webnovel

Rache

Puncak dari rasa sakit adalah kehilangan. Namun, Puncak dari kehilangan itu sendiri adalah mengikhlaskan. Tuhan sudah merencanakan takdir manusia. Siapapun tidak bisa lepas darinya sejauh apa ia pergi dan sejauh apa dia berlari. Aksara tau, tuhan sudah melukiskan sebuah takdir dengan apiknya jauh sebelum ia lahir. Tapi bisakah ia mengeluh? Bisakah ia berkeluh kesah pada tuhan. Aksara tau, banyak orang yang lebih buruk keadaannya dibandingkan dirinya. Tapi untuk saat ini, tolong biarkan Aksara mengeluh sekali saja. Tuhan memang maha baik, jadi tolong ijinkan ia mengeluh. Meratapi apa yang sudah terjadi. Hidupnya yang sudah mulai tertata, bak bangunan megah dengan pilar pilar tinggi menjulang, roboh dalam satu kedipan mata. Semuanya pergi satu persatu. Meninggalkan Aksara dalam sendu sembiru badai gelombang kehidupan yang mungkin tak berkesudahan.

Eshaa_ · Politique et sciences sociales
Pas assez d’évaluations
312 Chs

karma

Nyatanya, belajar bersama hanya menjadi angan angan semata karena Aksara dan Nathalie kini justru berada di tenda penjual soto langganan Arjuna, menuntit lelaki itu bersama Karin.

"Bentar lagi pasti jadian," gumam Aksara sesaat sebelum menyuapkan sesendok soto ayam kesukaannya.

Nathalie mendengus, "Kamu tuh kurang kerjaan banget sih pake nguntit segala. Nggak sopan tau,"

"Habisnya greget Nath mereka tuh nggak jadian jadian padahal udah jelas saling suka," Aksara meringis kecil, "Kasian kan Karin di gantungin mulu sama Juna,"

"Ya tapi aduh," Nathalie memijat pelipisnya yang berdenyut karena tingkah kekasihnya, "Terserah kamu deh,"

"Jangan ngambek atuh neng cantik. Kan aku cuma penasaran mereka jadian nggak,"

"Hm iya," Nathalie mendengus, memilih melanjutkan memakan makanannya dibandingkan meladeni Aksara.

"Sotonya enak pantes si Juna suka banget main ke sini," gumam Aksara.

Nathalie menoleh lalu mengangguk, "Besok kalo main makannya ke sini lagi ya. Enak banget sotonya,"

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com