webnovel

Project (-1): From The Underrated - Memory 0 [Indonesia Version]

Menceritakan seorang Kreator yang terjebak di sebuah dunia, yang sebenarnya ia mengenal dunia tersebut. Dunia itu adalah dunia fiksi buatannya, namun dunia itu berantakan karena mengalami korupsi yang membuat memori-memori di dunia tersebut terganggu. Kreator yang baru saja terdampar di dunia tersebut tidak tahu apa yang terjadi, mengapa hal itu bisa terjadi, dan segalanya tentang keberadaan Kreator, begitu pula dengan keberandaan dunia tersebut masih dipertanyakan. Salah satu masalah yang Kreator temui adalah hubungan antara dia sendiri dan karakter-karakter di dunia tersebut. Hingga selang beberapa waktu setelah Kreator tiba di dunia itu, tercipta beberapa kubu yang terutama ada 2 kubu utama yang saling bertentangan karena gangguan memori yang lebih menjadi-jadi, bahkan di antara mereka kehilangan memori mengenai siapa Kreator yang sesungguhnya, menjadikan rumor besar bahwa adanya Kreator yang asli dan yang palsu. Dipercaya kunci masalah di dunia tersebut memang hanyalah dari Kreator, namun solusi-solusi yang ada masih dipertanyakan untuk menuntaskan masalah tersebut. Ada pun kubu ke-3 yang netral, tidak mendukung keduanya namun mereka mengikuti apa yang seharusnya dari bayang-bayang kedua kubu tersebut. Selanjutnya, bagaimana sang kreator akan menyelesaikan masalah pada dunia ciptaannya sendiri? Dalam satu kesadaran terdapat berbagai kesadaran lainnya yang tercipta, membuat berbagai pikiran saling bertentangan satu sama lain. Ini lah cerita tentang satu orang yang harus menghadapi dirinya sendiri. "Dunia fiksi tercipta karena kita tidak bisa menerima realita. Ini bukan soal lemah atau kuatnya kita menerima realita, namun ini soal bagaimana jiwa seseorang bisa hidup nyaman walau di dunia yang sangat menyakitkan ini. Namun… apa jadinya jika dunia fiksi yang kita ciptakan malah menjadi musuh terbesar dan menentang keberadaan kita sendiri?”

Zyon7x · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
12 Chs

Memory 0-9 “Memperbaiki Diri”

Kreator membuka matanya—lalu dia menemukan tempat yang familiar.

"Huh…?"

Tapi, ini bukan kamarnya. Dia sadar bahwa kepalanya saja yang terasa enak, namun dia lupa kalau dia tidak pakai selimut. Dalam pandangannya, dia melihat gunung yang sama seperti hari yang lalu. Matahari muncul dari sana, dengan cahaya pagi yang lembut. Dunia fanatsi yang sangat luas, sangat familiar namun juga sangat asing. Di bawah pohon pertama kali dia bertemu dengan Zero, dan perjalanannya dimulai.

Kreator masih merasakan keempukan di kepalanya, bantal yang sangat enak rasanya. Tapi Kreator yakin ini bukan sepenuhnya bantal, karena dia bisa mendengar suara nafas yang lembut di atasnya. Kreator pun melihat ke atas, dan menemukan gunung lainnya.

"Besar…" Gunamnya.

Dan juga, Kreator menemukan wajah yang familiar. Kreator yakin wajah terakhir kali yang dia lihat mengeluarkan sangat banyak aura pembunuh, namun sekarang wajahnya lebih lembut—hampir mirip seperti dia belum memiliki memorinya.

Dia pun tersadar kalau Kreator sudah bangun dan mendengar katanya tadi dengan jelas.

"Mesum… Pantas saja diriku selalu berpikiran gak bener sebelumnya, Kreatonya juga gak bener..."

Dia berpaling setelah melihat Kreator dengan ekspresi cemberut. Ok… dia tidak sebegitu lembut seperti sebelumnya, tapi mungkin Kreator bisa menebak dirinya yang sadis dan lembut menyatu—Kreator bisa bilang, dan kalian tentunya juga tahu kalau dia sekarang menjadi Tsundere.

Tapi benar saja, pemandangan yang disaksikan Kreator benar-benar sangat indah, hingga akhirnya Lilith menutup mata Kreator dengan paksa dengan tangannya.

"Berhenti memandangku seperti itu, ku harap kamu tidur untuk selamanya!"

"Ah ya… Tsundere. Aku tidak terlalu suka dengan itu, tapi ini OK lah."

Sementara matanya ditutup olehnya, Kreator hanya bergunam yang tidak-tidak. Dia sebenarnya mengerti tapi dia bingung kenapa Kreator bisa mengatakan itu di waktu seperti ini.

"Apa maksudmu!? Jika kamu sudah bangun, cepat menyingkir dari pahaku. Atau kamu ingin benar-benar tidur lagi!?"

Dia benar-benar… berubah. Tapi Kreator tahu dari cerita yang dia tulis, dia kadang seperti itu. Tapi ini sangat jarang, dia lebih banyak bersikap sadis dan dingin, sifatnya yang lembut hanya ditunjukan kepada beberapa orang saja. Kemudian, Kreator terus mengoceh apa yang ada dalam pikirkannya, karena sejujurnya Kreator sedang malas berpikir setelah apa yang dia lewati selama ini.

"Hmmm… kalau begitu, aku ingin tidur lebih lama lagi… boleh aku di pahamu lagi?"

