webnovel

29. Berita Buruk

"Lakukan saja, itu syarat pertama." Masyayel bersikukuh dan membuat Shem melakukan juga, dia mengunci pintu kamarnya yang memang dari tadi telah tertutup itu. Kunci pintu itu lalu diserahkan kepada gadis itu. Saat kunci diterima oleh Masyayel, segera pula dia taruh di ranjang dan ia segera duduk menindih kunci itu. Shem semakin mengernyitkan dahinya masih dilanda kebingungan.

"Yang kedua permintaanku adalah aku akan cerita tapi kamu harus menahan amarahmu," kata Masyayel.

"Aku juga mau dengar dulu apa yang terjadi? Apa itu bisa memicu amarahku atau tidak? Mana mungkin aku bisa menahannya jika itu adalah suatu hal yang bisa membuat aku marah?" Jawabnya.

"Aku mohon berjanjilah dulu untuk menahan amarahmu," pinta Masyayel.

"Baiklah, aku akan melakukannya demi kamu." Shem akhirnya duduk di ranjang itu di sebelah Masyayel.

"Shem. Maafkan aku ... aku ... kemarin pagi, aku hanya berjalan-jalan disekitar istana, aku pikir akan menghilangkan rasa jenuhku. Aku juga sudah berlatih pedang untuk jaga diri, jadi aku sudah membawa pedang. Aku pikir semua tak masalah dan baik-baik saja." Masyayel menunduk memulai mengutarakan ceritanya.

"Lalu ...." tanya Pangeran.

"Aku diam-diam keluar istana tanpa Paman Elliot dan Abraham tahu, aku hanya ke kebun herbal istana sendirian dan aku ... Aku ... Sesuatu yang buruk! Sangat buruk menimpaku," ucap Masyayel mulai menitikkan air mata harus mengingat itu semua.

"Hal buruk apa yang menimpa kekasihku ini? Katakan kepadaku. Akan aku buat perhitungan!" Dia bersungut-sungut.

"Kamu kan sudah berjanji untuk menahan amarahmu? Penuhi itu dulu." Shem mengangguk pelan dan bersabar menunggu hal apa yang selanjutnya akan disampaikan gadis yang sedang sendu itu.

"Aku ... Diperkosa oleh dua orang tak dikenal," jawab Masyayel akhirnya tersampaikan juga. Dia semakin menangis tersedu-sedu sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya itu. Ia telah siap apapun yang akan ia terima dari Shem, kekasihnya.

"APA?!!!!!" Teriaknya dengan spontan dan keras.

Muka Pangeran Shem langsung berubah warna. Merah menyala bagai api ditengah gelapnya malam yang berkobar-kobar siap menyambar siapa saja. Kedua tangannya mengepal. Matanya melotot bagai dipenuhi kilatan petir. Hati dan jiwanya hancur lebur mendengar gadis yang berusaha ia cintai dan ia lindungi setengah mati telah dirusak oleh bedebah jalanan. Dan itu entah siapa. Dirinya bagai ditimpa bomgkahan batu besar tepat dikepalanya, tapi dia berusaha memenuhi janjinya untuk menahan amarahnya, namun ia tak kuasa. Ia akhirnya kelepasan juga. Kabar berita yang mengejutkan ini terlalu menyakitkan hatinya.

"AAAARGGGGGGHHHHHHH!!!" Teriak Shem memekikkan telinga. Dia menghantam meja disamping ranjang itu dengan tangannya. Dia mengobrak-abrik segala yang ada.di ruangan itu. Bantal, guling, selimut dan semua yang ada ia lempar tak tentu arah.

"Shem ... Maafkan aku, kamu sudah berjanji menahan amarahmu, aku tidak menyangka jika semua harus terjadi seperti ini," sahutnya masih dalam tangisan.

Shem masih saja membabi buta menghancurkan kamarnya, entah dia mendengar atau tidak ucapan Masyayel itu. Dia bergerak memecahkan semua kaca yang ada. Memecahkan guci-guci dan perabot pajangan kamarnya yang sangat indah berbahan dari keramik itu, terpecah belah tak lagi memiliki bentuk. Dia juga melempar-lempar buku-buku yang tertata rapi di raknya, menarik korden dan hiasan dari kain lainnya bahkan kelambu yang menjuntai di sisi-sisi ranjangnya ia tarik sambil terus berteriak-teriak. Sungguh ia semakin membuat takut gadis itu. Masyayel semakin merasakan seluruh tubuhnya gemetaran yang hebat. Dirinya baru saja melalui hari yang sangat berat bahkan tragis. Dirinya belum juga pulih, kini sudah menghadapi dengan mata kepalanya sendiri lelaki yang dicintainya itu luluh lantah hati dan perasaannya memporak porandakan kamarnya.

