webnovel

Rencana

"Nanta, tolong bukakan pintu!"

Friska sekarang berada di hadapan kamar sahabat kecilnya itu, namun beberapa kali ia berteriak, tak ada jawaban dari Nanta.

"Kamu ada di dalam kan? Buka pintunya! Aku ingin bicara sesuatu."

Beberapa saat tak mendapatkan jawaban dari Nanta, perempuan itu pun langsung masuk ke dalam kamar milik lelaki tersebut. Persetan dengan sopan santun, rasanya tak membukakan pintu kepada orang yang sedari tadi berteriak meminta dibukakan pintu lebih tak sopan.

Saat pintu terbuka, mata Friska menangkap Nanta yang sedang berbaring di ranjang dengan laptop yang menyala di hadapannya. Dan itu sukses membuat Friska geram. Kakinya melangkah mendekati Nanta dan langsung memukul lelaki tersebut dengan bantal.

"Kenapa kamu tak membukakan aku pintu?"

Nanta menoleh ke arah Friska dengan wajah yang datar. "Apa?" Tanyanya singkat. Detik selanjutnya Nanta langsung menolehkan kembali kepalanya ke arah laptop.

Tatapan tajam Friska layangkan ke arah Nanta. "Dasar Autis!" Perempuan itu kemudian mengintip laptop sahabatnya itu. Ia langsung berdecak sebal saat melihat apa yang ada di laptop tersebut. Pantas saja ia sedari tadi berteriak di hadapan kamar Nanta, namun lelaki itu tak membukakan pintu. Anime Jepang ternyata penyebabnya.

"Apa kamu tak bosan setiap hari menonton anime Jepang? Aku saja yang melihat sangat merasa muak."

"Gak," jawab Nanta tanpa mengalihkan perhatiannya dari anime Jepang yang sedang ia tonton.

Friska mendengus sebal saat melihat respon singkat dari Nanta. Perempuan itu kemudian merebahkan tubuhnya ke ranjang dengan sanggahan kepalaa tubuh milik Nanta yang sekarang sedang berbaring tengkurap.

"Aku mau ajak kamu untuk pergi berlibur."

"Gak."

Friska tak terkejut saat mendengar penolakan dari Nanta. Sebelumnya ia juga sudah menduga jika sahabat lelakinya itu pasti akan menolaknya.

"Apa kamu tak bosan setiap hari berada di rumah terus? Aku saja yang melihatmu terus mengurung diri sangat bosan. Hidupmu gak seru, masak setiap hari hanya diisi dengan anime Jepang dan game."

Nanta hanya diam saja tak merespon ucapan Friska. Perempuan yang tak diberi jawaban juga tak merasa kaget, sudah biasa Nanta yang selalu ia panggil autis itu bersikap seperti ini.

"Kamu tahu pulau Triwu, Nan? Aku tadi lihat di media sosial, fotonya bagus banget."

"Aku gak mau, Friska."

Friska beranjak, ia mengubah posisi tidurnya menjadi tengkurap dan sejajar dengan Nanta. "Beneran, Nanta. Aku tadi lihat fotonya di media sosial, pulau itu tuh ada di tengah laut terus ada juga semacam bukit di tengahnya. Terus-"

"Aku gak tahu dan aku gak mau."

Friska mendengus sebal. Tatapannya menatap lelaki dengan rambut yang sedikit grondong itu. Nanta memang seperti ini, tak banyak bicara, suka kesendirian dan juga tak suka diusik. Ia yakin jika kehadirannya sekarang sebenarnya sangatlah menganggu lelaki tersebut.

"Pokoknya kamu harus mau pergi ke pulau Triwu sama aku. Gak ada penolakan. Aku yakin kamu pasti akan menyesal jika tak mau pergi denganku."

Nanta menatap perempuan yang tengkurap di sampingnya dengan jengah. "Terakhir aku pergi denganmu, aku langsung masuk rumah sakit, kartu atm dan kamera aku juga hilang." Lelaki itu jelas mengingat, beberapa saat yang lalu saat ia dan Friska pergi berlibur untuk merayakan kelulusan SMA. Akibat kecerobohan Friska, Nanta banyak sakali kehilangan barang berharga, bahkan karena menolong Friska yang tak mengenakan pakaian tebal saat mendaki gunung, ia harus merelakan bajunya dikenakan Friska dan berakhir ia mengalami hipotermia karena kedinginan.

