Flash Back On...
Ditengah hiruk pikuk siswa-siswi yang sedang melakukan aktifitas mereka masing-masing di saat jam istirahat, ada yang sedang bermain bola basket di lapangan, ada yang berada di kantin, ada yang tengah asyik berbincang ria satu sama lain.
Fiona yang sedang asyik duduk sendiri di bawah pohon sembari membawa buku nya. Ia sama sekali tidak menghiraukan orang-orang yang berada di sekitarnya, intinya, dia hidup hanya di dunia nya sendiri.
Sungguh Fiona itu sosok yang selalu membuat orang lain penasaran karena dirinya.
"Elo yakin mau ngedeketin dia?, elo kan tahu dia itu cewek aneh". Raya ragu dengan keputusan Anna yang sudah lama berkeinginan mendekati Fiona.
"Ya yakin lah, kalau gue enggak yakin, enggak mungkin gue narik loe sampai ke sini, lagian kalau enggak kita coba, kita enggak akan tahu gimana hasilnya". Anna menarik tangan Raya.
"Kalau dia enggak suka, terus dia marah gimana?". Tanya Raya pada Anna.
"Ya elah Ray, gaya elo saja yang kayak laki tapi mental loe mental tempe tau gak, masa gitu saja takut".
"Bukannya gue takut, gue cuma enggak mau saja gara-gara ini malah ngejatohin harga diri gue".
"Sudah, elo tenang saja, gue jamin enggak bakal ngejatohin harga diri loe dan kita bakal berhasil menjadi orang pertama yang bisa deketin dia".
Mereka tergesa-gesa berjalan mendekati pohon itu.
"Hai". Anna menjadi kikuk menyapa Fiona.
Fiona pun menoleh ke sisi kiri nya, ia melihat dua siswi itu alias Anna dan Raya. Raya menyingkut tangan Anna sembari tersenyum getir melihat tatapan Fiona yang datar.
"Hai Fiona. Kita berdua boleh gabung enggak disini?". Anna bersikap ramah.
"Silahkan". Fiona menggeser kan tubuh nya kesisi kanan agar Anna dan Raya bisa berteduh di bawah pohon itu juga lalu ia melanjutkan membaca bukunya.
"Makasih banyak ya". Anna dan Raya duduk di samping Fiona.
Suasana hening sejenak, Raya kembali menyingkut Anna sembari melirik Fiona yang Fokus dan cuek.
"Loe mau ini enggak Fi?". Anna menyodorkan beberapa cemilan pada Fiona.
"No thanks". Tolak Fiona dengan nada yang datar.
"Oh ya, selamat ya buat prestasi elo sudah menjadi siswa pintar Nomer satu se-jakarta, enggak nyangka kalau elo itu anaknya jenius, malah mengharumkan nama sekolah kita lagi terutama di kelas kita. We are proud of you, ya kan Ray?".
"I... Iya, selamat ya". Sambung Raya sembari tersenyum.
Fiona menyunggingkan senyuman nya. "Thanks".
Sedangkan Anna dan Raya tersenyum getir menghadapi Fiona yang super duper datar.
Tak banyak bicara, sebab yang banyak mengoceh hanya Anna seorang. Fiona pergi meninggalkan mereka sebab ia tidak fokus membaca karena ocehan Anna. Setelah di tinggal pergi oleh Fiona. Anna dan Raya geleng kepala sembari menatap kepergian nya.
"Itu orang terbuat dari apa ya, kok datar banget?". Celoteh Anna.
"Mana gue tahu, lagian elo sih kurang kerjaan saja pake ngedeketin dia, sudah tahu dia orang nya agak aneh, ya kayak gitu lah jadinya kita ngadepin nya". Ujar Raya yang sedikit kesal.
"Hmm.. Tapi biar lah, yang penting kita berhasil kan deketin dia he he he. Yok kita ke tempat anak-anak yang lain. Mereka pasti nunggu'in kita". Anna berdiri dari tempat duduk nya.
"Hmmm... "Jawab Raya.
Kedua nya bergegas ke bescamp siswa pentolan di sekolah, yakni di bagian ruang anggota mading.
#Prokk... Prokk.. Prokk...
Terdengar riuhnya tepuk tangan ketika Anna dan Raya masuk ke ruangan tersebut. Mereka di sambut dengan takjub.
"Selamat selamat selamat untuk kalian berdua, karena kalian sudah berhasil ngedeketin si Miss aneh Fiona dan dia welcome sama kalian berdua, kita semua salut sama kalian berdua ha ha ha". Salah satu anggota mading bernama Satya, ia mengucapkan selamat pada mereka.
"Iya benar, kalian hebat bisa duduk bareng dengan nya selama jam istirahat". Yang lainnya menimpal.
Anna dan Raya tersenyum kemenangan atas keberhasilan mereka.
"Iya donk, kan sudah gue bilang, ngedeketin dia mah kecil, bahkan gue bisa jadiin dia sahabat karib gue, ya walau pun karena terpaksa ha ha ha".
"Ha ha ha, memang licik kalian berdua" ujar Satya.
"Ya sudah.. Sudah, mana sini uang hasil taruhan nya?, sini sini". Anna meminta temannya yang sudah mengumpulkan beberapa lembar uang seratus ribuan.
"Nah... Nah.. Next kita buat taruhan lagi, gue tantang elo berdua bisa bersahabat dengan nya, kalau bisa elo berdua manfaatin dia". Sambung Satya.
"Kalau kita berhasil apa hadiahnya?".
"Nih... Mobil gue untuk elo berdua". Ia menyodorkan sebuah kunci mobil BMW terbaru miliknya.