Dia… Lilith akhirnya menatap dengan tatapan tajam dan sadis, matanya yang asalnya sedikit lembut kembali menjadi mata pembunuh.

"TI. DAK. Kali ini kamu tidur—DI. KU. BU. RAN."

Kreator menyipitkan matanya, lalu berpaling ke arah lain. Dia pun mengangkat badannya dengan hati-hati, agar kepalanya tidak mengenai bagian tubuhnya dan membuatnya marah. Lilith pun sedikit terkejut dan kebingungan ketika dia bangun lalu duduk di sebelahnya.

"Eh…?" Lilith menunjukkan ekspresi bingung yang dingin.

"Terima kasih atas bantalnya… dan juga, maaf."

"Hmmmm…?"

Ekspresinya yang dingin langsung cair. Sepertinya Lilith sedikit tercurahkan hatinya hanya dari kata maaf dari Kreator. Kreator pun melihat badannya sendiri, semuanya benar-benar pulih dan tak ada bekas pula, begitu pula dengan Lilith.

Keajaiban dunia ini benar luar biasa, Kreator tidak bisa diperbolehkan mati begitu saja, layaknya abadi. Namun dengan itu, dia tidak bisa pula berhenti merasakan sakit.

"Sepertinya, tugasku di dunia ini belum berakhir…" Gunam Kreator.

Mendengar itu juga, Lilith merasa bingung dan penasaran apa yang dipikirkannya. Tapi Lilith dengan dinginnya melontarkan kata-kata yang dingin tentunya.

"Hmph… memangnya hanya menyelamatkanku, kamu kira dunia ini akan kembali seperti semula? Masih banyak masalah yang akan menimpamu, siap-siap saja untuk menemui orang seperti diriku nanti."

Iya, cukup dingin dengan tatapan dingin. Mendengar kalimat Lilith, Kreator merasa agak senang, Lilith tak sadar dia telah ditaklukan oleh Kreator.

"Oh… jadi, aku berhasil menyelamatkanmu? Bagus lah, jika kamu sudah memaafkanku."

Lilith mendengar itu langsung kehilangan kata dan berpaling ke arah lain.

"Uhh… s-siapa yang bilang aku memaafkanmu!?" Wajahnya memerah.

Lalu Lilith sedikit mengintip Kreator.

"Tapi… aku tidak akan mencoba menyerangmu lagi—untuk saat ini. Justru sebaliknya… yang yang seharusnya…"

Kreator menatap Lilith dengan penasaran. Sementara Lilith hanya menahan kata selanjutnya. Pada akhirnya, dia tidak mengatakannya.

"Ah! Lupakan itu!" Ucap Lilith.

Namun, sebagai Kreator, dia mungkin sudah tahu apa yang akan Lilith katakan. Dia tahu kalau karakternya seperti itu, dia selalu tahu.

"Ya… tidak usah dikatakan. Aku sudah tahu, kok."

Lilith menatap Kreator dengan tajam, dia sadar kalau dia adalah Kreatornya. Dibalik wajahnya yang polos seperti pecundang, Lilith tahu bahwa Kreator tahu tentang dirinya, dan apa yang akan dia pikirkan. Memikirkan itu, Lilith sedikit kesal dan tersipu malu.

"Ahh… benar! Kamu adalah Kreator, menyembunyikan isi hatiku tidak akan begitu berguna… ini menyebalkan."

Kreator hanya tersenyum kecil mendengar hal itu, dia tahu kalau Lilith akan seperti itu. Beberapa saat kemudian, Kreator menundukkan kepalanya dan wajahnya menjadi kosong. Dia mengingat hal-hal yang telah terjadi, khususnya yang baru terjadi padanya, yaitu tentang diriya sendiri.

Lilith memandang Kreator yang wajahnya datar, dia pun melemaskan wajah dinginnya dan bertanya dengan sedikit lembut untuk saat ini. Tidak berguna juga untuk berbohong kepada penciptanya sendiri.

"… Ada apa?"

Kreator menarik nafas, memandang pemandangan dunia fantasi di matanya.

"Saat aku tak sadarkan tadi, aku melihat mimpi… tentang diriku."

"…"

Lilith memerhatikan Kreator yang cukup tenang dengan seksama. Lilith dalam hatinya sebenarnya tidak ingin terlalu keras juga kepada Kreator, walaupun dia canggung sesungguhnya. Tapi setelah apa yang terjadi, Lilith tentunya tidak bisa membiarkan janji Kreator dihiraukan begitu saja.

"Sungguh… masalahmu sangat banyak sekali. Katakan saja, aku mendengarkanmu kok."

"Terima kasih… Lilith."

Suasana menjadi membeku sesaat, lalu Kreator berbicara lagi.

"Aku melihat sosok diriku… di sana. Seperti melihat cermin, tapi… tidak ada cermin di sana. Dia bergerak dengan kehendaknya sendiri…"

"Apa kamu maksud… dirimu ada dua?" Tanya Lilith.

"Ya… kira-kira seperti itu. Aku tidak mengerti apa yang terjadi saat itu… pikiranku sedang kacau, terlebih aku sudah dihajar habis-habisan olehmu."

"Ouh… lalu?"

"Lalu…"

Kreator terdiam. Lalu melanjutkannya.

"Dia seperti ingin membunuhku… sama seperti yang kamu lakukan."

"…"

Lilith terdiam dan penasaran mendengar itu.

"Bukan hanya itu… semua kata-katanya mencoba memberitahuku tentang—kebenaran yang menyakitkan. Harapan yang tidak berguna… dia mencoba memberitahu itu. Aku tidak tahu maksudnya—tapi juga aku paham maksudnya."

