Hoaaaaaaaaaaaammmmm
"Gila bobok gue nyenyak banget sumpeh deh apalagi kalau ada yang nemenin hihi" ngomong sendiri sambil ngayal nggak karuan. Jerry pun melangkah kekamar mandi gosok gigi biar bau mulut segar saat ciuman tapi ngomong soal ciuman nih ya gays jerry masing bujang tingting loh! ciuman bibir dia anti pake banget. Melihat bayang diri di cermin wastafel.
"Gue ganteng!" sambil memegang kedua pipi dan mengembungkan keduanya sok imut. Lanjut lagi ngomong "Gue juga keren," memodelkan rambut yang udah kayak pelangi hitam, merah, hijau. "Body gue?" melihat dada bidang serta perut sixpax miliknya. "....hemmm ok punya." lirihnya. "Kalau Justin Biber kalah deh apalagi Farel Bramasta, wisssss...!!! nggak ada apa-apanya ma gue." memutar kiri kanan depan belakang pantulan di cermin. "Lah kok bisa Selena Gomez nggak naksir gue ya? Matanya katarak kali?" mengetuk-ngetuk dagunya. "Ahhh sudahlah yang penting gue idola wanita tanpa harus jadi selebrita hhhhh!" tertawa sendiri kayak orang nggak waras. Acara bersih-bersih kamar mandi pun selesai tinggal ganti baju.
"Ihhhhhhh!!!" merengut kesal dari tadi niat bocan tapi nggak bisa, masih penasaran sama nostalgia orang tuanya Marsya pun turun. Tujuannya adalah meja makan dimana rasa kesal akan terlampiaskan ke perut karet miliknya tapi aneh bin ajaib dia nggak bisa gemuk walau di kasih makan satu dandang pun. Yap! disana udah ada Danu dan Laura tentunya. Nunggu dua ekor anak kucing dan tikus itu keluar dari sarangnya. Tommy masih sibuk dengan laptop di pangkuannya memilih beberapa baju yang cocok ia kenakan untuk reunian.
"Yes udah ketemu!" bahagia tentu donk setelah duduk berjam-jam hanya buat cari pakaian untuk acara yang masih belum ada hilalnya, cuman masih rencana dan udah sibuk dari sekarang. Tutup laptop, ambil sendal rumahan dan capcus meluncur ke ruang makan untuk ngisi perut. Baru sampai ruang santai di lantai atas ketemu yang udah wangi tapi nggak mandi, "Palingan juga pake parfum sebotol!" pikir Tommy. Berjalan beriringan menuruni anak tangga
Tagkkkk
Tagkkkk
Tagkkkk
Derap langkah kaki menuruni setiap anak tangga terdengar sampai kedapur. Dua anak manusia itu berjalan kearah tiga orang yang sudah menanti kedatangan mereka.
"Malam Ma, Pa!" sapa Jerry, sambil mencium pipi Laura.
"Malam juga," Balas mereka. Dan hal yang sama di lakukan oleh Tommy.
"Abang-abang aku kok lama banget sih keluar sarangnya?"Pertanyaan nggak ada ahlak, membuat Jerry yang di sampingnya memautkan alis.
"Lahh kok mukanya gitu Bang?" tanyanya yang melihat reaksi kedua kakaknya. Yang satu heran, yang satunya geleng-geleng kepala, ia heran berfikir apakah ada yang salah dengan pertanyaannya.
"Dasar kamu Sya! kira-kira donk kalau mau nanyak, masak abang nya ganteng sejagat di bilang keluar sarang! emangnya burung apa punya sarang!" jawab Tommy yang berada di didepannya yang hanya terhalang meja makan, dan jawaban itu di angguki keras oleh Jerry pertanda benar.
"Udah-udah lanjutin makannya...," perintah Danu. "Habis makan ada yang mau Papa omongin." lanjut nya lagi. Karna penasaran bin kepo mereka pun diam makan tanpa bicara, sendok dan garpu yang menjadi iringan para pemuas cacing-cacing di perut mereka.
"Papa mau ngomong apa?" tanya Jerry yang sudah sedari tadi sejak di meja makan ia berfikir mungkin mau bagi harta warisan atau liburan ke korea pikirnya.
Danu melihat para anaknya satu persatu kemudian menghela nafas sejenak.
"Sebenarnya Papa pengen punya cucu!" ucapnya lirih penuh harap.
