webnovel

Bab 15 Kali Pertama

Tanggal 20 Juni telah terlewati tidak ada kabar mengapa belum ada jadwal pemberangkatan dari PT, setelah salah satu dari kami bertanya, pihak PT mengatakan masih ada proses untuk pemberangkatan yang belum diselesaikan sehingga tertunda. Sebagai peserta yang baru pertama kali menjadi TKW tentu hal itu membuat kami percaya akan alasannya, saat itu juga kami juga menanyakan tentang pembiayaan yang harus dibayarkan oleh peserta dan kami mendapatkan jawaban bahwa pembiayaan akan diumumkan pada bulan depan. Aku berpikir masih ada waktu bertemu dengan Ija sebelum aku kembali ke rumah, mengingat proses yang baru akan diadakan awal bulan depan. Setelah memesan tiket pesawat dan izin pada staf PT, ku kemasi semua barangku ke dalam koper, aku berniat akan mengikuti pelatihan bahasa via online, seperti beberapa peserta yang lain. Kereta api mengantarkan aku ke kotaku, ku letakkan koperku disana sembari beristirahat sebelum keesokkan harinya berangkat ke bandara. Aku berniat memberi kejutan pada Ija, sehingga tidak ku beritahu tanggal berapa aku akan sampai di Ibu kota.

Saat aku sampai di bandara Hasanuddin, ketika aku duduk di Gate 4 sedang menunggu keberangkatan ke ibu kota.

"Nanti siang kamu beraran tidak ada acara kan?" Tanyaku.

"Tidak ada, karena mobil masih di service, besok baru bisa di pakai lagi" Jawabnya.

*Berarti bisa kita ketemu nanti" tanyaku.

"Bisa video call nanti siang kok" jawabnya yang terpengaruh oleh dialekku.

"Saya maunya ketemu langsung" ucapku.

"Ayok ketemu dalam mimpi" jawabnya.

"Ayok ketemu di bandara ya" ucapku.

"Loh kamu benaran???, Katanya kamu datang tanggal 28 Juni" tanyanya seolah terkejut.

"Kamu nggak bisa jemput ya?, Atau kamu nggak mau ketemu?" Tanyaku sambil mengerutkan dahi tanpa dilihatnya.

"Sa akan jemput, sekarang juga sa ke bandara" ucapnya dengan tambahan suara gaduh dan suara engsel pintu yang berbunyi.

"Ini saya mau berangkat, nanti sa telpon lagi kalau ada sudah sampai bandara" tambahnya.

"Iya sayang, hati-hati di jalan ya" ucapku.

"Kamu juga hati-hati ya sayang" balasnya.

Sejak aku keluar dari BLK hingga akhirnya berada di bandara, aku belum mengabari Tante Dia sama sekali, hal itu ku sengaja agar beliau berpikir aku tidak berlama-lama di kampung. Pesawat ku telah mendarat di ibukota, setelah mengaktifkan paket data, baru aku kabari Tante Dia, bila aku sudah kembali ke rumah dan besok baru akan berangkat ke kampung halaman. Syukurlah beliau tidak pernah datang ke rumah akhir-akhir ini sehingga rencana ku berjalan dengan mulus, belum selesai ku balas pesan Tante Dia, masuk telpon dari Ija.

"Iya ini sa sudah mau keluar" jawabku.

"Ok-ok saya di depan" ucapnya.

Aku berjalan ke luar sambil membalas pesan yang tadi sempat terhenti, di luar gedung ku lihat Ija yang sedang mendekat telepon ke telinganya. Rupanya Ija tak melihat ku, lalu ku panggil ia

"kakak" panggilku.

Ija pun menoleh lalu berjalan mendekatiku, tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan di mata kami berdua, saat itu ingin sekali aku memeluknya, namun hal itu tidak mungkin aku lakukan, ia pun hanya mengambil tas yang aku bawa dan langsung mengajakku keluar dari bandara. Saat di atas motor kami kembali bercakap-cakap, rupanya banyak hal yang ingin ia ketahui, dan mengungkapkan betapa terkejutnya ia dengan kedatangan ku ini.

