webnovel

Princess Of The Time

Julie hidup dari buku-buku yang dibacanya sejak kecil. Keinginanya menjelajahi ruang angkasa terhenti karena dia tidak bisa melanjutkan kuliah. Julie merasakan keterpurukan hidupnya dilandasi karena kecelakaan yang merenguk kekasihnya, Haris. Selain menulis, Julie adalah ilmuan hebat dalam teori fisika dan kimia. Dia membuat cerita romantisme kehidupan dan bertekat menemui Haris kembali melalui teori fisikanya. Namun sialnya, Julie harus berurusan dengan Tuan Smith. Seorang ilmuan pencinta teori konspirasi dan membawah Julie pada misteri dunia lain. Bagaimana kisahnya?

Anana_Chan · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
184 Chs

Helen

Julie menghembuskan nafas panjang melihat berkas yang baru saja diberikan Nyonya Derlina kepadanya hari ini. Berkas itu diberikan kepada Julie untuk menginfokan mengenai penungakan uang kuliahnya selama tiga bulan berturut-turut.

Perempuan itu berdecak lidah sambil menendang daun-daun kering yang memenuhi taman kampus. Hari ini tubuhnya serasa lesuh dan dia benar-benar frustasi. Tidak ada harapan untuk menyambung kuliahnya di bidang Fisika. Mimpinya menjadi ilmuan harus pupus hari ini.

"Kenapa bisa terjadi?" serunya lirih, air mata Julie menetes dan seketika kacamatanya berembun.

Julie berjuang menyelesaikan kuliahnya di kampus swasta bernama Helly University sebagai mahasiswa Fisika. Seharusnya semester ini, dia akan lulus tetapi Nyonya Derlina tidak melanjutkan beasiswanya itu lagi.

"Bagaimana aku akan membayar kuliahmu dengan nilai sejelek ini!" bentak Nyonya Derlina dua jam yang lalu. Julie menghembuskan nafas sejenak sambil mengigit bibir bawahnya dan sekarang dia sangat kebingugan.

"Tuhan!" jeritnya.

Helen berjalan menuju gadis berkacamata dengan sepatu boat hitam yang menutupi lututnya. Musim gugur selalu membuat Helen merasa ingin pindah saja dari bumi karena dia alergi cuaca dingin.

"Kenapa?" tanyanya bingung, tanganya mendekap lembut bahu Julie dan segera duduk di samping perempuan itu.

"Ini," Julie memberikan selembar informasi yang sudah khusut karena Julie meremesnya dari tadi.

"Apa ini?" tanya Helen bingung.

"Kenapa kamu bersedih?" sambungnya.

"Aku di keluarkan," cetus Julie

"Apa?"

"Kapan?"

"Mengapa?" tanya Helen. Matanya membola mendengarkan penjelasan Julie. Dia tidak percaya bahwa gadis itu di keluarkan sedangkan dia selalu berhasil dalam penelitian di laboratorium fisika instumentasi.

"Kenapa?" ulangnya. Intonasi suaranya masih saja sama. Dia terheran bukan main memandangi Julie.

"Aku tidak bisa membayar mereka lagi," suara Julie serak dan dia berusaha menahan air mata agar tidak menetes di pipinya. Julie benci jika dia terlihat lemah di depan orang banyak.

"Uang asuransi ayahmu sudah habis?" tanya Helan terheran. Dia mendekatkan wajahnya ke Julie dan memandangi lekat-lekat perempuan itu. Julie hanya terdiam dan mengangguk sejenak.

"Nyonya Derlina menghentikan pembayaran kuliahku karena nilaiku jelek, Helen!" seru Julie dan dia bergegas berdiri dari tempat duduknya.

"Bukankah percobaan mengenai radioktif itu berhasil?" sambung Helen.

"Itu tidak membuat nilaiku yang lain tertolong bukan? Aku punya tiga mata kuliah dan keduanya bernilai C!" suara Julie lirih. Dia mengeluarkan sedikit tenaganya untuk membuat Helen memahami perasaannya yang sedang kacau saat ini.

"Ok!" sahut Helen dan menepuk pundak sahabatnya itu.

"Tidak kuliah, tidak akan membuat masa depanmu hilang. Kamu masih punya ini!" Helen menunjuk pelipisnya.

"Apa?" mata Julie menyipit.

"Jual kepala?" tanya Julie. Dia memandang wajah Helen dengan ekspresi bingung. Dia tidak mengerti arah pembicaraan perempuan di depannya.

"Otak!" sahut Helen sambil merangkul sahabatnya itu.

"Kamu masih bisa menggunakan ini, jangan menyerah. Tidak memiliki ijazah pun kamu masih bisa sukses, bukan?" sambungnya.

"Ayolah!" Helen menepuk pundak Julie yang sedang menunduk ke bawah.