"Ummm… kamu yang mengatakan itu membuatku semakin tidak mengerti."

"Yah… ini hanyalah sesuatu yang hanya dipahami olehku, sendiri. Singkatnya, dia mencoba untuk memberitahuku untuk mengakhiri hidupku secepat mungkin… karena mungkin saja, apa yang akan aku lakukan dan apa yang telah aku lakukan hanyalah sia-sia… takdirku sudah ditentukan. Aku tidak tahu bagaimana akhir dariku, tapi pastinya Tuhanku tahu."

Kreator menatap Lilith. Lilith menatap kembali. Lilith melihat wajah yang menyedihkan di matanya.

"Sama sepertimu, aku mempunyai takdir untukmu yang di mana… mungkin kamu tidak tahu. Maaf… telah membuatmu seperti ini. Diriku sendiri tidak beda jauh ternyata… kenapa kamu ingin membunuhku karena aku sendiri pun mencoba membunuh diriku sendiri. Ha…"

Kreator paham akan dirinya sendiri, namun juga tidak paham akan keadaannya. Dia tahu alasan Lilith ingin membunuhnya, karena dia ingat dan diingatkan oleh dirinya sendiri saat itu kalau dia ingin cepat mengakhiri hidupnya. Semua ini berhubungan, semua yang ada di duni ini selalu terhubung dengan segala alasan Kreator.

Melihat wajahnya, Lilith merasa jijik dan memasang wajah kesal. Dia menggertakkan giginya. Lilith meraba lengan Kreator, Kreator sadar akan hal itu namun bingung. Lalu tangan Lilith menuju ke bahu, dan akhirnya sampai ke lehernya.

"Hmmm…?"

Kreator tidak tahu maksudnya, hingga dia sadar dia tahu maksud arti dari tindakan Lilith. Dia mencekiknya.

"AGHK—‼!??? Li—lith!?"

"Lalu… apa maksudmu dari semua ini…?"

Wajah Lilith menjadi suram. Lalu satu tangannya lagi menambah kekuatan kecikannya, membuat Kreator terjatuh, sementara Lilith ada di atasnya.

Keduanya menatap dengan ekspresi berbeda. Lilith mengigit giginya, semantara Kreator matanya terbuka lebar dan kebingungan sekaligus ketakutan. Lilith sadar, dari mata Kreator dia seolah mengatakan untuk melepaskannya. Lilith tahu, dia takut, dan akan selalu takut.

"Dasar… MUNAFIK‼!"

Lilith berteriak dengan keras ke arah Kreator.

"APA MAKSUDNYA SEMUA INI!? KAMU BARU SAJA BERJANJI KEPADAKU—TAPI SIKAPMU TERUS SEPERTI INI! MATI… KAMU INGIN MATI??? TAPI LIHAT SEKARANG, KAMU KETAKUTAN. TUBUHMU MENGIGIL, MATAMU SEOLAH MEMINTAKU UNTUK BERHENTI—DAN KAMU BILANG KAMU INGIN MATI!?"

Lilith semakin kuat mencekik Kreator. Saking kuatnya, Kreator tidak bisa mengatakan apapun dan dia menjadi sesak. Tapi sesaat kemudian—

"Li… lith?"

Cekikannya melemas. Lilith melepaskan cekikannya, terduduk di atas Kreator.

"Karena kamu takut… aku pun yang ingin membunuhmu, tidak bisa melakukannya. Apa kamu tau artinya?"

Lilith bertanya, namun Kreator hanya menjawab dalam pikirannya. Ya, dia tahu—mereka semua tahu.

"Karena kita berdua adalah satu…"

Lilith beranjak dari Kreator, lalu duduk di sebelahnya seperti sebelumnya. Dia memeluk kakinya, dan tertunduk.

"Perasaan ini… berasal dari dunia nyata. Ketika kamu terus menyiksa diri, meminta ampunan, tapi sekaligus sadar dosamu tidak akan dimaafkan begitu saja. Kamu berpikir untuk mengakhiri hidup lebih cepat, tapi kamu sendiri takut akan kematian."

"Lili—"

"APA KAMU BISA BERHENTI MEMANGGIL NAMAKU SEPERTI ITU TERUS!?"

Kreator terpotong, Lilith kesal karena semenjak tadi—bahkan semenjak kemarin Kreator terus memanggil namanya seperti pecundang, tidak ada kata lain selain itu.

"Ah… um. Maaf."

"Tsk."

Suasana menjadi canggung. Namun Lilith meneruskan isi hatinya.

"Tapi—kamu melupakan sesuatu…" Kata Lilith.

Kreator dibuat penasaran dengan perkataannya, juga bingung.

"Apa… itu?"

"Takdir… bisa diubah."

"Huh…?"

Seorang gadis Iblis mengatakan itu. Lilith memberitahu sesuatu yang tak dipikirkan oleh Kreator selama ini. Kreator pernah tahu akan hal itu, namun saking putus asanya, kebanyakan hal-hal yang positif selalu dilupakan olehnya. Kini dia sadar.

"Apa kamu sadar? Saat itu… aku mendapatkan memori baru. Mungkin itu masa depan, aku tidak tahu… Takdirku seakan berubah setelah kejadian kemarin."

Mendengar itu, Kreator terkejut dan penasaran, dia mendekati wajahnya ke Lilith.

"Tunggu… apa!? Memori baru? Memori masa depan? Apa itu!?"