"SSHEEEM!!! HENTIKAAAAAN!!!" Masyayel berteriak juga.

Shem tiba-tiba menghentikan kebrutalannya itu, nafasnya tersengal-sengal, dadanya sesak dan tanpa ia sadari ternyata air matanya juga tumpah dari sana.

"Lelaki pantang Menangis!!!" ucapnya.

"Aku seorang Pangeran yang Hebat takkan pernah menangis, tapi aku menangis karenamu," tambahnya lirih.

Mimpi-mimpi indahnya bersama gadia yang ia cintai tiba-tiba melenyap dan berguguran secara bertahap ... Semakin berantakan seakan tak mampu lagi untuk dirangkai lagi. Shem berjalan perlahan mendekat ke arah Masyayel, dengan tatapan tajam dan masih penuh amarah.

"Gawat!!! Dia menuju kepadaku? Apa yang akan ia lakukan? Apa dia akan membunuhku? Aku siap Shem. Hidupku memang sudah berakhir. Akhiri saja sekalin. Aku rela mati di tanganmu. Aku sudah tak sanggup hidup lagi. Aku juga tak punya siapa-siapa lagi? Untuk apa aku bertahan hidup?" guman Masyayel dalam hati yang sedang mengalami pergolakan batin.

Sekarang Shem menatap Masyayel dengan wajah yang sangat putus asa, Masyayel hanya menampilkan wajah sembab yang dari beberapa hari diisi oleh tangisan dan tangisan terus. Dia sakit raga dan jiwanya. Tanpa ia duga, Shem menjatuhkan kedua lututnya dilantai, tiba-tiba dia lemas dan tak ada tenaga lagi, dia bersimpuh lemas lalu menundukkan kepalanya di lutut Masyayel, Pangeran menangis di lutut gadis itu, sungguh penyesalan yang teramat dalam yang ia rasakan saat ini.

"Maafkan aku Shem, ini salahku sendiri sehingga semua jadi begini," ucap Masyayel sambil mengelus kepala pangeran Shem.

"Aku yang salah, penjagaanmu kurang memadahi sebagai seorang putri. Dirimu dikira orang-orang hanya seorang perempuan pelayan yang dianggap mereka tidak ada harganya. Namun aku lupa kecantikanmu itu akan tetap terpancar karena aura seorang Putri masih tetap ada. Aku ingin memberikan banyak pengawal untukmu, tapi aku terlalu takut semua akan terbongkar. Dan aku teramat takut kehilanganmu, apalagi sampai harus mati?" sesal Shem masih tersedu-sedu dengan kepala Shem masih di pangkuan Masyayel.

"Aku minta kuncinya Sayang." Shem menengadahkan kepalanya dan meminta kunci kamar yang tadi diduduki oleh gadis itu.

"Kamu mau kemana Syem?" tanya Masyayel.

"Aku ingin memanggil Abraham dan Paman Elliot, apa mereka sudah tahu kejadian ini?" lanjut Shem.

"Mereka sudah tahu Shem, bahkan Abraham yang mencemaskan aku dan mencariku tiada henti, dia yang menemukan aku. Aku dibuang di semak belukar, bagaimanapun tragisnya nasibku. Kita harus tetap bersyukur Shem. Aku masih selamat dan dalam keadaan hidup," ucap gadis itu.

"Shem. Apa kamu akan meninggalkan aku? Atau membuangku? Mengasingkanku atau ingin membunuhku karena aku sudah bukan Adaline yang seperti dulu?" Pertanyaan menyayat hati Shem itu membuat telinga Shem menjadi panas, ia sendiri syok akan kejadian ini? Masyayel malah menanyakan hal-hal yang semakin membuat Shem kebingungan.

"Apa kamu tidak mampu melihat isi hatiku? Disini hanya ada namamu, sedikitpun aku tidak ada pikiran meninggalkanmu. Bahkan aku semakin ingin bersamamu terus agar aku bisa setiap saat melindungi kamu. Berikan kuncinya kepadaku sekarang."

"Shem ...." Masyayel meraih kedua tangan Shem dengan kedua tangannya juga, "tolong jangan sakiti mereka, jangan hukum mereka, ini semua bukan salahnya Shem, berjanjilah dulu kepadaku," pinta gadis itu.

"Entahlah ... Aku tak tahu apa yang akan aku lakukan kepada mereka, semua terjadi karena mereka lengah dalam mengawasimu," ucap Shem.