BRUGH!!
Helen menggerakkan bahunya serasa pegal membawa dokumen sebanyak ini. Bryan malah masuk ke kamarnya. Helen duduk di sofa sambil mengutak-atik ponselnya sambil menunggu Bos sinting itu keluar untuk menangani dokumen dan berkas lainnya.
Tak lama kemudian, Bryan keluar dari kamar mandi memakai handuk tergantung di pinggangnya. Tanpa sadar Bryan keluar dari kamarnya dan melangkah kedua kaki menuju kulkas. Helen yang lagi asyik sama ponselnya, tanpa sengaja melirik sosok yang sedang membuka isi kulkas dan meneguh minuman untuk menyegarkan tenggorokan tersebut. Tanpa sadar Helen sontak mendelik kedua matanya lebar-lebar apa yang dia lihat itu.
"Aaaaaaa...!" teriak Helen langsung menutup matanya.
Bryan yang sedang minum setengah botol Aqua di kulkas bingung sama sekretarisnya. Ada apa lagi coba, Bryan pun menghampiri sekretarisnya itu.
"Ja-jangan mendekat!" gugup Helen bersuara. 'Ini mimpi apa halusinasi sih.' - batinnya
"Kamu kenapa?" tanya Bryan.
Bugh!
Satu lemparan bantal sofa tepat di dada Bryan. Helen membuka kedua matanya. Tiba-tiba handuk yang tergantung di pinggangnya melorot sempurna. Helen melihat bentuk gajah panjang di sana. Helen langsung teriak histeris! Saking malunya bukan main.
****
Sunyi senyap di dalam apartemen, Helen menunduk kepala saking malu. Matanya ternoda kejadian tadi, sedangkan Bryan biasa saja tidak mempermasalahkan soal tadi. Dia memang sudah terbiasa sama keadaan. Helen menggoyangkan kakinya.
'Lama banget sih, tandatangani harus menghayati dulu ya?' - Mengeluh Helen dalam hati perhatikan Bryan dari tadi baca dokumennya tanpa mengedip.
"Kalau tidak ada yang diperlukan lagi, saya permisi pul—" Suara bel apartemen Bryan berbunyi.
Selalu begini, kenapa tidak ada yang bisa berikan ketenangan untuk Helen. Dibuka pintu depan dan orderan go-food. Helen menerima dan kembali menutup pintunya. Diletakkan bungkusan makanan di atas meja. Yang dipenuhi beberapa dokumen di sana.
Bryan menghentikan aktivitasnya. Kemudian membuka bungkusan go-food-nya. Helen sudah mati bosan di apartemen Bryan. Ia pengin segera pulang ke rumahnya dan tidur nyenyak.
"Ayo dimakan," tawarnya sudah tersedia di meja.
"Bapak makan saja, saya masih keny—"
Kroooookkk!
Suara perut siapa lagi selalu bikin Helen malu terus di hadapan Bryan. Perutnya tidak bisa diajak kompromi selalu saja harus bunyi disaat tidak tepat.
"Tidak perlu sungkan, makan saja. Mumpung gratis, daripada harus makan mi instan terus," jawab Bryan sudah menyuapi satu potongan ayam di mulutnya.
Helen ya tentu duduk kembali dan mulai memakan ada di depannya. Sungguh terlalu menggoda dirimu Helen.
'Makanan seenak ini, bagaimana bisa kamu kembali ke tempat asalmu.' - batinnya dalam hati.
****
Waktu sudah pukul sebelas malam, benar-benar mata Helen mengantuk karena menunggu Bryan menandatangani berkas itu membuat Helen menguap beberapa kali dari mulutnya. Demi apa, demi gaji tidak dipotong. Terpaksa dirinya tidur di sofa, sungguh matanya tidak bisa ajak kerja sama lagi. Sangat berat dan akhirnya Helen terlelap dalam mimpi.
Bryan baru saja selesai mengerjakan beberapa berkas di sana. Kemudian berbicara pada Helen tanpa sahutan lagi dari sekretarisnya. Bryan menutup berkasnya lalu mendekati Helen yang sedang dalam keadaan tertidur bersandar di badan sofa.
Saat Helen tertidur benar-benar sangat manis dan tenang. Kepala Helen mulai jatuh di samping kalau tidak dicegah oleh Bryan. Bryan senyum bisa lihat sekretarisnya tidur di apartemennya.
