webnovel

Bab 5

Alzam meraih tangan Genna untuk di genggam serta menoleh ke arah Genna sambil tersenyum.

"Ish nih orang udah keciduk juga, masih aja ngeyel." Seru Genna.

"Biarin." Balas Alzam.

Genna mempunyai trik yang baik dan benar untuk melepas genggaman nya dan ia yakin akan berhasil 100 persen.

Genna berlari sekenceng mungkin untuk menghindari genggaman dari Alzam. Ia hanya takut kalau tertangkap basah oleh kaka nya untuk kedua kali nya.

"Woyy tungguin." Teriak Alzam.

Genna terus berlari menuju lantai one untuk menyelesaikan tugas nya.

Tanpa sadar disitu Genna serta Alzam melewati kelas kaka nya Genna.

Setelah nya Alzam hanya berjalan biasa saja, tidak lari larian seperti Genna. Sedangkan Genna sudah sampai di tempat mading dan nafas nya sedang terengah engah.

"Huh huh huh huh..." Ujar Genna.

Genna menepuk jidat nya saat ia tahu bahwa kertas yang harus ia tempel ada sama Alzam. "Tungguin ajaa lah."

Genna duduk di lantai sembari mengambil buku tulis nya bermaksud untuk menghilangkan keringat yang menempel didahi dan membasahi setengah dari sebagian rambut nya.

"ALZAM MANAA SI, LAMA BENER UDAH TAU GERAH JUGA." Ucap Genna sambil mengeraskan sedikit suara nya.

17 menit berlalu...

Alzam tak kunjung juga datang, hal ini semakin membuat Genna kesel. Dia bingung, mau ngabarin pake apa? Nomor telepon nya saja ga punya, sosial media nya Alzam juga tidak tau. Keberadaan Alzam juga tidak diketahui oleh Genna.

Tanpa disadari oleh Genna, sebentar lagi memasuki waktu istirahat, itu artinya Genna harus menyelesaikan tugas nya sebelum ditanyakan oleh kakak panitia MPLS baik itu ketua nya atau wakil nya.

* Tringgg *

Lonceng bel berbunyi dengan sangat kencang, Genna yang berposisi disamping ruang guru pun kaget. Dan langsung menutup telinga nya ketika mendengar bel serta mulut berkomat kamit karena kesal. Padahal lagi enak enak tidur pagi.

Saat ingin bangun, kepala nya terasa berdenyut lumayan kencang tetapi dia tidak ambil ribet dia tetap memarahi si bel.

Sambil memegangi kepala nya yang masih berdenyut, "Haduhh, kalo mau bunyi tuh bilang bilang jangan ngagetin orangg. Ntar kalo gue mati mau tanggung jawab lo?" Omel Genna pada bel.

Padahal yang salah itu dia sendiri, udah tau disamping mading letak ruang guru dan pusat berbunyi nya bel.

"Alzam kemana sii. Ga balik balik daritadi." Gerutu Genna.

"Kalo marah marah cepet tua loh." Ujar pria itu.

Genna berbalik badan saat diri nya mendapati seseorang dengan suara berat berbicara.

"Siapa lo?" Tanya Genna.

"Gue Alfi. Salam kenal." Balas Alfi.

"Lo yang tadi di hukum suruh masang berkas di mading kan?" Ucap Alfi.

"Iya kenapa?"

Pria itu berjalan menuju depan mading,

"Gapapa tapi kok gue liat liat nih mading belom ada info baru. Belom di tempel?" Tanya Alfi.

"Iya belom." Balas Genna.

"Kenapa?" Tanya Alfi.

"Ah bawel lo." Ketus Genna.

"Lagian lo siapa si, SKSD banget sama gue." Lanjut Genna.

SKSD >> Sok kenal sok deket.

"Gue Alfi, tadi kan gue udah ngasih tau nama gue ke lo? Lupa?" Ujar Alfi.

"Peserta didik baru juga?" Tanya Genna.

"Iya." Jawab Alfi.

"Ga salah gue masuk ke sekolah ini, ganteng ganteng banget jir cwo nya." Gumam Genna.

Sambil bergumam Genna melirik dengan ekor mata nya ke arah Alfi yang sedang menatap nya.

"Gue kepo deh, nama lo siapa?" Tanya Alfi.

"Privasi." Jawab Genna.

"Eh boleh bantuin gue ga? Bantuin cariin temen gue." Lanjut Genna.

"Siapa temen lo?" Tanya Alfi.

"Yang tadi sama sama di hukum bareng gue, tapi sekarang orang nya ga tau kemana, ngilang kek jin." Jawab Genna.

"Boleh ayo." Ucap Alfi.

"Emang inget muka nya?" Tanya Genna.

"Inget lah, ingatan gue mah tajem setajem omongan netijen." Balas Alfi.