"Elo serius?, bukannya mobil itu baru elo beli kemarin?, malah mobil keluaran terbaru lagi. Bokap gue saja kagak sanggup beli nya.
"Gue serius. Asalkan Elo berhasil dengan semua tantangan gue".
"Oke, berapa lama waktunya?".
"Sampai akhir tahun ini, kalau elo enggak berhasil, loe berdua harus nurutin semua apa kata gue, gimana?".
"Oke deal". Dengan semangat Anna menyetujui tantangan Satya yang sangat-sangat menyeramkan entah apa yang dia inginkan dari mereka berdua.
Sedangkan Raya menelan ludahnya mendengar kan Satya.
"Gue enggak ikutan".
"Kenapa Ray?, elo takut kalau elo gagal terus harus nurutin apa kata si Satya?".
"Bukan soal gue takut gagal, tapi gue enggak mau nyakitin orang lain demi keuntungan sendiri".
"Ck... Come on, ini zaman sekarang bukan zaman purba yang masih mikirin perasaan orang lain, zaman sekarang itu demi keuntungan kita bisa menghalalkan segala cara". Celetuk Satya.
"Itu mah elo saja kali, gue kagak ikutan. Kalau kalian masih mau lanjut, jangan pernah libatkan gue". Hentak Raya.
"Oke, berarti tantangan ini cuma untuk loe Na, kalau loe menang mobil gue untuk elo, kalau elo gagal, elo harus siap-siap menjadi babu gue ha ha ha". Ia tersenyum licik.
"Oke siapa takut".
Dari luar ruangan tanpa sengaja Fiona melewati ruangan mading karena ia di suruh wali kelasnya ke ruang guru yang harus melewati ruangan mading, ia mendengar semua obrolan mereka termasuk mereka menjadikan nya sebagai mainan taruhan. Fiona bersikap tenang dan kembali ke kelas nya.
"Elo kenapa sih enggak ikutan sama taruhan ini, kan lumayan besar taruhannya mobil BMW terbaru Fu Fu Fu. Elo takut kalau elo sampai gagal?". Tanya Anna penasaran.
"Kan sudah gue bilang kalau gue enggak pernah takut, cuma gue enggak mau nyakitin orang lain". Ucap Raya.
"Alah elo enggak usah sok-sok an enggak mau nyakitin orang lain. Buktinya sudah berapa kali elo ikutan taruhan, bukan nya itu sama saja, nyakitin orang lain demi keuntungan sendiri".
"Kali ini beda. Pokoknya gue enggak mau ikut campur. Ingat ya, jangan pernah samapai gue terlibat juga soal taruhan ini".
"Iya iya, kagak, ini urusan gue sama Satya. Tapi Ray, gue heran, kenapa ya si Satya itu selalu nantangin kita-kita untuk ngedekati si Fiona, padahal kan masih banyak lagi cewek-cewek disini yang bisa di jadiin bahan taruhan".
"Mana gue tahu, mungkin dia suka kali sama Fiona".
"Ahh enggak mungkin lah. Kalau cowok suka sama cewek bukan malah nyakitin atau jadiin mainan kaya gini, tapi di deketin dengan berjuta kasih sayang dan Cinta".
"Mana gue tahu".
"Ahh elo banyak enggak tahu nya, ya sudah yuk temenin gue ke kantin dulu". Ia menarik tangan Raya mengarah ke sisi kiri mereka.
"Lah kita ini harusnya masuk kelas bukannya ke kantin, bentar lagi Bu Kribo yang masuk". Ucap Raya heran.
"Sudah, bentaran doang, elo ahh makin lama makin kaya cewek loe".
"Lah emang gue cewek, dasar ke*a*at".
"Ha ha ha iya ya, gue lupa ha ha ha".
•
Hari demi hari Anna berusaha mendekati Fiona. Ia berusaha keras untuk mengakrabkan dirinya sehingga ia bisa menjadi sahabat Fiona. Anna selalu mencari muka dan mencari perhatian pada Fiona, tak peduli ia harus menjatuhkan harga dirinya demi tujuan nya itu.
"Huffft... Kenapa susah banget sih ngedeketin cewek aneh itu!". Anna mengeluh di hadapan Raya yang duduk di bangku taman sekolah.
"Apa gue bilang, mending enggak usah deh taruhan-taruhan begituan. Ini saja waktu elo sudah hampir habis, sedangkan elo belum berhasil juga ngedeketin Fiona. Sudah, elo bilang sana sama Satya, batalin saja taruhannya". Ujar nya sembari menyeruput jus jeruk yang ia genggam.
"Ahh mana mau gue, enak saja, gue sudah sejauh ini masa mau gue batalin gitu saja. Lagian taruhan nya mobil BMW emm... Lagian ya mungkin si Satya enggak bakalan mau di batalin gitu saja perjanjiannya".
"Terus, kalau elo gagal, emang elo mau nurutin apa mau dia? Emang elo sudah siap nanggung resikonya, gimana kalau dia nyuruh loe yang aneh-aneh. Loe mau?".
Raya membuat Anna sedikit takut.
"Ahh gue enggak peduli, lagian kan enggak apa-apa juga". Sikaf Keras kepala Anna membuat Raya geleng kepala dan berpikir bahwa ia salah memilih teman.
"Terserah loe aja deh dasar si otak batu". Cibirnya, sedangkan Anna menyunggingkan senyumnya.
Dibalik pohon yang menjulang tinggi, tapatnya di bagian sisi kanan mereka, seperti biasa, Fiona sedang duduk fokus membaca buku nya. Tanpa sengaja ia mendengar pembicaraan mereka berdua.