Getaran apa yang mendorong Bryan ingin mencium bibir manisnya si sekretaris ini. Rasa cemburu tadi benar-benar buat ia kesal banget. Mungkin saja Bryan mulai suka sama Helen, dari cara tatapannya ke Helen keadaan tertidur saja sudah bisa dirasakan oleh Bryan sendiri.
Jam alarm ponsel Helen berbunyi garing langsung bangun mematikan ponselnya. Digerakkan tubuhnya dan melebarkan kedua tangannya. Saat menyamping dua bola matanya terbuka lebar sempurna sangat sempurna. Helen terkejut ketika ia melihat seseorang tertidur menyamping ke kiri dengan dengkuran yang tenang dan teratur.
Helen langsung bangun dan memukul Bryan dengan bantalnya, Bryan yang dari semalam tidur tidak nyenyak karena ulah sekretarisnya.
"Dasar pria brengsek, tukang mesum! Beraninya tidur di kamarku!" Helen terus memukul Bryan hingga Bryan menangkap bantalnya dengan posisi Bryan telanjang dada.
"Aaaaa...!" teriak Helen langsung menutup matanya. Bagaimana bisa pagi hari dirinya harus melihat suasana ternoda lagi.
"Kamu kenapa sih?! Pagi-pagi sudah berisik!" sergah Bryan kembali untuk tidur.
"Bapak kenapa ada di kamar saya? Terus, Bapak mencoba memerkosa saya??" Kini giliran Helen memberanikan diri untuk membela.
"Siapa yang mau perkosa kamu, dengan tubuh tidak berisi begini?! Dan ingat kamu itu ada di apartemen ku bukan rumah kamu! Kamu sendiri yang tidur sambil jalan, masuk ke kamar saya. Saya pikir kamu memang mau tidur sama aku," bantah Bryan kemudian kembali tidur.
Helen mendengar penjelasan dari Bryan makin tidak konsisten. Memang dirinya tidur sambil jalan. Perasaan selama ini dia tidak memiliki lainan mental. Bryan sendiri senyum dalam tidur, artinya Bryan berhasil mengelabui Helen dengan ucapan mengarangnya.
Di kantor PT. Bryant Grup, Helen lebih banyak diam daripada harus berdebat lagi dengan Bos sintingnya. Yang buat dia diam karena ucapan pertama dari mulut Bryan. Tidak berisi terlalu meremehkan tubuh milik Helen.
Di dalam lift, Helen sedang menulis di kertas kecil yang memang selalu dirinya bawa ke mana - mana.
"Pak, nanti akan ada rapat setengah menit lagi," ucap Helen datar
"Dari siapa? Bukannya jadwal rapatnya di atas jam sepuluh. Kenapa jam setengah sembilan harus rapat?" tanya Bryan ingin tahu yang pasti.
"Ini dari beliau bapak, sekarang beliau sudah menunggu di ruangan Anda," jawab Helen tanpa menoleh lagi karena dia sibuk dengan catatan kecilnya.
Hari ini dan seterusnya dia akan disibukkan dengan pengerjaan yang menumpuk. Karena apa? Ayah dari Bryan tiba-tiba datang bertamu di gedung miliknya. Bisa kata lain selain kinerja, beliau sangat tegas dan menaati peraturan Sistem Operasional Prosedur.
Belum lagi berkaitan dengan bisnis dari calon menantunya siapa lagi kalau bukan Friska dari PT. Angkasa Cup. Helen harus profesional dan kemungkinan kecil Bryan akan diketatkan oleh beliau dan juga tunangan Bryan.
"Apa?" Bryan mengulangi jawaban dari Helen.
"Iya, Pak. Beliau datang bersama Ibu Friska tunangan Anda." Kembali lagi Helen menjelaskan.
Bryan diam tidak membalas penyampaian dari Helen lagi. Dan memang benar Ayah Bryan datang bersama Friska sedang bercengkerama. Perkiraan dari Helen pasti membahas urusan pribadi keluarga. Tidak mungkin kalau ayah Bryan datang bisa bersamaan dengan Friska.
Helen duduk di tempat kerjanya, sedangkan Bryan berada di ruangannya dengan keluarga mereka. Helen mengerjakan pekerjaan seperti biasa. Terdengar suara yang begitu keras, itu suara Ayah Bryan. Kalau sudah begitu pasti ada masalah besar di perusahaan Bryan. Helen sudah biasa dengan hal ini, tapi, mungkin Helen harus lebih profesional lagi agar tidak mendapatkan kesalahan.