Tapi di sini Kreator tidak tahu akan hal itu sama sekali. Di sini Lilith melihat Kreator tidak tahu memori yang dimaksud tersebut. Mungkin memori tentang masa depan atau takdir yang berubah itu hanya dirasakan oleh dirinya sendiri. Dengan itu, Lilith berpura-pura tidak mendengarkan Kreator dan menolak memberitahunya.

Lilith mendorong wajah Kreator yang terlalu dekat, di sisi lain dia agak muak sebenarnya.

"Cari tahu aja sendiri…! Aku tidak punya hak untuk memberitahumu!"

Sebenarnya, mata Lilith menjadi lembut untuk sesaat, di saat Kreator tidak melihat itu. Dia menyembunyikan senyum kecil darinya. Lilith mendorong jauh mukanya, hingga Kreator tersungkur.

"Akh! Kamu jahat…"

"Memang benar adanya, aku orang jahat. Aku kan pendosa besar."

"Ah benar… aku tidak bisa menyangkalnya."

Kreator pun mengambil posisi, dan duduk kembali. Lilith melanjutkan lagi isi hatinya.

"Singkatnya, aku merasa takdirku bisa diubah. Kreator, apa kamu merasa bisa mengubah takdirku menjadi lebih baik?" Tanya Lilith dengan wajah serius.

"Ah… jika kamu meminta, ku rasa aku bisa."

Mendengar itu, Lilith tersenyum kecil.

"Kalau begitu, jika kamu bisa mengubah takdirku… sebagai ciptaanmu, seharusnya juga kamu bisa meminta ke Tuhanmu untuk mengubah takdirmu."

Kreator sedikit takjub akan perkataannya. Namun masih ada hal yang mengganjal dipikirannya.

"Benar juga… tapi aku merasa dosaku terlalu banyak. Aku jadi ragu apakah aku bisa mengubah takdirku…"

"Itu lagi… dengar! Sekarang lihat aku, kamu tahu apa aku?"

"Lilith…?"

"Ya, Lilith sang pendosa, karaktermu yang dosanya paling banyak. Tapi kamu memaafkanku? Oh maaf—aku salah, kamu justru yang minta maaf kepadaku. Jadi ku anggap, kamu memaafkanku."

"Ah... oh, um… ya, aku memaafkanmu kok."

"Jadi, kamu tahu maksudku? KAN!?"

"Ahhh…"

Lilith menunjuk jidat Kreator, membuat Kreator agak takut. Kreator bepikir bisa saja dari ujung telunjuknya bisa saja dia menembakkan laser, tapi seharusnya bukan itu yang harus dia pikirkan. Dan pada akhirnya, Lilith menjawab pertanyaannya sendiri.

"Tuhan… Maha Pemaaf. Seperti kamu memaafkan dosaku. Seperti kamu meminta maaf untuk terciptanya diriku. Kita saling memaafkan dan meminta maaf. Dengan itu… pasti, Tuhanmu akan memaafkanmu, dan mengubah takdirmu menjadi lebih baik."

Lilith menarik dirinya dan menjauhi Kreator. Lilith menatap halus sembari duduk. Kreator terdiam dengan wajah datar, namun tidak sekosong seperti tadi. Dia tersadarkan oleh karakternya sendiri—tidak, dia tersadarkan oleh dirinya sendiri. Yang menyelamatkan dirinya adalah dirinya sendiri, karena yang begitu kenal masalah akan dirinya tak lain adalah dirinya sendiri.

Kreator tersenyum kecil.

"Benar… selama aku diberi kesempatan, aku bisa mengubah takdirku. Terima kasih, Lilith."

Lilith tersenyum juga, tapi tidak semanis sebelumnya, senyumannya lebih lebar ditambah ekspresinya sekarang lebih Lilith yang Kreator kenal. Sadis.

"Hah… sama-sama. Sekarang, tidak ada gunanya lagi berpura-pura kepadamu."

Setelah mereka sama-sama tersenyum untuk beberapa lama, Kreator akhirnya sadar akan teman lainnya.

"Oh ya… di mana Zero dan Azazel?"

Kreator melihat keselilingnya, tapi tidak ada siapa pun kecuali mereka berdua. Lilith pun menunjuk ke arah belakang.

"Mereka ada di belakang kita sejak tadi, di belakang pohon ini lebih tepatnya."

Zero akhirnya menunjukkan dirinya di balik pohon, diikuti Azazel.

"Akhirnya sudah selesai dramanya…" Ucap Zero sambil berjalan menuju ke Kreator.

"Yo! Semenjak tadi, kita berdua mendengarkan kalian. Maaf tentang itu." Azazel menyapa Kreator dengan santainya.

Kreator melambai tangan kepada mereka, sekaligus sedikit kesal dengan kebenaran mereka yang sebenarnya ada di dekatnya semenjak tadi.

"Ah… ku kira kalian di mana. Terima kasih telah membiarkanku tercekik seperti tadi… sungguh kalian tidak berniat menolongku tadi!?"

"Ahh… itu…" Zero kehabisan kata.

"Sebenarnya kita ingin membantumu… saat kita sadar kamu dikecik, kita berdua khawatir… tapi aku percaya Lilith. Buktinya kamu masih hidup sekarang." Azazel menjelaskan situasinya.

