webnovel

Rache

Puncak dari rasa sakit adalah kehilangan. Namun, Puncak dari kehilangan itu sendiri adalah mengikhlaskan. Tuhan sudah merencanakan takdir manusia. Siapapun tidak bisa lepas darinya sejauh apa ia pergi dan sejauh apa dia berlari. Aksara tau, tuhan sudah melukiskan sebuah takdir dengan apiknya jauh sebelum ia lahir. Tapi bisakah ia mengeluh? Bisakah ia berkeluh kesah pada tuhan. Aksara tau, banyak orang yang lebih buruk keadaannya dibandingkan dirinya. Tapi untuk saat ini, tolong biarkan Aksara mengeluh sekali saja. Tuhan memang maha baik, jadi tolong ijinkan ia mengeluh. Meratapi apa yang sudah terjadi. Hidupnya yang sudah mulai tertata, bak bangunan megah dengan pilar pilar tinggi menjulang, roboh dalam satu kedipan mata. Semuanya pergi satu persatu. Meninggalkan Aksara dalam sendu sembiru badai gelombang kehidupan yang mungkin tak berkesudahan.

Eshaa_ · Politique et sciences sociales
Pas assez d’évaluations
312 Chs

Salty

Nathalie tertidur lelap dengan menggunakan bahu Aksara untuk bersandar. Sedang sang empunya tampak merangkul bahu gadis itu, menepuknya pelan membuat sang kekasih merasa nyaman.

Ardi menatap iri pasangan itu, "Enak ya punya pacar,"

"Ya makanya cari dong biar bisa mesra mesraan," balas Raka santai.

Karin memutar bola matanya malas, "Lo pikir gue punya pacar bisa mesra mesraan? Najis banget gue mesra mesraan sama tuh lutung kasarung,"

"Orang aneh nih punya pacar mesra mesraan mah wajar. Lo malah najis najisin sama pacar sendiri," Angel melirik sinis, "Gue mah kalo pacaran sama Arjuna tiap hari uwu uwuan,"

"Kaya Arjuna mau sama lo," balas gadis itu tidak kalah sinis.

Aksara mendengus, "Yaudah sih kan mereka kalo pacaran emang gitu. Lo jangan sirik Ngel,"

"Gue mah enggak sirik cuma tuh Karin nggak ada bersyukurnya jadi orang,"

Maya mengangguk, "Gue bukannya nggak bersyukur tunangan sama Raka cuma gue maunya sama Aksa,"

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com