webnovel

Pintu Takdir

Sebuah mimpi membawanya ke dimensi lain, di mana sihir dan pertarungan adalah hal yang wajar di sana. Baginya itu semua adalah hal gila, dengan sebuah tekad dia berusaha mencari cara untuk keluar dari tempat itu. Tapi ada sebuah alasan kenapa dia terjebak dalam dimensi itu dan kenyataan bahwa bukan dia saja yang mengalaminya. Apakah akhirnya mereka bisa kembali ke dunia mereka?

Park_Keyza · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
20 Chs

Putri yang Kabur

Keduanya bangkit, menatap terkejut pada sosok pria yang tengah terluka parah. Saling berpandangan sebelum Theo mendengus mengingat siapa orang itu, memalingkan wajahnya tanpa mau peduli akan nasib pria itu.

Damian bingung, dia terdiam merasa aneh saat Theo terlihat kesal. Biasanya dia akan ribut dan mendekati pria asing yang butuh pertolongan tapi keadaannya saat ini berbeda, yang ada hanyalah sebuah rasa ketidaksukaan Theo akan kehadiran pria asing itu.

Apakah mereka saling kenal?

"To--long.."

Pria asing itu bersuara, tatapannya penuh akan ketidakmampuan dirinya untuk bertahan hidup. Melihat dan mendengar hal itu tentu saja membuat Damian mendekat, menatap pria dengan tubuh penuh darah itu.

Walau dia orang yang tidak pedulian tapi dia tetap tidak akan bisa mengabaikan seseorang yang terluka dan tengah meminta tolong padanya "apa yang terjadi?"

"Mon--ster me-nye--rang ka-mi, a--ku mohon se-lamat--kan Putri Cathe--rine" ucap pria itu sebelum menghembuskan napas terakhirnya.

Theo yang mendengar itu langsung menoleh, menatap terkejut pada sosok pria itu "Putri!?"

Dia berlari meninggalkan Damian yang masih memproses akan apa yang terjadi saat ini. Siapa pria ini? Kenapa Theo panik? Dan kenapa Theo langsung berlari saat mendengar nama Putri Chaterine? Siapa Putri Chaterine? Lalu apa hubungan Theo dengan Putri Catherine?

Terlalu banyak yang dia pikirkan, tapi satu hal yang dia tau bahwa ada seseorang yang dalam bahaya saat ini. Damian berlari, mengikuti langkah Theo yang jauh darinya. Mencoba sekuat tenaga supaya bisa menyamai langkah Theo sebelum dirinya di kejutkan dengan sekumpulan monster yang bersiap memakan seorang wanita.

Maniknya membulat, melihat jelas surai hijau lime milik gadis itu "dia gadis kemarin!" kaget Damian tersadar dari lamunannya saat Theo menebas kepala monster yang membawa tubuh gadis bernama Catherine itu.

Damian melompat, menggunakan sihirnya untuk lebih cepat dan menangkap gadis itu. Menatap wajah cantik sang gadis yang tengah pingsan lalu mendongak saat melihat sebuah kaki berdiri di hadapannya.

"Bawa dia ke tempat aman" ucap Theo berlari menjauh.

Damian terdiam, menatap ke arah Theo yang kembali menyerang para monster itu. Maniknya menelisik, menatap ke arah sekitar yang penuh akan mayat para monster hingga dia bisa melihat sebuah batu yang sama seperti yang dia temukan tadi.

'Merah'

Dia bangkit, mengangkat tubuh Catherine dengan hati-hati. Membawa gadis itu bersamanya sebelum mengambil batu yang persis seperti batu yang ada di kantung celananya.

"Pu--tri.."

Terdengar suara lirih yang mampu membuat Damian terkejut, mencari asal suara sebelum dirinya melihat seorang pria bersurai pirang berbaring di atas tanah dengan kuku panjang yang menusuk perutnya. Damian meringis, melihat darah yang begitu banyak mengalir di sekitar pria itu.

Memilih untuk berjalan mendekat, mengamati kondisi pria asing yang memanggil wanita yang ada di gendongannya itu.

"Hei.. kau bisa bergerak?"

Apa Damian bodoh, mana mungkin pria itu bisa bergerak di saat tubuhnya saja sudah mati rasa akibat kuku panjang dan besar yang menusuk bagian perutnya. Maniknya berkedip, menunjukkan sebuah senyuman sebelum mencoba untuk menggerakkan jarinya dengan susah payah.