"Ah… jadi semua ini sudah direncanakan ya…"

Akhirnya semuanya berkumpul. Di sini mereka hanya melakukan istirahat. Zero duduk di sisi Kreator, sementara Azazel duduk di sebelah Lilith. Mereka berdua banyak berbincang setelah itu, dan juga Lilith sepertinya tidak seperti tadi lagi, dia sangat terbuka sekarang.

Tidak ada hal yang terjadi selain perbincangan kecil, seperti memperkenalkan diri satu sama lain. Atau juga menceritakan tentang Kreator, seperti…

"Hahaha! Sudah ku duga, komisimu masih ampas… gak kaget sih."

Azazel meledek Kreator dengan nada sombongnya.

"Diem lu! Gua banned juga lu dari surga!"

"Ehhh~? Ahaha… padahal dah kick dari surga loh… sekarang dibanned pula. Padahal cuman bercanda."

"Siapa pun yang membicarakan tentang komisiku, sumpah dah…‼!"

Yah… kira-kira pembicaraannya menjadi ringan seperti itu. Namun tak lama kemudian, pembicaraan ringan berlangsung singkat dan menjadi serius kembali.

"Sekarang… apa?" Tanya Azazel.

"Entahlah… aku pun tidak tahu." Jawaban terbaik dari Kreator.

"Sepeti biasa, Kreator, seperti biasa…" Ucap Zero.

"Sungguh… kamu tidak punya jawaban lain yang lebih baik dari itu? Sangat menyedihkan, tidak bohong." Ucap Lilith dengan tatapan sinis kepada Kreator.

"Aku tahu! Tapi… itu benar-benar jawabanku. Maksudku… aku tidak tahu apa yang terjadi pada dunia ini dan bagaimana aku memperbaikinya. Tidak ada yang memberitahuku tentang cara memperbaikinya."

"Bahkan untuk sekelas pencipta, dia tidak tahu apa-apa. Monster berdatangan untuk mencuri memori kita. Bukan hanya itu, adanya kabar tentang Kreator palsu. Juga satu lagi… terciptanya 2 kubu yang saling bertentangan." Azazel menjelaskan situasi sekarang.

Mendengar itu, Kreator penasaran dengan kalimat terakhirnya.

"2 kubu? Apa itu?" Tanya Kreator.

"Oh, aku belum menceritakan ini kepada kalian… yah, di sana ada 2 kubu saling bertentangan sekarang—sebenarnya ada 3, tapi kedua kubu ini yang paling berpengaruh terhadap situasi dunia ini." Jelas Azazel.

"Monster, memori, sekarang kubu… berapa banyak masalah yang ada di dunia ini? Jelaskan kepadaku apa yang kamu tahu." Pinta Kreator.

"Baiklah… jadi begini."

Saat Azazel mulai menjelaskan, mereka bertiga memerhatikan Azazel dengan seksama.

"2 kubu ini saling memperebutkan Kreator."

"Hah…" – Kreator.

"Yah, itu lah yang aku ketahui. Kubu yang pertama, mereka adalah kubu yang pro kepada Kreator, dan ingin membantunya, juga melindunginya. Mereka percaya kalau Kreator adalah kunci dari dua masalah sebelumnya, monster dan memori. Maka dari itu, mereka mencari Kreator untuk melindunginya."

"Ouh… aku jadi ingin masuk kubu itu segera." -Kreator.

"Yep, itu jawaban yang aku duga. Tapi, apa semudah itu? Sekarang, kubu kedua. Kubu ini sama seperti kubu pertama misinya, yaitu mencari Kreator. Tapi, tujuannya berbeda, mereka ingin melenyapkan Kreator."

"Gulp…" -Kreator.

"Kubu ini sepertinya menjadi tantangan untuk Kreator…" -Zero.

"Sepertinya menarik jika aku masuk kubu itu~" -Lilith.

"Oi!" -Kreator.

"Hehe, bercanda~" -Lilith.

"Jadi… alasan mereka ingin melenyapkan Kreator karena mereka yakin itu adalah kunci dari masalah ini. Kubu ini dikatakan banyak orang-orang yang seperti Lilith, mereka membenci Kreator dan merasa tidak diperlakukan sebagaimananya. Melenyapkan Kreator sama dengan mengakhiri penderitaan mereka."

"Ho~ Aku benar-benar ingin masuk kubu itu loh~" -Lilith.

"Tunggu… bukankah jika aku lenyap, mereka juga akan lenyap? Apa mereka tahu itu?" -Kreator.

"Aku… tidak tahu, apa mereka tahu apa tidak. Tapi sepertinya, mereka tidak mempedulikan itu. Tapi kita lihat saja, dan aku mencoba memberitahumu Kreator, jika kamu ingin selamat, pastikan kamu jauh dari kubu ini. Untuk sekarang, hanya itu yang aku ketahui tentang dia kubu tersebut."

Lalu setelah dua kubu dijelaskan oleh Azazel, pertanyaan selanjutnya pun dilontarkan dari Kreator.

"Lalu, bagaimana dengan kubu ke-3?

"Kubu itu… netral. Mereka memilih tidak melakukan apa pun—atau lebih tepatnya hanya menyaksikan."

"Apa maksudnya itu?" -Zero.

"Mereka tidak mendukung keduanya, namun entah bagaimana keadaan membuat mereka harus membantu salah satu kedua kubu tersebut. Yang mereka lakukan hanya mengikuti alur yang ada. Kubu ini akan bertindak jika tindakan itu dirasa benar untuk menuntaskan masalah."

"Jadi… jika ada alasan yang bagus untuk melakukan sesuatu untuk memperbaiki dunia ini, mereka akan benar-benar bertindak… seperti melenyapkanku?" -Kreator.

