webnovel

Pria Dingin

" Maaf ya Na. " " Untuk apa? " " Maaf atas bang Gibran yang selalu bersikap dingin kepadamu." " Senang bisa mengenalmu, tak apa kan jika kita bersahabat ? " " Justru aku lebih senang jika kau mau bersahabat denganku." " Memangnya apa yang membuatmu penasaran ? " " Tentang sikapnya bang Gibran yang bersikap dingin. " " Memangnya ada apa ? " " Kenapa kau terlihat bingung begitu ? " " Astaga kenapa aku jadi gugup begini ? " " Ekhem! " " Sejak kapan aku membohongi sahabatku? " " Will you be my first love and my last? " " Apa yang sudah terjadi kepadamu? " " Kalian bicara tentang apa? " " Kenapa? Apa ada yang salah denganku? " " Kau tenang Anna disini ada kita, kita siap melindungi mu dari jangkauan pria seperti dia. " " Kurasa tidak perlu karena semuanya sudah jelas. " " Kamu salah faham Na, aku mohon kepadamu tolong kali ini dengarkan aku. " " Ingat Anna kau harus memberitahu kita jika terjadi apa-apa dengan mu. " " Dengar baik baik pukulan mu tidak ada apa-apa nya bagiku. " " Cukup! Aku menyerah! " " Kau berhutang cerita denganku Bilqis. " " Kenapa kau terlihat sangat gelisah? " " Siapa? " " Awww... Shh.. Pelan pelan dong Na. " " AKU TIDAK SEDANG BERCANDA BILQIS! " " Gibran apa kau sudah berhasil menemukan Anna? " " Maaf mah, pah, aku sama sekali tidak menemukan nya. " " Ayolah Gibran, satu kali saja turuti aku. " " Mah, Pah.. Aku sangat merindukan kalian... " " Pah bagaimana jika kita menjodohkan mereka? " " Tidak perlu mah biarkan anak kita yang mengungkapkan perasaannya sendiri. " COMING SOON 15 November 2020

Taeyoonna_Kim · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
49 Chs

Find Out Pt.1

Hari berganti malam seperti biasanya pria berkulit putih pucat itu sedang duduk dibalkon sambil termenung, hal tersebut menjadi kebiasaannya dua tahun belakangan ini entah apa yang selalu dipikirkan olehnya, memikirkan masa depan atau masa lalu nya maybe? Entahlah tak ada yang mengetahui isi hati manusia es tersebut.

Sementara di lain sisi Maria baru saja selesai menyiapkan sajian makan malam dia segera memanggil suaminya, kemudian beranjak kekamar ketiga anaknya tersebut. Pertama dia kekamarnya John karena yang paling tanggap adalah putra bungsunya tersebut.

" Mamah duluan saja biar aku yang memanggil Anna dan bang Gibran." Ujar John sambil tersenyum.

" baiklah." Jawab Maria sambil tersenyum hangat.

Kemudian berlesung pipi itu pun berjalan kekamarnya Anna sedangkan Maria kembali menemani Yanuar, setelah sampai didepan kamar sepupunya tersebut dia segera mengetuk pintunya.

Tok.. Tok.. Tok

Tak lama pintu pun terbuka menampilkan sosok Anna yang sudah mengenakan piyama tidurnya.

" ada apa bang? " tanya Anna sambil tersenyum

" tak ada apa apa hanya saja mamah menyuruh kita makan malam bersama." Jelas John dengan senyum dimplenya.

" Abang duluan saja nanti aku nyusul." Ucap Anna.

John pun menganggukkan kepalanya mengerti. Kemudian beralih kekamarnya Gibran dan segera mengetuk pintunya. Ketika pintu terbuka sama halnya seperti gadis mungil itu, seakan mengerti kedatangan John dia segera menutup pintunya dan beranjak ke ruang makan, begitu juga Anna ketika dia hendak beranjak ketempat yang sama namun langkahnya terhenti saat melihat Gibran dan John yang sedang menuruni undakan anak tangga, disaat hendak berputar arah namun dia dikejutkan dengan John yang ternyata sudah ada didepannya.

" mau kemana hm ? " tanya John penasaran.

" mau kekamar lagi bang." Sahut Anna jujur.

" kan belum makan malam." Ujar John.

" aku hanya ingin tidak merusak moodnya bang Gibran, mungkin kalau aku tidak ikut dia merasa lebih baik." Jelas Anna menundukkan kepalanya.

" kamu gak usah takut begitu, aku yakin suatu saat nanti bang Gibran menerima keberadaanmu." Ujar John berusaha menenangkan sepupunya tersebut, akhirnya gadis mungil itu menganggukkan kepalanya.

