untuk menjadi lebih kuat untuk diri mereka sendiri dan orang yang mereka sayangi, karena dalam dunia ini seorang pendekar harus senantiasa berdiri atas kekuatan mereka sendiri.