webnovel

Rainata

Dia, gadis pencinta hujan namun sangat takut dengan suara petir Dia, sangat menyukai langit hingga pernah bermimpi memiliki sayap untuk bisa terbang bersama burung-burung melintasi cakrawala di atas sana Dia, mencintai pantai menyukai setiap deburan ombaknya ketika ombak tersebut menabrak karang Dia, sosok yang menggilai semua hal akan pantai seperti Kerang dan Mutiara Dia, hampir menghabiskan sebagian waktunya duduk dibawah pohon besar dibelakang rumahnya mengagumi sosok matahari yang selalu menyinari tanpa meminta balas apapun juga Dia adalah Rainata, sosok gadis yang penyayang, lemah lembut, ceria, periang, tomboy, jago beladiri, dan rajin berolahraga, tak heran jika body yang dimilikinya ramping bak model dengan wajah yang berparas cantik, hingga membuat dirinya selalu dipuja oleh kaum lelaki, tak jarang kaum lelaki yang secara terang-terangan menyatakan cinta di depan umum kepadanya. Namun tak ada satupun yang tahu bahwa sosok Rainata sangat takut akan Jatuh Cinta karena 1 alasan di masa lalunya yang pernah ia alami di dalam kehidupannya dahulu Dia, Rainata yang terbiasa sendirian, yang terbiasa hidup tanpa kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Narria_vivi · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
395 Chs

76. Arkan Marah

"Kenapa minta maaf?" tanya Arkan menyembunyikan senyum di wajahnya,

"Maaf Arkan," ucap Rain hampir menangis. Disamping ke gugupannya ia juga merasa sedikit takut karena Arkan tidak tersenyum padanya. Ia takut Arkan marah padanya karena ia sudah dengan lancang mencium punggung tangan Arkan tadi. Ia benar - benar merutuki kebodohannya, namun dari hati yang terdalam ia sama sekali tidak menyesal melakukan itu.

"Iya, Maaf buat apa?" tanya Arkan dengan nada suara yang dingin. Entah kenapa terlintas di otaknya untuk mengerjai Rain. Ia ingin mempermainkan Rain kali ini. Ia ingin melihat bagaimana reaksi Rain ketika dirinya marah. Apakah akan menangis? Tidak tahu, kita lihat saja nanti.

"Tuh kan Arkan marah," ucap Rain dengan nyali yang menciut, ingin rasanya ia menangis sekarang juga. Ia memang sangat lancang sudah berani mencium punggung tangan Arkan tanpa izin. Namun ia refleks dan tidak sengaja. Ia tidak tahu lagi harus menghibur Arkan dengan cara apa, jadi itulah yang ia lakukan.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com