Pada akhirnya dia memang tidak bisa apa-apa, rasanya begitu buruk karena janji yang dia ucapkan dulu tidak bisa dia tepati hingga akhir. Berakhir mati mengenaskan di saat semuanya mulai berjalan seperti keinginan mereka. Dia memang bodoh, harusnya dia tau jika hal ini akan sia-sia mengingat dia dan wanita itu sudah terkurung di tempat ini selama hampir satu tahun.

Sungguh sia-sia, lebih baik sejak awal dia tidak membuat janji itu. Lebih baik dia tidak mengikuti saran Catherine untuk ke hutan empat musim. Dia ingin tertawa, tapi yang ada hanyalah sebuah senyuman tanpa suara yang membuat Damian kebingungan.

'Putri maaf.., aku tidak bisa menepati janjiku padamu. Mungkin ini yang terbaik, aku mati di tempat yang asing bagi kita. Maaf..'

Damian panik, menatap tidak percaya pada manik hijau yang terpejam itu "hei.. sadarlah!"

"Ma--af" ucap pria itu untuk terakhir kalinya sebelum sebuah cahaya keluar dari tubuh pria itu.

Damian bergerak mundur, menatap bingung karena cahaya keemasan yang menyelimuti pria itu. Mencoba berpikir akan apa yang sebenarnya terjadi namun dia tidak bisa memikirkan kemungkinan yang cocok untuk situasi ini.

"Turunkan aku!"

Sebuah suara membuatnya menunduk, melihat manik kuning lemon yang terbuka lebar di hadapannya "eh..!"

"Turunkan!" ucap gadis itu lagi dengan pandangan kesal menatap ke arah Damian.

"Kau sudah sadar?"

Tidak ada jawaban, hanya sebuah gerakan terburu-buru dari gadis itu yang membuat Damian paham akan situasi saat ini. Menatap ke arah Catherine yang terlihat menghembuskan napas kasar, mengarahkan semua kekuatan sihirnya yang mulai membesar sampai Damian di kejutkan dengan perubahan wujud dari gadis itu.

Surai hijau miliknya mulai pudar, warna perak yang begitu cantik mulai mengganti warna surai Catherine. Maniknya terpejam, saling menyatukan kedua telapak tangannya dengan kepala yang menunduk.

Tubuh Catherine terangkat dengan tubuh pria itu yang juga terangkat, apa ini nyata?

Damian memilih diam, mengamati setiap hal yang gadis itu lakukan. Mengabaikan apa pun yang mungkin saja membawanya dalam sebuah lingkaran takdir yang mengerikan.

Cahaya keemasan itu mulai pudar, di gantikan dengan luka pria asing itu yang membaik. Catherine terjatuh, menarik napas sebanyak-banyaknya di saat tubuhnya kehabisan pasokan udara. Mengabaikan Damian yang terus mengamatinya tanpa henti, lalu tersenyum tipis saat dirinya berhasil menyelamatkan pria itu.

Wanita itu mendongak, menarik tangan pria itu untuk dia genggam "Nora.." ucapnya perlahan dengan penuh rasa khawatir atas apa yang terjadi pada pria itu.

Tidak lama setelahnya manik hijau emerald itu terbuka, menatap ke arah wanita yang begitu cantik di dekatnya "Putri.."

"Akhirnya kau bangun" sahut Catherine dengan penuh rasa senang.

"Ternyata aku menyelamatkan seorang Putri yang kabur"

Damian bersuara, menatap dingin pada sosok wanita yang tengah menatapnya tajam. Dia bukan orang bodoh yang tidak tau akan situasi aneh ini, mengingat ucapan pria asing itu, reaksi Theo, lalu ucapan pria yang ada di hadapannya ini dan kebenaran yang baru saja dia lihat membuat Damian tau bahwa gadis itu adalah seorang Putri.

Menyembunyikan identitasnya lalu merubah warna rambut dan matanya membuat Damian yakin seratus persen atas pemikirannya saat ini "dan kau adalah pengawal sang Putri yang membantu Putri untuk kabur" ucap Damian lagi menatap ke arah pria yang sudah sehat sepenuhnya.

Pria itu menggeram marah berniat mengangkat pedangnya sebelum Catherine menghentikannya "apa itu penting saat ini!" ucapnya menatap dingin pada Damian yang tertawa mengejek.

"Tidak, hanya saja ini terlihat sangat menarik"

Gak pernah up dan berakhir lupa dengan ceritanya, lalu kembali membaca dari awal dan berniat fokus untuk menulis cerita ini. itulah aku, dan hari ini aku akan menulis cerita ini dengan baik!

Park_Keyzacreators' thoughts