"Ah, itu kan udah lama. "

"Pokonya aku gak mau!"

Friska beranjak, ia langsung berdiri dan memakai sandal bulu rumahan yang tadi ia kenakan. "Fine. Aku pergi sendiri."

Nanta memejamkan matanya. Kalau sudah seperti ini ia tak akan bisa menolak permintaan Friska lagi. Mana tega ia membiarkan Friska yang sangatlah ceroboh itu untuk pergi berlibur sendiri. Agaknya Friska bisa saja dimakan binatang buas jika tak ia temani.

"Aku ikut."

Friska bersorak. "Yey, kamu baik banget deh, yuk ke rumah aku, nanti aku bikinin cilor sama nanti aku kasih kamu password Wi-fi biar kamu bisa download anime Jepang yang banyak."

***

Jam baru menunjukkan pukul lima pagi. Namun seorang perempuan sudah siap dengan pakaian rapi dan tas ransel yang menggelantung di bahunya. Perempuan itu sekarang sedang berada di depan kamar Nanta. Ia tak perlu susah-susah untuk meminta izin untuk masuk karena di rumah tersebut hanya ada Nanta, untuk masuk pun tak sulit karena ia mempunyai kunci cadangan rumah tersebut. Hubungan mereka sangatlah dekat sedari dulu dan juga Friska yang pasti akan terus menerus pergi mengunjungi rumah Nanta membuat lelaki itu menyerahkan kunci cadangan rumahnya.

"Nanta! Ayo berangkat!" Teriak Friska sembari menggedor-gedor pintu kamar Nanta.

Karena tahu ia tak akan mendapatkan jawaban, akhirnya Friska yang tak memiliki sopan santun seperti biasa langsung masuk ke dalam kamar milik Nanta.

Sesuai dugaannya, baru saja pintu terbuka, mata Friska langsung menangkap pemandangan lelaki yang masih berpelukan manja dengan guling. Friska mendekat ke arah Nanta,lalu perempuan itu menarik nafas panjang dan....

"Nanta!"

Seorang yang mempunyai nama langsung terperanjat kaget saat mendengar teriakan Friska. Ia bahkan langsung beranjak dan mengusap-usap telinganya yang mendengung karena teriakan Friska yang mengglegar.

Seseorang yang nyawanya belum terkumpul sempurna itu mengeluarkan suara. "Apaan sih! Berisik!"

Friska tertawa puas saat mendengar umpatan dari sahabat lelakinya itu. "Lagian kamu malah masih tidur. Gak ingat tadi malem udah janji sama aku?"

Nanta mengerutkan kening. Pandangannya kemudian beralih kepada penampilan Friska. Lose jeans dipadukan dengan atasan kemeja bermotif tartan dan inner kaos polos berwarna hitam. Rapi sekali, pikir Nanta.

"Mau kemana?" Nyawa yang belum terkumpul sempurna membuat Nanta mendadak amnesia. Kepalanya seperti tak menyimpan ingatan apa-apa tentang kejadian malam tadi.

"Ck, ke pulau Triwu. Ayo berangkat!" Ajak Friska. Tangan kecil perempuan itu menarik paksa tangan Nanta yang besarnya dua kali lipat dari pada miliknya.

Ingatan Nanta telah kembali. Ia ingat semalam Friska mengajaknya secara paksa untuk pergi berlibur, dan ia mengiyakan permintaan dari perempuan tersebut. Namun seingatnya-

"Emang tadi malam bilang kalau kita berangkat hari ini?"

-seingatnya Friska tak mengatakan jika akan pergi hari ini, pagi ini.

"Emang tadi malam kamu tanya kapan berangkat?"

Nanta membuka mulutnya. "Sekarang?" Tanyanya.

Friska tersenyum lebar lalu menganggukkan kepalanya dengan mantap. "Iya, sekarang. Ayo berangkat nanti kita naik pesawatnya jam setengah tujuh pagi. Cepat siap-siap, soalnya kita gak boleh telat. Kalau telat na-"

"Gue bahkan baru tidur dua jam," sela Nanta dengan nada yang kesal.

"Siapa suruh nonton Anime dan main tembak-tembakan sampai pagi! Dasar Wibu!"