webnovel

Posesif Bos

"Aku suka kamu!" Tiga kata terlontarkan dari mulut seorang lelaki yang amat di kesal oleh Helen sendiri. Antara terkejut, shock, waktu berhenti seketika. Helen Jovanka Kimberly harus bersabar menghadapi Bos sinting yang selalu ia juluki tersebut. Kehidupannya yang terus di ganggu setiap hari, setiap saat hingga setiap waktu. Bagaimana untuk kehidupan Helen bisa dirinya mengatasi semua cobaan di alami pada Bos sinting itu?

Lsaywong · Urbain
Pas assez d’évaluations
35 Chs

Asisten!

Satu jam kemudian suara pintu depan apartemen Bryan berbunyi, Helen membukanya. Yang datang go-food lalu letakkan di atas meja, di mana dirinya sedang duduk menikmati televisi di depan.

Helen lebih memilih untuk mengepel lantai, baju Bryan belum dicuci. Seumur-umur Helen belum pernah cuci kolor lelaki. Rasanya bagaimana saat menyentuh kolor milik Bos-nya ini. Jika dipikir-pikir Helen lebih baik memilih untuk potong gaji.

Dicari penjepit gorengan, daripada dirinya harus memegang kolor yang tidak berdosa pada tangan serta jari-jarinya. Bryan malah asyik menyantap Fried Chicken.

'Ya Tuhan sampai kapan aku harus ada di kehidupan Bos sinting ini!' - keluh Helen setelah selesai mencuci baju di dalam mesin tersebut.

Saat akan mengangkat baju itu untuk di jemur, Helen tidak sanggup mengangkat karena terlalu berat. Kembali lagi mengangkat malah bukan ranjang baju terangkat, tapi gagang ranjang terlepas karena sudah rapuh. Helen terjungkal ke belakang.

"Aaaaa...!" teriak Helen.

Tap!

Sontak dong terkejut bukan main. Jantung Helen kembali berdegup kencang. Bryan menangkap tubuh Helen yang hampir jatuh dari belakang. Tatapan mereka saling bertemu. Jaraknya tidak jauh Helen kembali sadar dari rasa degupan jantung ini.

"Ehem! Sebenarnya baju Bapak sudah berapa bulan tidak dicuci?"

Helen mulai mengomel kembali, rasa gugupnya pasti terdengar jelas. Karena degup debaran jantungnya masih belum normal.

"Sebulan, eh.... Bukan, dua bulan," jawab Bryan mengingat kembali karena selama dirinya pakai baju memang selalu pakai buang. Cuma kolornya saja yang selalu beli selusin.

Helen melongo tidak percaya, pantasan saja baju segepok begini, dua bulan apa tidak bau di dalam ranjang, sebulan saja sudah amit-amit zabah bait.

"Sekarang Bapak bantu saya angkat ini ranjang ke tempat jemuran. Pantasan saja gagang ranjang tak sanggup menerima baju yang sudah berbulan-bulan itu."

Bryan menurutinya dibawa ranjang besar di tempat jemuran. Apartemen yang luar biasa lebarnya. Orang kaya memang selalu bebas memiliki apa saja.

Bryan ikut membantu menjemur pakaiannya. Untuk Helen tidak akan pernah sentuh itu kolor milik Bos sinting, jarinya masih suci terkecuali sudah bersuami boleh dinodai. Bryan mengerut kening lihat Helen menjepit kolornya.

"Apa yang kamu lakukan, kenapa kamu mengambil seperti itu?" Pertanyaan dari Bryan terheran-heran.

"Maaf ya, Pak. Bukan menghina, tapi saya geli sama celana dalam lawan jenis, bisa tidak setiap mau ganti itu cuci sendiri?" jawabannya memang tidak masuk akal oleh Bryan. Memang sepantasnya perempuan harus menerima pekerjaan.

"Kamu ini asisten pribadi saya, jijik atau tidak tetap harus laksanakan peraturan yang ada. Walaupun kontrak perjanjian belum ditandatangani tetap saja harus menerima semua tanpa ada perkecualian. Kamu mengerti! Apa kamu mau saya potong gaji hanya karena jijik sama celana dalam saya?!"

Bryan menegaskan kembali meskipun sedikit keterlaluan. Kalau tidak begini, dia tentu tidak bisa lihat Helen dong. Nanti juga terbiasa jika dia membantah terus. Helen rasanya ini tidak adil banget dengan pendirian dalam pekerjaan. Asisten pribadi, tetap saja ada yang harus ditolak yang tidak diinginkan. Terlalu egois jadi lelaki.

"Tidak bisa begitu dong, Pak! Masa hanya karena saya tidak suka pegang celana dalam Bapak, langsung dipotong gaji sih! Ini penyiksaan namanya, Pak!" protes Helen dan dia ingin sekali meninju muka Bos sinting ini.

"Makanya, kerjakan kalau tidak mau potong gaji! Jangan hanya mengomel saja kerjaannya!"

Bryan berlalu pergi dari tempat jemuran tersebut, Helen melirik hingga hilang dari peredaran pandangannya. Helen mengentakkan sebelah kakinya kesal.

'Aarrrggghhh...! Kenapa harus ketemu Bos sinting ini sih!' - Keluhnya lagi dalam hati.

****

Akhirnya selesai juga pekerjaannya, sudah siang waktunya Helen pulang ke rumah untuk bermanja-manja kembali. Masih belum kelar, Bryan memanggil Helen.

"Ini tandatangani kontrak selama menjadi asisten pribadi saya," ucap Bryan menyerahkan satu lembar kertas pada Helen.

Helen menerima sebelum menandatangani tentu dia baca terlebih dahulu, karena dia tidak mau dibodohi oleh Bos sinting ini. Bisa saja kan dia memanipulasi tanpa sepengetahuan Helen. Helen membaca, melebarkan kedua bola matanya.

"Maksudnya apa ini?" Helen menatap Bryan yang santai duduk senyum padanya.

"Sesuai perjanjian kontrak sudah jelas, kan," jawab Bryan tidak mau mengulangi apa yang tertulis di dalam kertas itu.

"Ini tidak adil, dong, Pak. Ini kontrak asisten atau kontrak status sih, Pak?!"

Bryan mengangkat bahu, yang penting Helen menyetujuinya sudah aman.

"Benar-benar keterlaluan, saya ini kerja bukan dijadikan perempuan simpanan, Pak! Bapak bisa meminta tunangan Anda di sini? Kenapa harus saya? Maaf, saya menolak!" Lanjut Helen meletakkan kertas dan pulpen di atas mejanya.

Helen berdiri untuk bersiap pulang ke rumahnya. Bryan yang tadi senyum lebar kembali surut menatap Helen yang sudah bersiap untuk keluar dari apartemennya.

"Aku suka kamu!"