"Iya dah bang."

***

Karena kepo sama sekolah papa nya sendiri, Alzam memutuskan untuk menjelajahi SMA 2 Samudra. Dia mengarahkan kaki nya berbelok kearah rooftop.

Dia melihat pemandangan yang sangat indah menurut diri nya kalau dilihat dari rooftop.

Mata nya melirik ke arah lapangan yang terdapat Genna yang sedang berjalan bersama pria lain selain diri nya.

Tangan nya mengepal, serta urat urat di tangan nya mulai terlihat di punggung tangan nya. Bukan siapa siapa padahal tapi rasa cemburu menjalar di hati nya.

"Ah sial, gue kira dia bakal nyariin gue ga tau nya dia malah jalan sama cwo lain. Siapa juga lagi tuh cwo SKSD banget." Ungkap Alzam.

Kaki nya melangkah menuju kursi buluk yang berada di rooftop tersebut dan mendudukkan kursi tersebut. Membuka tas dan mengambil ponsel nya.

"Bego banget si gue, kenapa tadi ga minta nomer nya tu cwe."

"Dan ni kertas kenapa ada sama gue? Terus Genna nempelin apaan di mading?" Tanya nya pada diri sendiri.

Tangan nya mengambil kertas tersebut dan membaca nya. Kertas tersebut berisi kumpulan kumpulan pembagian kelas khusus peserta didik baru.

Mata nya terus mencari keberadaan nama diri nya dan juga Genna, berharap bisa satu jurusan agar dia tidak harus berdebat dengan mama papa nya karena harus pindah jurusan apalagi alasan nya karena perempuan.

Tangan nya pun sibuk membolak balikkan kertas dan akhirnya dia menemukan nama diri nya namun dia tidak menemukan nama Genna padahal dia sudah yakin bahwa pencarian yang ia lakukan sudah teliti.

"Manaa si nama nya Genna, ga nemu nemu gue." Gumam Alzam.

Sudah berulang kali dia mencari nama Genna namun tak kunjung juga bertemu, dia menyerah karena mata nya sudah mulai perih melihat tulisan yang amat kecil menurut diri nya.

"Bodo amat ah, ntar nanya papa aja."

"Sekarang gue harus nyusul Genna, buat nempelin ni kertas, kalo ketahuan ga nempelin bisa berabe."

Sebelum rasa kecewa datang ke hati nya, ia mengecek apakah Genna masih ada di lapangan?

Jawaban nya yes. Tetapi posisi Genna sedang di suapin es krim oleh pria yang tak dikenali nama nya oleh Alzam. Sedangkan Genna sibuk bermain ponsel nya. Setiap suapan Genna selalu menampilkan senyum nya padahal di dalam hati dia amat risih.

"AAAARGGHHH. KECEWA GUA GEN AMA LO." Teriak Alzam sambil menjambak rambut nya sendiri dan mengusap muka nya dengan kasar.

"Please jangan buat gue trauma sama percintaan Gen." Lirih Alzam.

Untung nya dia mengecek terlebih dahulu keberadaan Genna, dan kalau dia kecewa pasti dia doang yang tau, karena posisi diri nya sedang sendirian di Rooftop.

Coba kalau dia langsung menyusul ke lapangan dan melihat posisi Genna seperti itu, kecewa dan amarah nya bakal dilihat oleh banyak siswa ataupun siswi.

Mencoba meredakan emosi nya sebentar, baru dia akan menyusul Genna.

**

Rafa terus melangkahkan kaki nya untuk memastikan dua adik kelas nya tadi sudah mengerjakan tugas yang ia berikan dengan baik.

Saat di mading, "kok masih kosong, kertas yang tadi gue kasih ke dia kenapa belom ditempel?"

"Aihh kalo gini cara nya, ntar gue di omelin ama si Riska."

"Gue cari aja deh tu anak dua."

Mata nya menatap sekitar, dan dia melihat seorang perempuan yang mirip dengan adik kelas perempuan yang ia hukum tadi, untuk memastikan bener atau tidak nya dia melangkahkan kaki ke arah lapangan.

Tangan nya menepuk bahu si perempuan itu, saat perempuan itu menengok, "Rafa? Ngapain lo nepok bahu gue?"

"Eh gue kira siapa, tau nya lo Vi." Jawab Rafa.

"Kok muka lo mirip sama adkel yang gue hukum tadi?" Lanjut Rafa.

"Siapa?" Tanya Via.

"Gue ga tau nama nya siapa, tapi muka nya mirip ama lo, beda nya cuma di rambut. Rambut lo kan cuma sebahu tapi rambut dia sepinggang." Jelas Rafa.

"Adkel perempuan yang lo hukum tadi ada cwo nya ga?" Tanya Via.