Kemudian mereka pun beranjak keruang makan sesampainya disana John segera duduk disamping Gibran dan tersenyum kepada Yanuar dan Maria sedangkan gadis mungil itu berusaha terlihat biasa saja meskipun ada rasa takut dengan tatapan yang diberikan oleh Gibran kepada dirinya.

" Ekhem! Gibran ada apa denganmu ?" Tegur Yanuar, ya karena sedari tadi dia mengikuti arah tatapan putranya tersebut.

" Tak ada pah." Jawab Gibran datar.

" sudah cepat dimakan nanti keburu dingin." Ujar Maria yang peka dengan situasi tersebut.

Kemudian mereka pun menyantap makanan dengan suasana hening hanya terdengar dentingan sendok dan garpu, karena Yanuar tidak menyukai suasana seperti ini ia pun membuka suara.

" Anna bagaimana sekolahmu hari ini apakah menyenangkan ? " tanya Yanuar sambil tersenyum hangat.

" Iya om, aku sangat senang bahkan udah punya sahabat satu, orangnya juga baik." Sahut Anna senang seakan lupa dengan sikapnya Gibran terhadapnya.

" syukurlah om ikut bahagia." Ucap Yanuar.

" Anna apa kamu lupa dengan ucapanku ? " tanya Maria.

" hehe maaf." Jawab Anna tersenyum kikuk.

" memangnya ada apa ? " tanya Yanuar sambil mengernyitkan keningnya.

" aku menyuruhnya memanggil kita seperti yang dilakukan oleh putra kita." Jelas Maria.

" wah benar sekali Anna dengan kau memanggil kita seperti itu, kita jadi merasa nyaman." Ujar Yanuar menimpali.

" I_ya pah." Jawab Anna gugup.

" tidak perlu gugup Na, anggap saja mamah dan papah adalah orang tuamu." Ujar John sambil tersenyum hangat.

Kedua pasangan tersebut menganggukkan kepalanya seakan setuju dengan ucapan putranya tersebut. Lalu bagaimana dengan Gibran ? Tak perlu ditanya ia sudah jengah dengan suasana disekitarnya. Sebenarnya dia ingin beranjak kekamarnya namun masih menghormati kedua orang tuanya.

" ayo lanjutkan makannya." Ujar Maria.

Ya sejak Yanuar membuka suara semuanya ikut bercengkrama kecuali pria berkulit putih pucat itu yang sudah bosan dengan suasana disekitarnya sehingga kegiatan makan malam pun sempat terhenti, oleh karena itu Maria segera mengingatkannya. Makan malam pun selesai semuanya beranjak kedalam kamarnya masing-masing.

Anna Pov on

Sesampainya dikamar aku segera duduk ditepi king size milikku sambil berpikir keras aku harus mencari infonya dimulai darimana jujur saja aku bingung karena aku belum mengenal siapapun kecuali Bilqis. Ah akhirnya aku tahu caranya mungkin ini sedikit membantu, aku ingin menghubungi Bilqis terlebih dahulu.

LINE

Bilqis apa kau mengenal teman

satu kelasnya bang Gibran ?

________________________

Bilqis 🐿

Aku tahu temannya

tapi aku tidak terlalu dekat, hanya tahu namanya saja memangnya kenapa ?

______________________

Aku ingin menanyakan tentang

sifatnya bang Gibran kepada

temannya barang kali dia tahu

penyebabnya.

__________________________

Bilqis 🐿

Menurutku percuma saja Anna

meskipun memang sahabatnya tahu

penyebabnya dia tidak mungkin

memberitahunya

_________________________

Hm tapi kan belum dicoba Bil

namanya siapa ?

_________________________

Bilqis 🐿

Adnan Fernando Bastian tapi

lebih dikenal Adnan

tetap saja percuma Anna, kak Adnan itu

tidak pernah menceritakan aib sahabatnya

________________________

Lantas aku harus bertanya

kepada siapa ?

_________________________

Bilqis 🐿

lebih baik kau menanyakan hal

itu kepada kak Tiara dan kak Becca

karena mereka juga satu kelas

dengan kak Gibran

________________________

Yasudah kalau gitu nanti besok

kamu temani aku menemui

mereka

______________________

Bilqis 🐿

Oke

________________________

Maaf sudah merepotkanmu

Bilqis, good night

______________________

Bilqis 🐿

Tidak masalah Na, night too

__________________

Awalnya aku sedikit kecewa dengan jawaban dari Bilqis tapi selang berapa menit dia memberiku jalan keluar, sebaiknya aku tidur sekarang karena nanti aku bisa terlambat.

