webnovel

Raja Para Kesatria

Sebuah cerita perjalanan Pangeran Sura yang telah menghancurkan pusat kekuatannya untuk menyelamatkan Ibu, kakak dan neneknya dari kematian akan tetapi membahayakan dirinya sendiri dan mengakibatkan pertumbuhan kekuatannya mengalami hambatan sehingga tidak bisa mengembangkan keahlian beladiri ya di dunia yang penuh dengan raksasa dan monster. Akan tetapi Pangeran Sura mendapatkan Ilham dari para dewa sehingga bisa meningkatkan kekuatan jiwa nya dan membantunya dalam mencapai keinginannya

Hendy_Irvan · Oriental
Pas assez d’évaluations
26 Chs

Kapak Pemenggal

Di kejauhan bayangan pasukan menunggangi kuda dengan api api kecil di beberapa titik terlihat mendekat ke Perbatasan Desa Pagar Tani.

"Di tempat ini kami di serang oleh roh hantu itu Bos Besar!" Terlihat seorang bandit yang gemetar dan masih merasakan seluruh badannya merinding mengingat kembali kejadian siang tadi, terlihat dari raut mukanya dia merasakan trauma dengan melihat ke sekitar pohon pohon di samping jalan utama.

"Omong kosong roh hantu! Cepat menyebar dan bakar seluruh ladang dan tanaman!" Kata salah seorang dengan otot yang besar di tubuhnya dan kapak yang menggantung di pundaknya. "Baik Bos Besar" teriak seluruh pasukannya dan menyebar menjadi lima kelompok untuk membakar lahan pertanian yang ditumbuhi oleh pohon dan tanaman.

Kemudian orang dengan otot besar itu langsung pergi menuju kearah desa dengan pasukannya.

Di tempat pesta para penduduk desa telah bersulang atas kemenangan Tuan Turi dan rekan bertopeng ya, mereka juga sedang makan besar daging lezat dari hewan ternak mereka. Pesta itu benar benar membuat desa menjadi hidup dengan makanan, musik yang menyenangkan dan tawa dari para penduduk.

"Hei Noris makan yang banyak, kamu benar benar pahlawan" kata Roni dengan mulut penuh dengan daging. "Hari ini sangat luar biasa tinggal menunggu daging penutup dari saudara kecil Mada dan Putri Rara" tawanya membuat orang di sekitarnya ikut tertawa karena lucu melihat orang gemuk itu sangat hebat dalam melahap makanan.

"Gendut jangan lepaskan topengmu sembarangan, perhatikan dirimu sendiri kamu seperti babi gemuk!" Hentak Putri Sonya dengan menggelengkan kepalanya melihat teman bodohnya hampir melepaskan topeng pelatihannya karena terhanyut dalam makan besar dan berbalik pergi ke satu sudut dalam pesta.

Roni dan Noris kemudian mengikuti Putri Sonya dari belakang. "Hehe maafkan aku, aku tidak bisa menahan rasa laparku setelah bekerja seharian" jawab Roni sambil berlari di samping Putri Sonya.

"Kita harus mengingat pesan Instruktur Baron, pasti ada sesuatu yang tidak benar melihat hanya 10 orang yang datang siang tadi" jelas Putri Sonya setelah berbalik dan menatap dua orang rekannya itu.

"Juga alasan mengapa Mada dan adikku ke hutan pasti tidak sesederhana untuk berburu daging monster. Setidaknya instruktur Baron mempersiapkan Mada untuk menjadi garis pertahanan dan senjata rahasia di sini jika terjadi sesuatu" lanjut Putri Sonya sambil matanya melihat ke arah pesta yang sangat ramai itu.

"Eemm..." Roni dan Noris mengangguk setuju dan kemudian kembali berbaur dengan penduduk desa.

"Kebakaran.... "

"Tuan Suri kebakaran"

Tiba tiba suara teriakan terdengar ketika seorang warga desa berlari ke arah kerumunan. Semua penduduk desa melihat kearah orang itu dan terlihat bahwa dari kejauhan ada bayangan badai api panas yang membakar di udara dan bergerak menghanguskan lahan pertanian dan perkebunan yang dilewatinya.

Setelah itu deru pacuan kuda terdengar dari jalan utama desa seolah olah tanah terguncang oleh banyaknya pasukan berkuda yang berjalan ke arah desa itu. Kemudian Penduduk desa melihat siluet hitam menaiki kuda itu adalah orang-orang yang sangat mereka takuti, tidak salah lagi itu adalah bandit yang menyerang desa dengan Bos mereka yang biasa dipanggil Kapak Pemenggal.

Melihat itu para penduduk desa berteriak dan mulai berhamburan meninggalkan makanan dan mencari keluarga mereka dan memeluk mereka takut akan pembantaian terjadi pada hari itu juga. Pada saat itu juga tawa yang hangat dan musik yang indah berubah menjadi gelombang ketakutan dan kepanikan dari warga, setelah itu terdengar tawa dari pemimpin bandit yang menyerang.