"Jika memang itu adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan dunia ini, iya, mereka akan melakukannya. Tapi ku rasa, itu tidak akan secepatnya terjadi. Mereka lebih berpikir kritis dan lebih mementingkan apa yang ada daripada mengorbankan diri mereka untuk sesuatu yang belum mereka ketahui ganjarannya."

"Jadi… seperti itu. Aku sudah mengerti situasinya." Ucap Kreator.

"Apa ada yang ditanyakan lagi? Selain ketiga kubu itu?" Tanya Azazel.

"Mungkin… aku belum punya pertanyaan lagi untuk saat ini."

"Kalau begitu, aku tanyak balik. Apa yang akan kamu lakukan setelah ini, Kreator?"

Azazel menanyai Kreator dengan tatapan serius sembari berdiri.

Kreator pun ikut berdiri dan memutuskan tindakan selanjutnya.

"Aku akan melanjutkan perjalanan. Walaupun aku tidak tahu cara mengatasi masalah yang ada, tapi dengan mencari masalah tersebut dan karakter lain, aku yakin akan ada jalan."

"Jika itu yang kamu yakini, baiklah. Sepertinya ini adalah perpisahan untuk saat ini."

Azazel mengatakan hal yang tidak diduga oleh Kreator.

"Perpisahan? Kamu tidak ikut?"

Azazel tersenyum kecil lalu menepuk pundak Kreator.

"Ah… aku adalah salah satu dari kubu ketiga itu—entah resmi atau tidak, sepertinya aku lebih memilih untuk menjadi netral. Aku masih belum mengetahui apa yang harus aku lakukan juga, maka dari itu apa yang aku lakukan ini masih belum tentu aku mendukungmu sepenuhnya. Aku hampir mirip seperti Lilith, aku kadang membencimu, tapi juga bersyukur telah diciptakan olehmu. Aku mempunyai alasan tersendiri untuk masih membiarkanmu hidup."

"Begitu… bagaiman dengan memorimu?"

"Memoriku…?"

Azazel menundukkan pandangan, lalu kembali menatap Kreator.

"Memoriku tidak sepenuhnya kembali, masih ada banyak yang hilang."

"Lalu, apa yang akan kamu lakukan?"

"Hmmm… itu pertanyaan yang bagus. Mungkin aku akan kembali ke hutan ini, dan jika ada kabar tentang masalah dunia ini atau tentang Kreator, mungkin aku akan bergerak."

Lilith pun menghampiri mereka berdua, lalu memberitahu apa yang sebaiknya Azazel lakukan.

"Aku… ingat ada teman-teman kita di dalam hutan ini. Kita harus menyelamatkannya."

Kreator ingat kejadian itu, di mana mereka melihat dua sosok yang sedang kabur dari kejaran monster.

"Benar, Syarla dan Wardin. Mereka berdua kemarin dikejar di dalam hutan ini. Aku tidak tahu apa mereka berdua sudah selamat atau tidak, tapi seharusnya kamu mencari mereka berdua.

"Benar… Syarla dan Wardin. Aku harus menyelamatkan mereka. Mungkin, ini adalah alasan yang bagus terciptanya kubu ketiga, lebih mementingkan sesama terlebih dahulu. Aku sudah memutuskannya, aku akan mencari mereka."

Azazel sudah mempunyai tujuan. Lalu diikuti oleh Lilith.

"Aku juga akan ikut mencari mereka."

Mendengar itu, Kreator sedikit kecewa karena Lilith akan ikut Azazel.

"Ouh… err, kamu ikut dengan Azazel rupanya. Ku kira kamu akan ikut denganku…"

Lilith menatap sinis Kreator, lalu memeluk tangan Azazel, itu membuat Azazel sedikit terkejut.

"Tentu saja bukan, lebih baik aku ikut dengan suamiku daripada Kreator yang menyedihkan."

"Hei… aku penciptamu loh." Sembari memasang wajah datar.

"Tunggu… suami??? KAMU ISTRIKU!?!?!?!?!"

Sementara Azazel berteriak, dia tidak tahu selama ini Lilith adalah istrinya. Dan Lilith juga baru memberitahunya sekarang. Mungkin Lilith juga tidak tahu sebelumnya, tapi setelah memorinya kembali Lilith ingat bahwa Azazel adalah suaminya.

Azazel yang memorinya juga cukup kembali sebelumnya, masih tidak ingat dengan status Lilith sebagai istrinya. Lilith melihat Azazel dengan tatapan tak terduga, dia melupakan memori satu ini rupanya.

"Oh ya ampun… aku tidak kaget sih." Ucap Lilith.

Ya, kita semua tahu dunia ini sedang mengalami penyakit amnesia. Kreator pun memasang wajah masam melihat Azazel yang begitu hebohnya. Mengapa dia bisa begitu kenal dengan Lilith, tapi dia sendiri tidak tahu status terakhirnya. Tapi untuk sekarang, seharusnya hubungan mereka sudah semakin jelas.

Setelah beberapa saat, mereka berpikir untuk tidak membuang waktu lebih lama lagi. Mereka harus mengerjakan apa yang mereka harus kerjakan masing-masing. Dari keempat orang itu, terbagi dua kelompok tentunya. Zero sudah tentu ikut dengan Kreator, lalu Azazel dan Lilith kembali ke hutan untuk memastikan kondisi teman-temannya.

