webnovel

Rache

Puncak dari rasa sakit adalah kehilangan. Namun, Puncak dari kehilangan itu sendiri adalah mengikhlaskan. Tuhan sudah merencanakan takdir manusia. Siapapun tidak bisa lepas darinya sejauh apa ia pergi dan sejauh apa dia berlari. Aksara tau, tuhan sudah melukiskan sebuah takdir dengan apiknya jauh sebelum ia lahir. Tapi bisakah ia mengeluh? Bisakah ia berkeluh kesah pada tuhan. Aksara tau, banyak orang yang lebih buruk keadaannya dibandingkan dirinya. Tapi untuk saat ini, tolong biarkan Aksara mengeluh sekali saja. Tuhan memang maha baik, jadi tolong ijinkan ia mengeluh. Meratapi apa yang sudah terjadi. Hidupnya yang sudah mulai tertata, bak bangunan megah dengan pilar pilar tinggi menjulang, roboh dalam satu kedipan mata. Semuanya pergi satu persatu. Meninggalkan Aksara dalam sendu sembiru badai gelombang kehidupan yang mungkin tak berkesudahan.

Eshaa_ · Politique et sciences sociales
Pas assez d’évaluations
312 Chs

Membangunkan

Nathalie memasuki ruang tengah dengan banyak camilan di pelukannya. Beberapa gadis tampak mengikutinya dari belakang.

Nathalie tersenyum, Mas Yudhis, Mas Abim, Arjuna, dan Aksara tidur di sana dengan sejumlah karyawan laki laki ibuk. Aksara tidur di paling ujung hingga setengah dari tubuh pemuda itu tidak lagi berada dalam kasur yang mereka gunakan tidur malam ini. Gadis itu segera mendekati Aksara, menatap wajah gamai pemuda itu sebelum berbisik, "Aksa bangunnn udah pagiii. Jangan bobo terus dong. Ayo Sa bangun ah," bisiknya seraya menggoyangkan tubuh sang kekasih, "Aksa ayo bangun,"

"Lima menit lagi deh. Masih ngantuk ini," Aksata mengerang, membuka matanya seraya menatap Nathalie. Dan dengan wajah tanpa dosa Aksara kembali tertidur dengan menggnakan kedua paha kekasihnya sebagai bantal, "Jam segini kok udah bangun? Tumben banget,"

"Nggak mood,"

"Serius? Kenapa kok nggak mood hm?"

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com