"Sepertinya Desa Pagar Tani sudah sangat kaya sehingga bisa mengadakan pesta dan membayar beberapa pejuang untuk membunuh anak buahku" tawa kejam dari orang berotot dan membawa kapak masih terdengar dari kata katanya.

Paman Suri dengan gugup berjalan mendekat dan berkata dengan gugup "a..a. apa yang anda maksud tuan kapak pemenggal?"

"Jangan pura pura bodoh orang tua, cepat tunjukan siapa yang membunuh anak buahku?" Pemimpin Bandit itu turun dari kudanya sambil mengambil kapak besar berwarna merah dan berjalan mendekati meja yang berisi buah dan daging panggang, kemudian memakannya.

"Apa kamu tuli? Siapa yang membunuh mereka?" Bentak pemimpin bandit itu dan mendekati anak kecil di samping Paman Suri, kemudian menarik tangan anak kecil itu keatas dengan tangannya yang penuh otot.

"Turii!!" Teriak Paman Suri melihat cucunya dalam bahaya, "tolong tuan jangan..jangan sakiti anak itu, aku mohon ... aku akan memberikan apapun"

Suri meronta tidak berdaya "lepaskan aku dasar gorila!" Teriaknya.

"Kurang ajar!!" Orang berotot itu kemudian mengangkat kapak merahnya dan berniat untuk membunuh Turi yang menghinanya.

"Klaangk" suara benturan terdengar saat Kapak itu di hentikan oleh ujung tombak Roni setelah melesat maju kedepan. Getaran keras memasuki tubuh Roni ketika benturan itu sehingga matanya berubah mencoba menguatkan diri dari getaran akibat benturan itu.

Kemudian beberapa orang dengan topeng yang sama dengan Roni keluar dari belakang penduduk desa. "Lepaskan anak itu maka aku akan mengampunimu hanya dengan menghabisi seluruh anak buahmu" kata Noris yang geram melihat Turi diangkat seperti hewan.

"Bangsaat!!" Kapak Pemenggal meraung marah dan melemparkan Turi kesamping dan mulai menyerang Roni dengan kapak merahnya. Kapak itu dialiri energi alam yang buas sehingga Roni harus beberapa kali meringis kesakitan saat menahan beberapa serangannya .

"Bersiap untuk mati" Roni juga meraung marah dan menusukan tombaknya kedepan dengan energi alamnya mengarahkan ke dada kapak pemenggal. Akan tetapi apa yang terjadi kemudian adalah Roni yang terlempar kebelakang beberapa meter akibat pertukaran hantaman yang terjadi karena bagaimanapun lawannya adalah kondisi Kesatria level 5.

"Roni" teriak Putri Sonya menghampiri Roni yang duduk sambil mengeluarkan seteguk darah dari mulutnya dan membanjiri topengnya

"Sungguh tidak pantas, dengan kemampuanmu ingin membunuhku" tawa kapak pemenggal dan meletakan kembali kapak merahnya sebelum berjalan berbalik ke kudanya.

"Aaaa" teriakan yang dalam terdengar dari pasukan bandit. Saat Kapak Pemenggal menengok dia melihatnya sendiri bagaimana sebuah tombak melayang membunuh 3 anak buahnya secara langsung pada tingkat kesatria tahap 1.

Kemudian kapak pemenggal mengarahkan pandangannya lagi ke arah belakang tapi tidak menemukan seorangpun yang melempar tombak itu. "Siapa itu ? Keluar sekarang!!" Kata Kapak Pemenggal meraung marah ke arah para penduduk desa.

"Shoo"

Sebuah bayangan tajam terlempar kembali dari arah yang berbeda, tapi kali ini sasarannya adalah orang besar pemimpin bandit itu. Kapak Pemenggal hanya merasakan aura yang berbahaya yang melesat dari arah belakang kepalanya dan tidak mampu bertindak cepat. Sehingga dia menghindar sekedarnya sampai suara renyah terdengar dari goresan ujung tombak dan kulit belakang kepalanya sampai pipinya sebelum akhirnya tombak itu menghujam tanah di dekatnya.

Kapak Pemenggal hanya bisa diam dan masih merasakan merinding di sekujur tubuhnya, hanya berbeda beberapa inci dari kepalanya jika saja dia terlambat menghindar beberapa detik saja, Kapak Pemenggal hanya bisa menyesali kematiannya.

Setelah hening beberapa saat para pasukan bandit langsung tersadar dan bergerak dengan teriakan beberapa orang "lindungi Bos Besar!!!" Kemudian Kapak Pemenggal berdiri kembali ke kudanya sebelum akhirnya tersadar dengan muka yang merah.

Kejadian ini membuat salah satu orang dalam pasukan bandit merasakan kematian sangat dekat dan berkeringat di seluruh tubuhnya sebelum akhirnya bergetar akibat ketakutan. "Aku tau.. aku tau ini akan terjadi lagi" gumam bandit itu sambil bergetar di atas kudanya.

"Hancurkan Desa ini!!" Perintah Kapak Pemenggal kepada pasukannya dengan matanya yang memerah. Setelah itu pasukan bandit langsung menyerang dengan membabi buta ke arah warga.

