Mungkin sebutan yang pantas buatku adalah wanita yang tak tahu malu. Bagaimana tidak? Aku mengenyangkan perut dari orang yang sudah aku ajak ribut pagi-pagi. Jangan salahkan aku dalam hal ini. Siapa yang meminta dia masak? Nggak ada. Dan masakan sebanyak itu memang siapa yang mau menghabiskan? Memang dia mampu menghabiskannya sendiri?
Ya Tuhan. Aku memejamkan mata sesaat. Lagi-lagi rasa gengsiku muncul. Nggak seharusnya aku begini. Mungkin ini salah satu usaha Naren untuk berbaikan denganku. Namun, sekeras apa pun usahanya, jika dia masih bersikukuh menyuruhku resign dari agency, aku tetap nggak akan mau menuruti.
"Kenyang?" tanya Naren saat aku menandaskan isi piring.
Pertanyaan macam apa itu? Nggak ada orang baru selesai makan lapar. Memang aku buto ijo?
"Hmm." Aku menggumam malas. Karena nggak mau dikatakan tak tahu diri. Aku pun membereskan meja makan dan mengumpulkan piring-piring kotor bekas makan kami.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com