Kreator yang tidak mempunyai tujuan, harus bergerak cepat juga, bagaimana pun juga dunia ini adalah bagian yang cukup penting baginya. Entah apa yang terjadi, rasanya sudah 1 hari dia berada di dunia tersebut, namun dia tidak kembali ke dunia nyata. Tentu saja, tidak seperti karakter utama di cerita fantasi lainnya, Kreator sangat cemas, dia tak bisa berhenti sesekali untuk memikirkan dirinya, juga orang tuanya dan orang-orang di sekitarnya.

Dunia fantasi ini memang indah, namun juga mengerikan, ada hal manis dan ada hal pahit di dalamnya. Kreator selalu berpikir ini hanyalah mimpi, dan dia akan bangun. Tapi sepertinya, setelah dia bangun di pagi hari ini, dia masih berada di dunia ini—dunia yang dia ciptakan sendiri. Memang ada rasa senang, tapi perasaan khawatir dan takut juga ada, setelah apa yang terjadi.

Apakah dunia ini adalah nerakanya atau dunia semacam penghakiman pada dirinya, dicerminkan oleh ciptaannya—karakter-karakter yang ada di dalamnya, ada yang mendukungnya, seperti dirinya mencintai dirinya sendiri, dan juga ada yang ingin memusnahkannya, seperti dirinya membenci dirinya sendiri.

Tuhan sedang menghukumku—Tidak… itu yang dia pikirkan. Dia pun bergunam.

"Tuhan sedang mengujiku."

Mendengar itu dari mulut Zero, dia tahu maksudnya. Dia hanya memandang Kreator yang tatapannya datar. Zero pun menarik baju Kreator.

"Huh…?" Kreator melirik Zero.

"Tenang saja, Tuhan Maha Pemaaf, seperti kamu memaafkan ciptaanmu."

"Jangan bilang begitu… aku bukan Tuhan yang sempurna. Atau bahkan, seharusnya kalian semua tidak pantas memanggilku Tuhan atau sebutan agung seperti itu. Sebut saja aku, Kreator."

"Ya, Kreator!"

Mereka berdua saling tersenyum. Kreator sepertinya benar-benar akan meninggalkan tempat. Dia melihat ke arah Lilith dan Azazel.

"Sepertinya sudah waktunya." Ucap Kreator.

"Ah, jaga dirimu, Kreator. Kita mengandalkanmu." Azazel merespon.

Sementara Lilith hanya terdiam, dia hanya menunjukkan wajah yang cukup datar. Kreator melihat itu, hanya mengangguk dan tersenyum kecil. Lalu, Kreator memalingkan badannya dan berjalan menjauh dari mereka berdua. Zero mengikuti di belakang.

Ketika Kreator berjalan tanpa melihat ke belakang, Lilith menggigit bibirnya. Dia merasa sesak untuk sesaat. Seharusnya dia lebih lembut kepada Kreator, pikirnya.

"Khu…" Desahnya.

Azazel menyadari hal itu, lalu meletakkan tangannya di pundak Lilith. Lilith melihat ke arah Azazel karena bingung, namun dia hanya tersenyum. Lilith tahu maksudnya. Ya, dia harus jujur. Untuk terakhir kali ini, setidaknya untuk saat ini, Lilith menunjukkan sisi lembutnya sekali lagi kepada Kreator, sama seperti di hari yang lalu.

Lilith berlari ke arah Kreator, lalu memeluknya dari belakang. Kreator terkejut karena ditabrak dengan lembut dari belakang. Kreator merasakan pelukan yang hangat, dia tidak menduga hal ini akan terjadi.

"Eh…? Lilith?"

Kreator mencoba melihat wajahnya, namun Lilith menutupnya ke punggung Kreator. Namun sesaat kemudian, dia melepaskan pelukannya. Kreator mendapati ekspresi wajah yang sangat lembut, sama seperti hari di mana dia bertemu dengannya. Matanya sama seperti hari itu. Angin berhembus, dedaunan dan bunga berterbangan untuk sesaat. Suasana sangat sejuk, mereka saling menatap.

"Terima kasih untuk semuanya. Dan juga…"

Lilith menaruh kedua tangannya di belakang, dengan memiringkan sedikit kepalanya.

"Tolong, selamatkan aku. Tolong, ubahlah takdirku menjadi lebih baik. Kreator."

Kreator terpukau melihatnya. Dia hanya bisa tersenyum dan memberi jawaban terbaik.

"Tentu saja, karena aku penciptamu. Jika kamu meminta, aku akan berusaha mengabulkannya."

Mendengar itu, Lilith tersenyum lebar dengan manisnya. Lalu dia menundukkan kepalanya. Beberapa sesaat kemudian, ekspresi sadisnya kembali, dengan senyuman sinis pada wajahnya.

"Nah, sekarang, hus hus~ Pergi sana, Kreator. Jangan malas ya~ Kalau gagal, aku bakal bunuh kamu loh~"

"Ugh…"

Kreator langsung memasang wajah suram melihat Lilith yang seketika berubah. Dia tidak kaget, tapi dia tidak menyangka untuk beberapa saat dia menunjukkan sisi lembutnya. Itu saja sudah cukup, dia tidak tersinggung sedikit pun.

"Ah… kalau begitu, kita pamit dulu. Wasalam!"

"Da dah…"

Kreator dan Zero melambaikan tangan, berjalan jauh dari Lilith. Lilith tetap berdiri di sana, dengan tatapan tenang, dia sudah lebih lega dari sebelumnya. Lalu Azazel pun menghampirinya.

"Sudah lega?"