Julie hidup dengan uang asuransi ayahnya yang bernilai 100 juta USD. Uang itu di peruntukan khusus untuk sekolah Julie di bawah pengawasan Nyonya Derlina. Dia tidak memiliki sepenuhnya hak atas uang itu karena sebagiannya digunakan untuk membayar hutang kedua orang tuannya.

"Jadi?" Julie melirik Helen yang lagi tersenyum di sampingnya. Julie tahu bahwa sahabatnya itu lagi memberikan atmosfir semangat kepada dirinya. Julie berbeda dengan Helen. Julie harus bekerja sedangkan Helen terlahir dari orang tua yang kaya.

"Kamu tidak penasaran lagi dengan Tuan Smith?" sahut Helen kemudian. Dia menaikan salah satu alisnya menatap Julie. Semburat senyum misterius terpancar di wajahnya.

"Aku tidak tertarik karena aku tidak mendapatkan apa-apa di rumah tua itu," jawab Julie sambil di iringi hembusan nafas panjang. Dia lelah dan dia mau beristirahat sekarang.

"Bagaimana kalo aku tujukan bahwa kemarin aku mendapatkan ini," Sebuah kalung bergambar hati di gengam Helen.

"Eh! Kamu dapatkan dari mana itu?" seru Julie. Ekspresi wajahnya benar-benar takjub. Kalung itu adalah barang yang diberian kepada Haris sebelum kecelakaan.

"Aku menemukan di buku tua milik Tuan Smith," jelasnya. Tangan Julie sigap mengambil dan membuka manik love yang berfungsi sebagai hiasan. Dia membersihkan bekas darah yang masih menempel di kalung itu.

"Kemarin ibuku mengatakan bahwa Tuan Smith memesan taxi dan segera bergegas keluar rumahnya dengan ekspresi gugup," jelas Helan.

"Apakah itu tidak membuatmu curiga?" sambungnya lagi. Julie bergeming, dia memikirkan sesuatu. Terakhir kali dia bertemu Tuan Smith, lelaki itu sedang sakit dan matanya terlihat sembab. Apakah dia sakit ataukah lagi mengadakan ekspriment yang membuat wajahnya sedikit berubah?

"Terus, ibumu bilang apa?" tanya Julie. Matanya membola menatap Helen yang sedang bercerita.

"Terus, saat Ibuku menyapanya. Dia hanya menunduk dan segera masuk ke dalam taxi tanpa menyahut sedikit pun!" jelas Helen panjang lebar.

"Ini menakutkan, aku rasa dia benar-benar tidak waras, Julie!" ucap Helen. Semenjak istri Tuan Smith meninggal -Ruby- lelaki itu berubah menjadi sangat misterius. Bahkan Haris pun kerab berlari jika Tuan Smith mengamuk di laboratoriumnya.

"Bukankah dia professor yang di pecat karena menghancurkan laboratorium waktu itu?" tanya Julie sambil mengingat beberap kejadian lampau.

"Ia, terus dia memindahkan beberapa alat laboratorium ke rumahnya sehingga pihak Nyonya Delina memecatnya di kampus," jelas Helen lagi. Dia menghembuskan nafas panjang dan mengelengkan kepala.

"Dia terobsesi dengan teori ruang dan waktu, sehingga …"

"Apa?" potong Julie. Matanya menatap tajam ke Helen. Dia menunggu jawaban.

"Dan orang-orang menyebutnya gila, bahkan orang mengatakan bahwa dia mengali kuburan istirinya dan meletakkan di kamar."

"Tapi, aku tidak percaya itu, Julie!" seru Helen kemudian sambil menghempaskan bahunya ke bawah.

Tuan Smith, lelaki berkepala plontos dengan perut buncit yang tergila dengan teori-teori konspirasi yang tidak masuk akal. Dia mengambil beberapa alat kimia dan memindahkanya ke rumah bahkan gossip yang menyebar di warga, Tuan Smith sudah membongkar makam istirinya dan menghiasnya seperti boneka di rumah tuanya.

Tuan Smith memiliki anak bernama Haris. Haris sudah menasehati dirinya, tetapi ayah angkatnya itu sama sekali tidak mendengarkan perkataan Haris.

"Kamu penasaran dengan Tuan Smith?" tanya Helen lagi sambil melangkahkan kakinya meninggalkan gapura kampus. Di sampingnya ada Julie yang mengikutinya dari belakang.

"Dia sama sekali tidak memberikan informasi pasti. Dia hanya mengigau dengan teori-teori maniaknya," gumam Helen.

"Dia terlalu cerdas sehingga…" kata-katanya mengambang di udara.

"Tidak! Dia tidak gila, Helen!" potong Julie. Suaranya tegas dan penuh penekanan.

"Dia menyembunyikan sesuatu," sambungnya. Julie akan bertekat untuk memecahkan misteri ini. Tuan Smith benar-benar menyembunyikan banyak hal dari Julie mengenai kehidupannya. Kematian Haris dan eksperiment Tuan Smith memiliki benang merah yang saling berhubungan.