Kini para anak cucu adam itu yang menghela nafas.
hufffffffftttt
"Cuman itu?" tanya Tommy santai menyilangkan kedua tangan di depan dada.
"He'em" jawab Danu sumringah sepertinya ada harapan ia akan menimang cucu dari anak sulunya ini.
"Gampang Pa! " kini ia menoleh ke arah Jerry si sumber suara.
"Kamu ada calon Jerr?" tanyanya antusias kini ia berpikir bahwa akan segera mendapatkan cucu dari kedua putranya.
"Double cucu!!" batinnya girang bukan main.
"Nanti aku download di play store Pa, Banyak jenis cucu disana, menantu juga aku dawnload nanti sekalian." ujar Jerry tak bersalah. Sementara Danu yang mendengar itu geram bukan main. Ingin sekali ia mengangkat anaknya yang satu ini lalu membenturkan kepalanya ke dinding agar syaraf-syaraf yang ada di otaknya sedikit lurus.
Marsya hanya celingak-celinguk mendengar suara mereka, dimana ia mendengar ada kata yang terucap maka pandagannya juga akan tertuju kesana.
"Emangnya kenapa sih Papa tiba-tiba pengen punya cucu?" tanya Tommy dengan gaya cool.
"Papa iri sama Om Bram kalian. Si Paris kan udah nikah, belum tiga tahun udah mau punya anak dua. Nah Papa kapan punyanya?" dengan gaya memelas.
"Yaelah Pa, anak-anak Papa ini baik-baik, Paris kan dulu nanem binihnya di lahan yang belum dia beli, nah udah kelihatan tumbuh dan mau berbuah baru di beli. Udah di beli dia pupuk lagi pake pupuk Urea dan NPK gimana nggak cepet gede Pa!" ucap Jerry.
Laura yang sejak tadi sibuk dengan shoping online ikut nimbrung mendengar kata-kata yang di ucapkan anak keduanya. Sementara Danu masih berfikir keras apa hubungannya ia minta cucu dengan Paris yang nanem benih di lahan orang. Belum selesai dengan pikirannya. Suara itu membuat ia tersadar dari pikirannya.
"Benihnya, bibit unggul kali Jerr?!" ucap Tommy.
"Bukan...," ucapnya kekeh. "Mungkin Lahanya yang subur!" sambungnya lagi.
"Kayaknya bukan deh Bang!" Marsya ikut nimbrung juga.
"Apa karna pupuk Urea juga NPK berpengaruh sama jenis benih dan lahan ya?" jawab Jerry.
Danu memijat pelipisnya dengan obrolan yang dia topikkan ingin punya cucu jadi ke lahan pertanian.
"Ahhhhhh, Mama tahu!" jawab Laura antusias seolah mendapat lotre satu M.
"Apa Ma??" kompak mereka bertiga bersuara.
"Mungkin Paris survey dulu lahannya uji coba nanem dulu, karna udah kelihatn bagus dan mulai tumbuh baru lahannya di beli. Itu kan lahan milik pak Aris yang di bogor kan ya?" berucap sekaligus bertanya.
Ketiga anaknya menautkan alis mereka. Sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Kok lahan miliknya Sintia( istri Paris), Jadi lahan pak Aris sih?" Marsya menggaruk kepalanya yang tak gatal karna bingung.
"Lah si Mama kok kita ngomong A dia ke Z sih. Nggak nyambung banget." Tommy geleng-geleng kepala.
"Ini yang sebenarnya di bahas Lahan punya siapa sih?" Jerry menggaruk pelipisnya merasa pusing sendiri.
"Aku cuman minta cucu, kok malah bahas lahan sama bibit?" Danu juga
bingung kemana arah pembicaraan ini.
"Lahan punya Aris emang bagus sih subur juga, wajar kalau Paris beli itu lahan mahal-mahal!" Laura wanita paruh baya itu mengangguk-anggukan kepalanya bahwa apa yang ia pikirkan memang benar.
"Ini sebenarnya kalian bahas apa sih? Lahan siapa dan bibit siapa Papa nggak ngerti sama sekali" Danu buka suara karna kepalanya sedari tadi sudah berdenyut.
"LAHANNYA SINTIA PAPA! SAMA BIBITNYA PARIS YANG DI KASIH PUPUK UREA+NPK" ujar mereka serempak.
"Owwhhh itu ternyata!" setelah sadar akan ucapannya. Ia membulatkan matanya seperti globe dunia, dan berkata
"APA!!!"