Lilith tersenyum kecil, lalu menjawabnya.

"Yah…"

Lilith berbalik badan, lalu menggenggam tangan Azazel.

"Kita juga harus pergi."

Azazel masih sedikit canggung ketika Lilith memegang tangannya mengingat dia istrinya. Tapi dia menurut saja dan mengikuti Lilith.

"Ah… tentang hubungan aku denganmu sebagai suami istri… itu gimana dah ceritanya?"

"Tetang itu, aku akan menceritakannya selama perjalanan ini."

Mereka berdua berjalan ke dalam hutan, sampai tidak terlihat lagi. Sementara Kreator dan Zero pergi ke tempat yang mereka tidak tahu. Perjalanan mereka hanya melewati padang rumput yang luas dan di sekelilinginya banyak bangunan dan reruntuhan yang unik.

"Setelah ini, akan ada apa ya?" Tanya Zero.

"Aku pun tidak tahu… ku harap aku tidak bertemu karakter yang ingin membunuhku lagi sih… walaupun pasti akan ada aja. Haaaah…"

Kreator berjalan dengan bungkuk dan menghela nafas panjang. Kreator menggaruk dagunya, dan menyadari bahwa jenggotnya tidak ada. Dia juga baru menyadari bahwa rambutnya lebih ringan walaupun masih agak panjang.

"Tunggu… kemana jenggotku? Aku yakin minggu ini aku belum mencukurnya. Dan juga… rambutku terasa ringan."

"Oh, selama kamu tidur, Lilith mencukurnya. Dia bilang, sebagai karakter utama, Kreator tidak pantas jenggotan seperti itu, dan dia bilang juga rambutmu cukup berantakan."

"Rambut sih ok… tapi kenapa jenggot juga?"

"YNTKTS…"

"Sunnah woe‼!"

Topik yang mereka bicarakan menjadi acak setelah itu. Mereka tidak sadar telah berjalan jauh selama berjam-jam sambil bercakap. Obrolan mereka cukup banyak, dari curhat Kreator lagi, topik realita Kreator, hingga kekuatan Zero yang seharusnya dia punya.

Dengan itu, mereka tak sadar telah sampai di sebuah tempat yang cukup unik. Mereka menemukan banyak bangunan dan reruntuhan bercorak kuno. Bangunan-bangunannya sedikit berantakan dan ada yang rusak bahkan roboh. Reruntuhannya juga seperti bekas semacam patung atau monumen yang berkaitan dengan sejarah—sejarah di dunia ini tentunya yang di mana mungkin kalian tidak tahu. Dan dari sini lah, Kreator akan menunjukkan sejarah dunia ini tercipta, berdasarkan teori dan opininya.

Mereka berdua pun menemukan sebuah bangunan besar seperti mansion. Mansion itu masih terbilang kokoh, hanya saja luarnya diselimuti lumut dan akar-akar pohon. Dan juga, mereka menemukan sebuah pohon tumbuh di tengah-tengah bangunan itu dan menembus atap tersebut. Atau lebih tepatnya… rumah ini menyatu dengan pohon besar itu.

Kreator pun, merasa familiar dan sudah menebak tempat apa ini. Sementara Zero tidak punya memori tentang tempat ini, tapi juga rasa nostalgia kembali padanya. Ya, Zero seharusnya punya memori tentang tempat ini, dan juga seseorang di dalamnya.

Mereka berdua pun saling menatap, lalu keduanya mengangguk. Mereka berdua mendekati bangunan itu. Tanpa mereka sadari, sesosok dari jauh telah mengawasi mereka berdua semenjak awal.

Sebuah bayangan terlihat dari salah satu reruntuhan yang telah mereka berdua lewati. Sesosok itu tidak terlihat jelas, namun dari tangannya seperti membawa bola yang bercahaya ungu dan merah. Bola itu juga seperti ada mata yang melihat ke arah mereka berdua.

Sesosok itu terus mengawasi mereka berdua, sembunyi tanpa terlihat. Dari bola mata itu—terhubung ke suatu tempat yang jauh, atau mungkin juga sangat dekat. Tempat yang hanya ada warna hitam—bukan, putih? Tidak, tempat itu tidak terlalu gelap atau pun terang… semuanya abu. Tempat yang sepertinya familiar…

Tempat itu hanya ada satu orang, dengan pakaian familiar—tidak, wujudnya berubah seketika. Dia menggunakan sebuah jubah sekarang, dengan topeng yang menutupi wajahnya. Melihat ke arah bola yang sama di atas tangannya.

"Aku akan menunggumu, di sini. Jalan seperti apa yang akan kamu ambil—(-.. .. .-. .. -.- ..-) yang satu lagi."

Seketika, muncul sebuah kursi seperti tahta di belakangnya. Dia pun duduk di atas tahta di tempat hampa itu seperti seorang penguasa. Menunggu apa dan takdir seperti apa yang dia akan temui.

Sosok itu mengangkat jarinya dan mengacungkannya sebanyak 3.

"Hanya tiga… hanya tiga, yang aku bisa lihat."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Di waktu yang sama, di tempat yang lain.

"Huff… akhirnya aku kembali. Eh? Loh kok… aku di mana? Ahhhh! Jangan bilang aku tersesat lagi!? Lunatic Creator, kamu dimana? Ahh… sepertinya aku harus mencarinya lagi…"

Bayangan Putih, kembali. Tapi, dia tidak tahu di mana Kreator sekarang. Dia pun berusaha untuk mencari jejaknya dan menyusulnya.