"Di sini mau menginap dimana?" Tanyanya.

"Hotel di dekat kampus Negri, antar saya ke sana ya" jawabku.

"Siap sayang" ucapnya.

Aku hanya bisa tersenyum mendengar ucapan sayang darinya, yang baru kali ini ku dengar secara langsung. Sesampainya di Hotel, setelah check in dan meletakan tas di dalam kamar, kembali ku hampiri Ija yang menunggu di ruang tunggu tamu.

"Ayok keluar cari makan habis ini" ajaknya.

"Ok, aku mandi sama ganti baju dulu ya" jawabku.

"Ok sayang" ucapnya sambil berbisik dari jauh.

Setelah siap, kamipun meninggalkan hotel, menuju rumah makan yang ia sarankan. Jika saat menuju hotel banyak yang kami bahas, kini kami hanya diam lalu saat di lampu merah, Ija menjaring kedua tanganku untuk memeluknya dari belakang, namun setelah itu ku pegangi saku jaketnya. Setelah selesai menyantap makanan, Ija mengajakku untuk melihat masjid terapung. Sesampainya di sana, Ija menjelaskan kapan masjid ini di bangun dan waktu terbaik untuk mengambil gambar adalah pada sore hari, sayangnya kami melewatkan momen bagus itu, sambil menunggu adzan magrib, kami berjalan di sekitar masjid.

"Besok kamu sibuk ya?" Tanyaku.

"Iya e, besok pagi sa harus ketemu sama pembimbing trus habis itu langsung bawa angkot" jawabku.

" Yah,,,,," ucapku.

"Kalau begitu sa ketemu sama Selma saja besok" tambahku.

"Habis magrib, insyaallah sa temani jalan-jalan lagi" bujuknya.

"Benaran ??" Tanyaku ragu.

"Insyaallah bisa" jawabnya.

Adzan Maghrib pun berkumandang, kami masing-masing bergegas untuk solat dan janjian bertemu di parkiran motor. Setelah itu kami bergegas pergi dan menuju hotel, Ija juga sudah memberikanku beberapa Snack, minuman dan yang terpenting ia juga membelokkan roti kesukaanku.

"Sekarang kamu istirahat dulu saja ya, sebenarnya ingin saya ajak jalan-jalan di pantai, tapi besok malam saja ya" ucapnya.

"Iya,," jawabku.

"Terimakasih ya untuk hari ini, sudah di jemput trus di ajak jalan-jalan " tambahku.

"Sa senang sekali bisa jalan-jalan seperti ini " ucapannya.

"Kalau begitu sa masuk dulu ya" pamitku.

"Tunggu,,," ucapnya.

"Iya???" Sembari menghentikan langkahku.

Ija beranjak dari motor dan mendekati ku lalu mengusap kepalaku sembari berkata " mimpi yang indah ya".

Hanya anggukan dariku lalu memasuki ruangan hotel, ku dengar suara motornya dan Ija berlalu pergi. Segera ku tutup pintu kamarku lalu menghempaskan tubuhku ku kasur, terdengar jelas detak jantungku yang berdegup kencang dan wajahku yang terasa memanas. Rasa bahagia meluap-luap dalam diriku, perasaan yang baru pertama kali kurasakan dan semakin indah sebab aku merasakannya dari orang yang paling ku cintai. Seusai mandi dan mengganti baju, masuk pesan dari Ija yang membuat jantungku kembali berdegup kencang.

"sayang kamu sudah tidur kah ?" tanyanya

"belum" jawabku

Ija lalu menelpon.

"besok ayok jalan-jalan ke pantai" ucapnya.

"tapi besok kamu kan sibuk" jawabku.

"insyaallah sore setelah bawa angkot, saya langsung jemput kamu di hotel" ucapnya.

"asik,,,," ucapku.

"tunggu aku di hotel ya sayang" pesannya.

"siap sayangku" balasku.

