webnovel

Rache

Puncak dari rasa sakit adalah kehilangan. Namun, Puncak dari kehilangan itu sendiri adalah mengikhlaskan. Tuhan sudah merencanakan takdir manusia. Siapapun tidak bisa lepas darinya sejauh apa ia pergi dan sejauh apa dia berlari. Aksara tau, tuhan sudah melukiskan sebuah takdir dengan apiknya jauh sebelum ia lahir. Tapi bisakah ia mengeluh? Bisakah ia berkeluh kesah pada tuhan. Aksara tau, banyak orang yang lebih buruk keadaannya dibandingkan dirinya. Tapi untuk saat ini, tolong biarkan Aksara mengeluh sekali saja. Tuhan memang maha baik, jadi tolong ijinkan ia mengeluh. Meratapi apa yang sudah terjadi. Hidupnya yang sudah mulai tertata, bak bangunan megah dengan pilar pilar tinggi menjulang, roboh dalam satu kedipan mata. Semuanya pergi satu persatu. Meninggalkan Aksara dalam sendu sembiru badai gelombang kehidupan yang mungkin tak berkesudahan.

Eshaa_ · Politique et sciences sociales
Pas assez d’évaluations
312 Chs

Kita dan duka

Aksara menarik napas panjang, duduk di makam abah seraya mencabuti rumput yang ada di sekitarnya, "Abah besok Aksa ujian akhir semester. Biasanya kalo mau ujian kaya gini Aksa selalu di temenin belajar sama abah. Habis itu abah selalu cerita tentang jalan hidup abah. Katanya abah suka beli sate telur puyuh tiap pulang sekolah. Kata abah juga katanya abah dulu banyak yang suka, sampe pada fangirlingin abah tapi ternyata abah kecantolnya sama ibuk," pemuda itu mendongak untuk menahan air matanya, "Abah Aksa kangen. Besok Aksa udah mulai ujian, harusnya abah nemenin Aksa belajar. Bantuin ngerjain fisika, kan abah jago fisika. Abah Aksa kangen,"

Nathalie yang duduk di samping Aksara hanya mampu mengusap punggung pemuda itu tanpa banyak bicara. Tidak juga menyela atau menyahut. Hanya diam mendengarkan.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com