Roni dan Noris langsung menyambut pasukan bandit yang maju itu dengan tombak dan katananya. Sedangkan kini Putri Rara sudah ada di samping kakaknya dan mulai mengerahkan pedang lenturnya masuk ke arah pasukan bandit.

Sementara itu warga yang memiliki kemampuan bertarung ikut membantu melawan bandit dengan senjata seadanya yang bisa mereka temukan, kemudian yang lain berlari kearah pegunungan belakang desa.

"Shooo"

"Shooo"

Anak anak panah mulai menyerang dengan ganas ke arah pasukan musuh dengan arah arah yang berbeda. Anak anak panah itu ada yang berbentuk ada pula yang hanya berupa energi alam saja ketika menghujam kepala dan dada pasukan bandit itu. Mereka yang tidak bisa mengetahui arah panah itu hanya bisa mati tanpa tau apa yang membunuh mereka.

Saat pertempuran itu pecah seorang prajurit berteriak "roh hantu itu roh hantu.. cepat pergi dari sini." Dan kemudian pergi meninggalkan desa itu. Mendengar itu mental pasukan bandit jatuh dan merasakan takut dalam hatinya.

"Bodoh, cepat hancurkan orang orang itu" kata Kapak Pemenggal yang marah dan mulai merangsek masuk dalam pertempuran. Kemudian Ia melihat Noris dan mulai melayangkan Kapaknya, membanting kapak merahnya ke arah Noris.

Noris hanya bisa menangkis serangan itu dengan katananya dan terlempar jauh ke udara. Sebelum bisa mencapai tanah Kapak Pemenggal melompat keatas dan menyerang lagi dengan kapaknya kearah Noris.

"Klank"

"Brug"

Noris ambruk tidak sadarkan diri setelah Kapak Pemenggal menekannya hingga tidak berdaya.

Melihat itu Roni mulai menyerang Kapak Pemenggal dan bertarung dengan kekuatan alaminya. "Bajingan tua" Raung Marah Roni melepaskan seluruh energinya ke ujung tombaknya dan melesat maju ke arah Kapak Pemenggal.

"Pembelah gunung" Kapak Merah itu terasa sangat tirani kemudian menghadapi serangan tombak Roni.

"Booom"

Roni mundur berguling di udara sebelum akhirnya jatuh di tanah, tapi Kapak pemenggal juga terpaksa mundur akibat bentrokan itu sehingga kemarahannya bertambah.

"Mati!!" Dengan kasar Kapak Merah itu diarahkan lagi kearah Roni berniat membunuhnya.

"Klank"

"Srrrh" bagaikan hukuman mati, kapak itu membelah tombak Roni yang berusaha menahan tombak merahnya dan tidak berhenti langsung menuju kepala Roni.

"Srrrhh"

"Kraak"

Topeng Roni hancur akibat Kapak Merahnya akan tetapi setelah topeng itu hancur Kapak Pemenggal berhenti karena merasakan sebuah benda tajam menusuk betisnya.

Roni hanya bisa terdiam melihat kapak merah itu menghancurkan topengnya dan Kapak Merah itu berhenti tepat di dahinya menghasilkan kucuran darah dari dahinya.

"Brengsek" Kapak Pemenggal berteriak dan melihat bahwa sebuah katana menembus betisnya sebelum berbalik dan menendang Noris di belakangnya hingga terkulai lemas jatuh di tanah.

"Noris!!" Teriak Roni dengan mata mengerjap berlari ke arah temannya yang terlihat kehilangan tanda tanda kehidupan.

Dengan pincang Kapak pemenggal berjalan perlahan ke arah Roni dan Noris. Senyumnya sangat puas melihat dua orang anak muda itu sudah terlihat tidak berdaya. Sementara itu kedua Putri dari kerajaan Guntur pun tidak lebih baik karena energi alam yang sudah habis dan luka luka yang ada di tubuh mereka melawan kestaria level 1 yang terlalu banyak, begitupun warga desa yang memutuskan untuk bergabung dalam pertempuran sudah banyak yang terluka dan mati.

"Boom"

Cahaya keperakan mengerjap ke udara dari dalam hutan dan kilat perak terlihat melompat maju ke tengah tengah pertempuran dan membantai pasukan bandit itu seperti menghancurkan semut.

Disisi lain juga banyak bayangan dengan topeng yang sama langsung masuk dalam pertempuran. Sementara itu saat Kapak Pemenggal terperangah melihat aura keperakan itu ia langsung diserang oleh Instruktur Baron dengan telapak tangannya yang penuh dengan energi petir berbentuk kepala naga.

"Penakluk Naga!!" Instruktur Baron berteriak marah melihat anak muridnya dibawah tekanan kapak pemenggal itu dan niat membunuh meledak di matanya.

"Boom"

Ceceran darah berkembang ke udara dan sebuah tubuh yang besar tanpa kepala merosot jatuh ketanah akibat serangan yang menghancurkan kepalanya.