webnovel

Rache

Puncak dari rasa sakit adalah kehilangan. Namun, Puncak dari kehilangan itu sendiri adalah mengikhlaskan. Tuhan sudah merencanakan takdir manusia. Siapapun tidak bisa lepas darinya sejauh apa ia pergi dan sejauh apa dia berlari. Aksara tau, tuhan sudah melukiskan sebuah takdir dengan apiknya jauh sebelum ia lahir. Tapi bisakah ia mengeluh? Bisakah ia berkeluh kesah pada tuhan. Aksara tau, banyak orang yang lebih buruk keadaannya dibandingkan dirinya. Tapi untuk saat ini, tolong biarkan Aksara mengeluh sekali saja. Tuhan memang maha baik, jadi tolong ijinkan ia mengeluh. Meratapi apa yang sudah terjadi. Hidupnya yang sudah mulai tertata, bak bangunan megah dengan pilar pilar tinggi menjulang, roboh dalam satu kedipan mata. Semuanya pergi satu persatu. Meninggalkan Aksara dalam sendu sembiru badai gelombang kehidupan yang mungkin tak berkesudahan.

Eshaa_ · Politique et sciences sociales
Pas assez d’évaluations
312 Chs

Abimanyu dan semestanya

Abimanyu melangkah memasuki kamar ibuk sesaat setelah Aksara keluar bersama Nathalie. Pemuda itu dapat melihat ibuk yang duduk termenung diatas ranjang.

"Buk..?"

"Abim," ibuk tersenyum, menepuk tempat kosong di sampingnya memberi kode untuk sang putra duduk di sana.

Abimanyu menurut, duduk di samping ibuk dan tanpa aba aba menyandarkan kepalanya pada bahu sang ibu, "Capek,"

Ibu tersenyum, mengusap surai Abimanyu dengan sayang, "Istirahat. Rehat. Tidur lagi saja. Ibuk tau kamu lelah berpura pura sejak kemarin. Nggak papa. Kamu boleh beristirahat sekarang,"

"Abim sudah istirahat. Juga sudah mengeluarkan semuanya. Tapi kenapa masih lelah ya buk? Kenapa masih sesak rasanya,"

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com