"semoga urusanmu hari ini lancar dan sukses ya sayang" tambahku.

langsung ku hubungi Selma dan mengatakan bahwa aku ada di ibu kota dan hanya sehari disana. Akupun pergi ke kos milik Selma untuk bertemu sebentar.

"menginaplah dulu di kosku, besok pagi saja berangkat ke kampung" ucap Selma.

"nanti malam sa pergi ke dermaga naik kapal malam sama sepupuku beb" tolakku.

"yah padahal kita belum jalan-jalan" keluhnya.

"ayok keluar cari makan bebku" ajakku.

Kamipun menuju rumah makan langganan Selma, disana ia menanyakan apakah aku pernah berkomunikasi dengan Ija, saat kami di bangku SMA Selma mengetahui semua tentang perasaan ku pada Ija, ia adalah pendengar yang baik dan tidak pernah menyalahkan perasaan yang ku miliki saat itu. Namun aku belum bisa menceritakan apa yang sudah terjadi antara aku dan Ija, terlalu banyak hal yang harus aku jelaskan dan aku bingung untuk memulai dari mana, apalagi aku saat ini aku tidak jujur tentang rencana kepulangan ku. Sebagai sahabat yang sudah lama terpisah seolah waktu seharipun tidak cukup untuk kami, namun waktu telah menunjukkan pukul tiga sore, aku harus segera kembali ke hotel. Ku buat alasan bertemu dengan kerabatku, agar aku bisa pamit pada Selma, dan kamipun berpisah.

Dalam perjalan menuju hotel, Ija mengirimi aku pesan.

"sayang jam 4 sore insyaallah sa sudah sampai hotel ya"

Sesampainya di hotel aku segera berbenah dan menunaikan solat ashar, tepat pukul 4 sore Ija pun sudah berada di ruang tamu hotel. Kamipun bergegas pergi Ija mengisyaratkan agar aku memeluk nya saat berkendara namun aku masih ragu untuk melakukannya. Kami berdua hanya basa- basi di awal perjalanan, setelah itu aku malah terfokus pada suasana sejuk pepohonan di sepanjang jalan, aku berpikir kapan lagi bisa ku rasakan keindahan tempat asalkan ini, tanpa sadar air mataku mengalir, sembari sesunggukkan ku usap air mataku. Sebisa mungkin ku tahan suara tangisku agar tak terdengar oleh Ija, namun tetap saja Ija menyadarinya, ia berpura-pura tidak mendengar ku sehingga tidak bertanya padaku sama sekali. Sesampainya di pantai, kami langsung memesan kepala muda dan gorengan lalu mencari tempat istirahat yang view-nya bagus.

" kamu tidak apa-apa?" tanyanya.

" iya, hanya teringat almarhum, biasanya beliau sering ajak saya jalan-jalan ke kota" ucapku.

" setiap Solah doakan almarhum biar beliau tenang di sana" ucapnya.

"iya, insyaallah " ucapku.

Setelah meminum air kelapa, akupun mengajaknya berjalan-jalan di pinggir pantai, dan mengambil foto bersama. Saat itu, Ija menggenggam tanganku untuk pertama kali dan kami terus berjalan sambil bergandengan tangan, sampai aku lupa mengabadikan view pemandangan yang indah sore itu. Cuaca semakin gelap kamipun meninggalkan pantai dan saat di perjalan Ija tidak lagi mencoba membuat ku memeluknya, namun saat itu juga ku lingkaran kedua tanganku di pinggangnya dan bersandar di punggung nya. Tidak ada rasa risih seperti yang aku takutkan selama ini, yang ada aku merasa tenang dan benar-benar lega, seolah bebanku terangkat semua dari ragaku. Saking nyamannya aku tertidur sampai hotel dan setalah itu kami berpisah, namun mengingat besok sebelum kembali ke kampung kami tidak bertemu akupun, berbalik dan memeluk Ija yang sedang berdiri membelakangiku.

"terimakasih ya sudah mau temani saya jalan-jalan" ucapku sambil memeluk nya erat.

setelah itu aku segera berjalan cepat memasuki hotel.