"Iya. Si cwo anak pemilik sekolah ini." Jelas Rafa.

"Hah? Serius lo?" Tanya Via.

"Iya, si cwe nya tadi yang nge jelasin ke gue dan di depan semua peserta didik baru."

"Lo hukum mereka berdua apaan?" Tanya Via.

"Cuma nempelin kertas pembagian kelas doang si, tapi pas gue cek tadi kertas nya belom di tempel dan Ini mau gue cari orang orang nya tapi ga tau nama nya." Ungkap Rafa.

"Itu ade gue Raf." Ujar Via.

"Serius lo?"

Via mengangguk.

"Dua dua nya adik lo?" Tanya Rafa.

"Engga, yang perempuan doang." Jelas Via.

"Siapa nama nya? Pantes muka nya mirip." Balas Rafa.

"Genna."

"Gue telpon aja ya?" Pinta Via.

Rafa mengangguk, "loudspeaker."

"Iya."

**

Ponsel yang sedang ia gunakan bergetar menandakan ada telpon dateng. Dia mengerutkan dahi nya saat melihat nama kaka nya.

"Bentar ye, gue mau angkat telpon dari kaka gue." Ucap Genna.

"Disini aja." Balas Alfi.

"Oke."

Ibu jari nya menggesek tombol *jawab*

"Halo kak?"

"Iya halo dek?"

"Ada apa nih?" Tanya Genna.

"Kaka liat, kamu jalan sama cwo tapi cwo nya kok beda sama yang tadi jadi imam solat duha kamu?" Jawab Via.

"Kemana orang nya? Terus kenapa kamu ga melaksanakan hukuman nya Rafa?" Lanjut Via.

"Satu satu kalo nanya tuh, jangan berbobot. Genna jadi bingung mau jawab yang mana dulu."

"Nih Genna jawab, iya Genna lagi makan es krim sama Alfi. Kalo kaka nanyain si breketek itu, Genna juga ga tau dimana keberadaan orang nya."

"Terus Genna juga mau jawab pertanyaan terakhir kaka, Genna belom nempelin kertas yang disuruh sama panitia MPLS karena kertas nya sama si bereketek."

"Bereketek apaan?"

"Nama julukan si Alzam lah."

"Kaka mantau kamu dari sini."

"Kaka emang dimana?"

"Coba liat sebelah kiri."

"Eh iyaa hahahaha."

"Sini Gen, kamu ngadep sama Rafa."

"Rafa siapa?"

"Wakil pantia MPLS."

"O gete. Yaudah Bye."

"Bye, jangan lup-"

Tut tut tut tut.

"Kebiasaan selalu matiin telpon padahal masih ngomong." Gerutu Via.

"Hahaha yaudah yang penting dia udah denger apa yang lo suruh dan udah jawab pertanyaan yang lo sebut dan itu menjawab kekepoan gue." Ungkap Rafa.

"Tunggu aja ntar juga kemari ade lo." Lanjut Rafa..

"Hmm."

Genna bangkit dari kursi nya dan berjalan menuju tempat duduk kaka nya tanpa izin ke pria yang disamping nya. Alias main ditinggal aja Alfi nya.

"Mau kemana lo Gen?" Tanya Alfi.

Tak menjawab, Genna tetap berjalan santai meski nama nya terus diteriaki oleh Alfi.

Para siswa siswi menatap ke arah Alfi dengan tatapan bingung.

Alzam yang berada diatas dan mendengar teriakan si cowo ngeselin itu langsung bangun dari kursi nya dan berjalan menuju pembatas rooftop untuk melihat Genna dari atas Rofftop.

Alzam tertawa puas, saat melihat si cwo yang ia tak kenal nama nya ditinggalkan begitu aja sama si Genna. "Mamam lo, lagian si berusaha ngedeketin si Genna."

"Udahan ah gue sedih sedihan nya, ga ada dalam kamus gue, nangis karena percintaan."

"Eh gue mau liatin Genna dulu, pengen tau dia mau kemana." Gumam Alzam.

Mata indah nya terus menatap kearah Genna berjalan. "Eh, ko-kok dia ke cowo yang tadi di aula? Itu yang cewe kaka nya Genna kan?"

"Wah pasti tu kakel nanyain tugas hukuman."

"Kalo dari atas ga kedengeran apa yang diomongin ama Genna ke kakel itu." Gumam Alzam.

"Kebawah, enggak, kebawah, engga, kebawah, engga, kebawah?" Ucap Alzam sambil ber cap cip cup menggunakan semua jari tangan nya.

"Yaudah ah gue kebawah aja. Tunggu gue Gen jangan kabur dulu." Ujar Alzam.

Akhirnya, setelah acara marah marah ga jelas hanya karena cemburu Alzam pun mau menyusul Genna dan akan menanyakan apa yang ada di pikiran nya.