Nanita Kania atau biasa dipanggil Nan. Nan adalah orang asli Indonesia yang tinggal di Thailand. Dia ber-usia 22 tahun dan kuliah di salah satu universitas di Bangkok, Thailand. Dia memiliki penampakan yang anggun dengan mata berwarna coklat muda dan rambut coklat tua panjang yang terurai sempurna. Selama tinggal di Thailand, 5 tahun terakhir karena bisnis ayahnya, Nan bertemu Veo, putra sahabat ayahnya. Nan dan Veo menjadi sahabat karena mereka memiliki selera yang sama dan bahkan kuliah di universitas dan jurusan yang sama. Berkat Veo, Nan tidak memiliki masalah dalam beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Ketika Nan pertama kali datang ke Thailand, dia melakukan penelitian untuk mengetahui lebih banyak tentang negara itu dan sesuatu menarik perhatiannya. Dia berpikir, "Hubungan cinta dua laki-laki dalam bentuk serial drama? Bagaimana itu bisa terjadi?". Nan yang berusia 18 tahun tidak mengerti, Ini tidak umum di tanah airnya dan dia mencoba menonton serial itu. Tanpa diduga, Nan merasakan ada sesuatu yang menggelitik di hatinya. Dia bingung pada awalnya, tetapi setelah itu dia menjadi penggemar genre tersebut yaitu BL atau boys love.
Nan mencoba menonton serial lain, tidak hanya BL tapi semua jenis serial Thailand dan dia tetap menyukainya. Nan menyadari alasan mengapa dia menyukai serial Thailand. Ada banyak hal baru yang dipelajari dari serial Thailand dan pemikiran itu adalah sesuatu yang perlu diperhatikan orang. Ini bukan hanya asmara atau jenis kelamin atau hanya menjadi penggemar BL, tetapi banyak hal memberinya pemikiran tentang,
"Bagaimana sih menjadi orang yang terbuka atau open-minded? dan Bagaimana hidup sebagai makhluk sosial yang sebenarnya?"
Kemanusiaan adalah apa yang Nan lihat melalui serial-serial Thailand yang dia tonton, membuatnya ingin menjadi orang yang memproduksi serial-serial seperti yang Nan tonton. Dan suatu hari, dia dengan serius mengambil langkah untuk mencapai mimpinya.
Perspektif Nan
Kamar yang cukup berantakan dengan sinar matahari masuk dari jendela, tepatnya jam 9.30 pagi alarm berbunyi.
Nan merasakan sesuatu yang berlendir di sudut bibirnya dan rasa pegal di punggungnya. Dia perlahan membuka matanya setelah berhari-hari membuat naskah untuk lomba universitas. Dia menyadari bahwa dia tidur di depan laptop-nya dan dia tersenyum setelah memeriksa layar yang menunjukkan bahwa skripnya telah selesai dan berhasil dikirim.
"Aww!" Dia merenggangkan tubuhnya dan meminum air dingin yang dia ambil dari lemari es. Duduk sejenak dan dia melihat jam, "Hah??!" Dia langsung terbangun dan saat itu dia sadar bahwa teleponnya berdering. Telepon itu dari Veo.
"NAN, LO DIMANA? !!!"
"Hah?"
"Jangan 'hah' ke gue. Ini kelas udah mau mulai dan ini kelasnya Professor Fon!"
"Ya ampunl!"
Nan menutup telepon dan berpakaian secepatnya dan kemudian dia lari secepat mungkin sampai ke kelasnya.
Ini semua terjadi karena Lomba Penulisan Naskah Universitas. Nan biasanya mendisiplinkan dirinya untuk SELALU menjaga image rajinnya, tampil cantik, dandanan rapi, dan make up yang simple namun menyegarkan. Sebenarnya, Nan tidak mempedulikan lomba semacam ini agar bisa tetap fokus pada kelas-kelasnya.
Tapi, lomba ini berbeda.
"Pemenang akan memiliki kesempatan untuk mengubah naskahnya menjadi serial (diinvestasikan penuh)". Ini adalah hadiah yang tertulis di poster.
Nan akhirnya memiliki kesempatan untuk mendapatkan mimpinya, lalu dia memutuskan untuk memberikan semua yang dia miliki melalui kontes ini.
Waktu menunjukkan pukul 9.56 pagi, Nan berhasil sampai di kelasnya.
"Selamet lo ya!" Kata Veo. Dia menyeringai saat melihat Nan dengan cetakan keyboard di wajahnya.
"Kenapa lo ketawa?" Tanya Nan.
"Haha. Gue kasih tau nanti. Lo tidur depan laptop lo lagi ya?"
"Iya, kenapa? Gue ngiler?" Menggosok wajahnya untuk menghilangkan air liurnya.
"Gak sih, gak ngiler." Veo menyeringai. Nan sedikit curiga, lalu dia memilih untuk mengabaikannnya sampai Profesor datang dan mulai mengabsen. Ketika nama Nan muncul dan dijawab, profesor itu terhenti, dia bilang. "Nanita silahkan ke kamar kecil dan perbaiki penampilanmu," kata Professor Fon.
"?" Nan mendengar suara cekikikan dan dia mulai merasa aneh, tapi dia memutuskan untuk pergi ke kamar kecil. Dia melihat ke cermin dan dia tahu mengapa professor menyuruhnya pergi ke kamar kecil. Ada pola keyboard di pipi kirinya dan sangat terlihat jelas diwajahnya.
"Gue bakal ngehajar Veo, karena dia gak ngasih tau gue!" Dia bergumam sambil memperbaiki penampilannya dan langsung kembali ke kelasnya.
Kelas telah selesai. Di koridor yang ramai, Veo berjalan di sampingnya dan bertanya. "Nan, lo udah gila ya? Haha!" Nan tidak menjawab dan hanya memasang wajah kesalnya.
"Heiiii, ayolah… Jangan marah, gue bakal traktir lo makanan enak…." Veo mencoba berbaikan dengan Nan.
"Itu ga bakal mempan sama gue." Nan menjawab dengan dingin sementara Veo menyelesaikan kalimatnya.
"..di FUKU salmon buffet (Restoran Tap Tirakit )" lanjutnya.
"!!!" Nan kaget dan wajahnya ceria secara tiba-tiba.
"Gapapa sih kalo ga mau," kata Veo.
"Gak! Gak! Tidak Gapapa, Perfect !! Ayo bawa gue kesana, Yang Mulia Veo"
"Iya .. Iya .. karena besok udah waktunya pengumuman buat lomba lo, lo bisa makan sepuasnya deh!"
"OKAYYY, YANG MULIA !! " Jawab Nan dengan senang hati.
"Bacot." ucap Veo sambil menjentikkan jarinya ke dahi Nan.
"Aw! Haha Ya ampunn, semoga gue ketemu sama Tap!" Dia berdoa dan Veo tertawa.
Nan dan Veo sedang menuju ke restoran. Semuanya tidak seperti yang Nan harapkan. Ketimbang bertemu Tap Tirakit, apa yang terjadi dengan mereka?