Tiba-tiba Ratu Marigold melakukan serangan di saat Ratu Vivian sedang lengah.
Dia menggerakkan tongkatnya dan menyihir tempat Ratu Vivian berdiri menjadi sebuah penjara.
Seketika Ratu Vivian terkejut saat melihat ia dan Pamela sudah berada di dalam sebuah kandang besi.
"Sial!" pekik Ratu Vivian.
"Ibu, bagaimana ini? Kenapa kita bisa berada di tempat ini?" tanya Pamela.
"Wanita Licik itu telah menjebak kita!" jawab Ratu Vivian.
Ratu Marigold tertawa bahagia melihat Ratu Vivian dalam kesulitan.
"Dasar, Vivian Bodoh!" pekik Ratu Marigold.
"Kau tahu, 'kan jika sihir penjaraku itu sangat kuat! Kalian tidak akan bisa meruntuhkannya!" ujar Ratu Marigold dengan bangga.
"Sialan! Aku akan membalasmu, Marigold!" pekik Ratu Vivian sambil mendorong jeruji besi itu.
Namun tubuhnya tersentak, karena jeruji besi itu menimbulkan sensasi kejutan yang mirip tersengat listrik.
Melihat hal itu Ratu Marigold kembali tertawa dengan lantang lagi.
"Haha! Kau lupa ya, jika membuat benteng beraliran listrik itu adalah keahlianku!" ujar Ratu Marigold.
Tak habis-habisnya dia tertawa di atas penderitaan Ratu Vivian, namun dia lupa akan suatu hal. Yaitu Drak.
Pemuda itu juga turut terkena imbas dari kekuatan sihir ibunya.
"Ibu! Ibu!" teriak Drak dari suatu tempat.
"Dark? Di mana kau?" tanya Ratu Marigold. Wanita itu mengedarkan pandangnya ke seluruh ruangan, namun dia tidak menemukan Drak.
"Ke mana anak itu?" gumamnya.
"Bu . . . ."
"Aku . . . ada di bawah . . . ." Ucap Drak dengan suara lemas terbata-bata, seperti sedang menahan beban yang cukup berat.
Beberapa saat kemudian, Marigold melihat ada kepala yang muncul dari sudut tembok sebalah kanan.
"DRAK?!" teriak Ratu Marigold yang syok, rupanya tubuh Drak tertimpa penjara sihir buatanya.
"Dasar, Bodoh! Bagaimana kau bisa ada di sana?!" oceh Ratu Marigold terhadap putranya.
"Bu, cepat keluarkan aku!" pinta Drak. Lalu Ratu Marigold pun mulai menggerakkan tongkatnya lagi untuk mengeluarkan putranya dari sudut tembok itu.
Tak lama Drak pun berhasil ke luar dari bawah tembok sihir yang menghimpit tubuhnya.
"Fuhh... akhirnya aku bisa terbebas juga!" bicara Drak dengan lega.
Lalu Ratu Marigold menoyor kepala putranya karena kesal.
"Lain kali kalau ada orang yang sedang mengeluarkan sihir cepat menghindar!" ocehnya pada Drak.
"Ibu, aku tidak tahu jika Ibu akan mengeluarkan ilmu sihir! Lagi pula Ibu tidak bicara dulu!" protes Drak.
"Ah! Diam!" pekik Ratu Marigold.
Drak pun menahan kesal, namun dia tetap menuruti printah ibunya untuk diam. Bagaimana pun dia tidak boleh melawan orang tua.
Bagi Drak sejahat apapun dia, tapi tetap harus hormat kepada ibunya.
Kemudian mata Ratu Marigold mengarah pada Raja Sky, dan dia mengeluarkan ilmu sihirnya lagi untuk mengeluarkan pria itu.
Cring....
Tembok transparan yang mengurung pria itu telah lenyap. Dan kini Raja Sky akhirnya keluar dari penjara transparan itu.
"Sayang, kemarilah!" suruh Ratu Marigold kepada Raja Sky.
"Ah, baiklah, Sayang!" sahut Raja Sky sembari berjalan mendekat.
Ratu Vivian tampak syok mendengar mereka saling memanggil nama masing-masing dengan sebutan 'Sayang' dan hal itu membuat Ratu Vivian benar-benar kecewa terhadap Raja Sky.
Kini dia baru menyadari jika apa yang diucapkan oleh Ximena selama ini benar.
Dan Sky tidak menderita di penjara, melainkan berbahagia dengan Ratu Marigold.
Terlebih saat melihat Ratu Marigold mencium bibir Raja Sky di hadapannya, hati Ratu Vivian benar-benar perih. Pria itu hanya bisa pasrah tanpa penolakan.