Author pov

Hari pun berganti pagi semuanya sudah siap untuk berangkat kesekolah begitu juga Yanuar yang sudah rapi dengan pakaian formalnya, suasana pagi ini terasa begitu hangat karena mereka sesekali bercengkrama meskipun hanya sebentar, namun pria berkulit putih pucat itu merasakan sebaliknya baginya pagi ini dan seterusnya akan terasa bosan karena adanya Anna didalam keluarga tersebut dan Gibran sungguh tak menyukainya.

Setelah semuanya selesai sarapan kemudian mereka pamit kepada Maria diawali dengan ketiga makhluk berbeda jenis kelamin lalu disusul oleh Yanuar sementara Maria sendiri bertugas sebagai ibu rumah tangga yang baik untuk keluarga kecilnya.

Sesampainya di SMA 8 JAKARTA Gibran segera memarkirkan mobil miliknya, seperti biasanya pria berkulit putih pucat itu beranjak terlebih dahulu tanpa menghiraukan dua anak adam yang berbeda jenis kelamin tersebut. Anna menghela nafas panjang sementara John semakin merasa tak enak hati kepada gadis mungil itu karena sama sekali tak ada perubahan dari sifatnya Gibran.

" sabar ya Na, mungkin tidak untuk hari ini masih ada hari esok." Ujar John iba.

" Iya bang." Jawab Anna singkat.

" yaudah ayo kita ke kelas." Ajak John.

" ayo." Sahut Anna.

Kemudian mereka berjalan beriringan semua pria terpana melihat penampilan Anna hari ini, bagaimana tidak? Sekarang gadis mungil itu memakai make up meskipun natural namun menawan membuat dirinya semakin terlihat seperti jelmaan barbie hidup.

Gadis mungil itu merasa risih karena diperhatikan oleh segerombolan pria.

" Bang kenapa mereka terus memperhatikan aku ? " tanya Anna heran.

" mungkin mereka terpana dengan kecantikanmu Anna." Sahut John sekenanya.

" Ish abang ngaco deh." Ujar Anna yang tersipu.

" memang benar kan kamu itu cantik, baik, penyayang pria mana yang tak menyukainya ? Jujur kalau saja kamu bukan sepupunya abang mungkin udah abang perjuangin buat dapetin kamu." Cerocos John.

Dan itu berhasil membuat gadis mungil itu semakin tersipu ya meskipun kakak sepupunya wanita mana yang tidak tersipu ketika dipuji oleh orang terdekatnya namun hatinya meringis ketika mengingat Gibran yang sama sekali tak memperdulikan keberadaannya.

" Abang juga tampan, baik hati, dan ramah aku yakin pasti banyak gadis yang tergila-gila kepada abang." Puji Anna.

" kau benar Anna banyak gadis yang mengejarku tapi tujuanku disini hanya untuk belajar bukan untuk mencari popularitas." Jelas John dengan senyum dimplenya yang akan membuat kaum hawa meleleh.

Tak terasa mereka telah sampai didepan kelasnya, kemudian mereka pun segera masuk dan duduk dibangkunya masing-masing. Baru saja Anna duduk dirinya sudah disambut dengan pertanyaan bertubi-tubi yang keluar dari mulut sahabatnya ya siapa lagi kalau bukan Bilqis.

" Anna apa kau yakin akan bertanya tentang itu ? Tidakkah semua ini terlalu cepat ? Kenapa kau sangat penasaran dengan perubahannya ? Bagaimana kalau kak Tiara dan kak Becca juga tidak mengetahuinya ? " tanya Bilqis bertubi-tubi.

" Bilqis, tidak bisa kah kau bertanya satu persatu jika bertubi-tubi seperti itu bagaimana aku bisa menjawabnya ? " ujar Anna kesal.

" hehe maaf, aku terlalu penasaran dengan 'masalah itu'. " Sahut Bilqis dengan mengacungkan kedua jarinya membentuk V sign.

" Baiklah. " Jawab Anna singkat. " Aku sangat yakin dan kurasa lebih cepat lebih baik ya wajar saja aku penasaran karena menurutku ada penyebabnya, kalau soal mereka berdua aku harap mereka mengetahuinya." Sambungnya.

" benar juga sih Na, ya semoga saja mereka mengetahuinya." Sahut Bilqis.

" tapi Bil, bagaimana cara bicaranya, bahkan aku belum mengenal mereka." Ujar Anna kebingungan.

" hei apakah kau lupa, aku kan kenal sama mereka nanti aku yang akan mengatakannya kepada mereka, kau tak usah khawatir Anna." Tutur Bilqis dengan tenang.

" tapi kalau sampai ketahuan bang Gibran gimana ? " tanya Anna.

" Menurutku itu tidak mungkin Na, kak Gibran tahu maksud kita selain itu dia tidak peduli dengan kehadiran gadis disekitarnya." Jelas Bilqis percaya diri.

Gadis mungil itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya saja pertanda mengerti.