"Dasar, Hidung Belang!" umpat Ratu Vivian pada Raja Sky.
Lalu dia menggerakkan tongkatkan untuk keluar dari dalam ruangan ini, namun ternyata tidak bisa. Ilmu sihirnya tidak mampu membuka tembok ini.
Nyatanya sihir Ratu Marigold lebih kuat kalau urusan membuat tembok penjara.
Bahkan Ratu Vivian tidak bisa menyentuh tembok besi ini.
Setiap kali tak sengaja menyentuhnya. Kulitnya seakan tersengat aliran listrik.
Ratu Vivian pun menyerah, karena usahanya pasti akan sia-sia.
Karena kekuatan sihirnya di tempat ini tidak akan bisa berfungsi dengan maksimal.
"Ah, sial!" pekik Ratu Vivian lagi.
Dan Ratu Marigold pun mulai mendakat serta bersiap untuk menertawakan wanita itu.
"Bagaimana, Vivian? Apa kamarmu sudah cukup nyaman?" sindiran Ratu Marigold.
"Hei, Wanita Licik! Jadi selama ini kau sudah merencanakan ini semua, ya?" tanya Ratu Vivian dengan nada tinggi.
Dan Ratu Marigold menganggukkan kepalanya seraya terrawa bangga.
"Haha! Tentu saja! Aku ini tidak sebodoh dirimu yang mudah ditipu, Vivian!" cerca Ratu Marigold. "Aku lah penipu ulung ubah sesungguhnya!"
"Awas ya, kau! Aku pasti akan membalasmu!" ancam Ratu Vivian.
"Coba saja kalau bisa!" tantang Ratu Marigold, lalu dia merangkul pundak Sky.
"Vivian, kau tahu tidak jika sebenarnya Sky itu sangat bahagia di sini! Kami juga sering menghabiskan waktu berduaan, lo!" ucapnya memanas-manasi Ratu Vivian.
"Dasar, Hidung Belang! Aku benar-benar kecewa denganmu, Sky!" pekik Ratu Vivian kepada Sky.
Dan pria itu hanya bisa terdiam dengan sorot mata yang sayuh.
Sebenarnya dia agak kasihan dengan Ratu Vivian yang malah di penjara oleh Ratu Marigold. Padahal kedatangan Vivian kemari adalah untuk menyelamatkannya.
Dan Sky merasa bersalah telah berbohong kepada Ratu Vivian, salama ini dia pura-pura menderita di penjara ini. Padahal di sini di sangat bahagia.
Marigold memperlakukannya dengan baik. Bahkan Ratu Marigold sangat memanjakannya.
Dia memang pria yang tidak memiliki pendirian dan sangat penakut.
Kekuatannya memang tidak sehebat Ratu Marigold dan Vivian. Lagi pula keduanya sama-sama cantik, jadi dia juga bersemangat untuk berbohong asal mendapatkan perhatian dari kedua wanita itu.
"Sayang, kenapa diam saja? Jangan bilang kamu kasihan dengan wanita itu, ya!" ujar Ratu Marigold dengan nada mengancam namun manja.
"Tidak, Sayang, aku tidak kasihan, kok," jawab Sky.
"Kalau begitu ayo pergi, Sayang! Dan sebentar lagi kita akan menguasai Kerajaan Violet! Kita punya dua istana, lo!" ujar wanita itu seraya merangkul pundak Sky. Kemudian dia mengajaknya pergi.
Sky tampak bersedih harus meninggalkan Ratu Vivian di dalam penjara itu. Namun Sky tetap berusaha untuk terlihat biasa saja di depan Ratu Marigold.
"Dasar, Pria Bodoh!" umpat Pamela secara spontan.
"Pamela, kamu tadi bilang apa?" ujar Ratu Vivian yang sedikit syok.
"Bu, jangan marah, ya! Tapi yang tadi itu
... umpatanku yang langsung ke luar dari dalam hati, Bu!" ujar Pamela.
Ratu Vivian yang nyaris marah pun terdiam lagi.
"Kau benar, Pamela. Sky memang pria bodoh. Dan aku juga turut bodoh karena ikut-ikutan mempercayai ucapan Marigold. Harusnya aku mempercayai ucapan putriku Ximena!" ujar Ratu Vivian sambil menangis.
"Bu, sabar, ya ... aku yakin kita bisa ke luar dari dalam sini!" tukas Pamela meyakinkan ibunya.
***
Sementara itu, Drak sedang memantau keduanya dari kejauhan.
'Ibu benar-benar keterlaluan! Bisa-bisanya dia menipu Ratu Vivian dan Pemela tanpa bicara denganku dulu. Pokonya aku tidak akan tinggal diam,' bicara Drak di dalam hati.
Bersambung ....